Pages - Menu

Thursday, February 21, 2013

Perbaikan Gizi Makro


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangungan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis ekonomi yang masih terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi khususnya.
Gambaran perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein, yang kemudian disebut masalah gizi makro, pada balita turun dari 37.5 % pada tahun 1989 menjadi 26.4 % pada tahun 1999, keadaan ini juga diikuti dengan prevalensi masalah gizi lain.
Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa datang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Keadaan ini diharapkan dapat semakin mempercepat sasaran nasional dan global dalam menetapkan program yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan desentralisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan gizi makro, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Status Gizi adalah Interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk (Dinkes RI, 2008).
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Masalah gizi makro adalah:masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status anak balita dan wanita hamil. Oleh karena itu sasaran dari program perbaikan gizi makro ini berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari wanita usia subur, dewasa, ibu hamil, bayi baru lahir, balita, dan anak sekolah.

B.     Gambaran Gizi Makro
1)      Berat Bayi lahir Rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dari dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan.
Bayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ). Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10 – 13 poin. Pada tahun 1999 diperkirakan terdapat kurang lebih1,3 juta anak bergizi buruk, maka berarti terjadi potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin.2 Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14 % (yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi).
2)      Gizi Kurang pada Balita
Gizi Kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Berdasarkan hasil susenas data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4%, sementara itu data gizi buruk tahun 1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi kurang 24.9 % dan gizi buruk 7.1%.
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
3)      Gangguan Pertumbuhan
Dampak selanjutnya dari gizi buruk pada anak balita adalah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius bila tidak ditangani secara intensif.
Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994 dan tahun 1998 menunjukkan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun masing-masing 42.4 % dan 37.8 %. Dari angka tersebut terjadi penurunan yang cukup berarti, tetapi secara umum, prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi.
4)      Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. (Departemen Kesehatan, 1995)
5)      Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Pemantauan kesehatan dan status gizi pada WUS merupakan pendekatan yang potensial dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan menghasilkan bayi dengan kualitas yang baik, dan akan mempunyai risiko yang kecil terhadap timbulnya penyakit selama kehamilan dan melahirkan.
Dari data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa status gizi pada WUS yang menderita KEK (LILA < 23.5 cm) sebanyak 24.2 %. Hasil analisis IMT pada 27 ibukota propinsi menunjukkan KEK pada wanita dewasa (IMT< 18.5) sebesar 15.1 %.
6)      Pada Ibu Hamil (Bumil)
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Data SDKI tahun 1997 angka kematian bayi adalah 52.2 per 1000 kelahiran hidup dan dari data SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari data Susenas pada tahun 1999, ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah 27.6 %.

C.    Penyebab Masalah
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.) sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.  Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
1.      Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2.      Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
-          Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.  Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
-          Pola pengasuhan anak kurang memadai.  Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
-          Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.   Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

D.    Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.

E.     Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya  pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Pemerintah dapat melaksanakan berbagai upaya untuk menurunkan penderita gizi kurang yaitu antara lain dengan cara menjamin setiap ibu menyusui ASI eksklusif, menjamin setiap ibu memperoleh pendampingan dan dukungan program gizi.  Sesuai dengan skema berikut, upaya perbaikan gizi tidak hanya melibatkan soal teknis kesehatan akan tetapi menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, ideologi dan kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya terintegrasi lintas program maupun lintas sektor terkait baik di tingkat pusat maupun tingkat propinsi dan kabupaten.

F.     Penanggulangan Masalah Gizi
Keadaan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan, Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekurat.
Menggalakkan komunikasi informasi dan edukasi suatu cara pemberian informasi atau pesan yang berkaitan dengan gizi seseorang atau institusi terhadap masyarakat. Sebagai penerima pesan dari media tertentu.
Pesan dasar gizi seimbang yang di tunjukkan kepada masyarakat sebagai pedoman umum Penyuluhan Gizi Masyarakat ada “ 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang ” yang di terbitkan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI, yaitu :
·         Makanlah makanan yang beraneka ragam,
·         Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, 
·         Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi,
·         Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat data kecukupan energi,
·         Gunakanlah garam yang beryodium,
·         Makanlah makanan sumber zat besi,
·         Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan,
·         Biasakan makan pagi,
·         Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya,
·         Lakukanlah kegiatan fisik dan olagraga yang teratur,
·         Hindari minuman beralkohol,
·         Makanlah makanan yang yang aman bagi kesehatan,
·         Bacalah tabel pada makanan yang dikemas (Ranti, 1999).

G.    Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia
Upaya perbaikan gizi masyarakat telah lama dilakukan di Indonesia. UPGK usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga terutama golongan yang rawan. Usaha ini dilakukan dengan pengawasan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai sektor secara terkoordinasi dan merupakan bagian pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Nita, 2008).
Ada beberapa jenis usaha yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain :
1)      Program perbaikan gizi,
2)      Program Makanan Tambahan,
3)      Program Fortifikasi Pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrien) ke pangan. Seperti contoh Misalnya fortifikasi tepung ketela dengan vitamin B kompleks, besi, dan kalsium, Yodium pada garam, Vitamin A pada minyak, lemak, gula, dan susu, Zat besi pada tepung, mie, dan permen (Nita, 2008).
Masalah gizi adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh siapaun juga. Oleh karena itu harus dengan cara untuk menanggulanginya melalui berbagai tindakan. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi akan berakibat kerusakan yang sukar atau malahan tidak dapat ditolong (Nita, 2008).
Masalah gizi masyarakat bukan semata-mata masalah masyarakat meskipun akibat dari kekurangan gizi pada umumnya adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik jenis produksi, pertanian dan lain sebagainya. (Nita, 2008).
Pemerintah dapat melaksanakan berbagai upaya untuk menurunkan penderita gizi kurang yaitu antara lain dengan cara menjamin setiap ibu menyusui ASI eksklusif, menjamin setiap ibu memperoleh pendampingan dan dukungan program gizi. Sesuai dengan skema berikut, upaya perbaikan gizi tidak hanya melibatkan soal teknis kesehatan akan tetapi menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, ideologi dan kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya terintegrasi lintas program maupun lintas sektor terkait baik di tingkat pusat maupun tingkat propinsi dan kabupaten.
Program perbaikan gizi makro diarahkan pada kelompok wanita usia subur, pria/wanita dewasa, bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang mempunyai balita, balita dan anak sekolah.
1)      Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak
Dalam upaya memperluas jaringan pelayanan kesehatan dasar ditingkat desa, karena tahun 2007 ditingkatkan pelaksanaan Politeknik Kesehatan Desa sebagai salah satu upaya perwujutan Desa Siaga. Pendekatan yang positif terhadap kader memegang peranan dalam menggerakkan masyarakat dalam melakukan faktor group diskusi yang terjadi di masyarakat bahwa gizi buruk dan gizi kurang merupakan masalah mereka. Maka upaya yang dilakukan memampukan masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya dengan sendiri (Mulia, 2007).
a)      Pemberdayaan  keluarga di bidang kesehatan dan gizi
Pemberdayaan keluarga adalah proses dimana keluarga-keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan gizi bekerja bersama-sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi. Cara terbaik untuk membantu mereka adalah ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.  Upaya perbaikan gizi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemandirian dengan fokus keluarga mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan operasional yang dilaksanakan adalah:
·         Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
·         Asuhan dan konseling gizi, Pada akhir tahun 2005, 50% institusi pelayanan kesehatan telah melaksanakan asuhan dan konseling gizi bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan menggunakan tatalaksana asuhan dan konseling gizi.
b)      Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Gizi
Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memerangi kelaparan dan peduli terhadap masalah gizi yang muncul di masyarakat.  Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan masalah gizi makro, sehingga akan tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas.
Pelatihan kader sebagai petugas kesehatan secara berjenjang, mendorong swadaya masyarakat lewat pembentukan Desa Siaga dalam melakukan edukasi mengenai gizi agar orangtua biasa memberikan makanan yang tepat untuk mempertahankan status gizi anak yang telah dipilihkan. Semua anak gizi kurang untuk selanjutnya meningkatkan status gizi baik, pertambahan berat badan perbulan, tidak perlu pertahankan lagi sehingga anak tetap berada dalam daerah gizi baik (Toni, 2009).
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah:
·          Pemberdayaan ekonomi mikro : Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka income generating
·          Advocacy : Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan baik teknis maupun non teknis dari pemerintah daerah setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki
·          Fasilitasi : Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat, misalnya home economic set untuk PMT.
Meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan dengan lebih mendekatkan prasarana pelayanan ke komunitas-komunitas miskin, atau menerapkan sistem pelayanan keliling dan meningkatkan peran masyarakat yang telah menjadi kader sebagai petugas kesehatan yang telah dipilih untuk memonitori status kesehatan anak terutama mengenai Gizi di Posyandu dan kesehatan masyarakat (Mulia, 2007).
c)      Pemberdayaan  Petugas
Agar kualitas pelayanan gizi meningkat, maka diharapkan para petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan serangkaian kegiatan dalam peningkatan peran petugas yaitu antara lain dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan baik melalui kegiatan workshop dan capacity building.

H.    Program Masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak
Program dalam meningkatkan status anak sebagai upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat, sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan baik pemerintah maupun swasta, dan didukung oleh peran serta masyarakat dan sistem pembiayaan. Perhatian utama diberikan pada pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirja, 2009).
1)      Pemberdayaan  keluarga di bidang kesehatan dan gizi
Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi dalam tiap keluarga di Indonesia. Usaha ini bersifat lintas sektor. Secara lebih rinci UPGK dapat dijelaskan sebagai berikut :
-          Merupakan usaha keluarga untuk memperbaikai gizi seluruh anggota keluarga.
-          Dilaksanakan oleh keluarga/masyarakat dengan kader sebagai penggerak masyarakat dan petugas berbagai sektor sebagai pembimbing dan pembina.
-          Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga meruapakan bagian integral dari pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
-          Secara operasional adalah rangkaian yang saling mendukung untuk melaksanakan alih teknologi sederhana kepada keluarga/masayarakat
Program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat maupun di instansi dalam rangka meningkatkan kemandirian, Intelektualitas Sumber Daya Manusia, mengidentifikasi keluarga-keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar.
Program Pondok Gizi Budarzi merupakan program pelayanan gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan gizi balita (anak), pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga khususnya balita (anak) mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat, Kegiatannya antara lain :
-          Pelatihan Kadarzi bagi Kader dasawisma
-          Pengadaan bahan-bahan pemetaan
-          Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya
-          Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar antara lain : Menyusun standar tata laksana asuhan dan konseling gizi, Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi di setiap sarana pelayanan kesehatan, Melaksanakan kegiatan asuhan gizi melalui penyuluhan kelompok mengenai makanan padat gizi dari bahan local dan Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi secara profesional.
-          Kampanye keluarga mandiri sadar gizi yaitu : Pengadaan bahan-bahan KIE local, Pesan-pesan Kadarzi melalui kelompok kesenian tradisional, Pesan-pesan Kadarzi melalui media cetak dan elektronik
Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi meliputi :
a)      Scaning status gizi,
b)      Scanning kualitas konsumsi,
c)      Pemberian makanan tambahan,
d)     Konsultasi gizi dan kesehatan,
e)      Pendampingan keluarga pembedayaan masyarakat (Soedirja, 2009).
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain :
a)      Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi dan edukasi (KIE),
b)      Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda, dan
c)      Peningkatan kesehatan kepada masyarakat (Plepu, 2009).
Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah pelayanan yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani masalah gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat, dengan jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang bermanfaat.
Dalam suatu wilayah pondok gizi ditingkat perkotaan setara dengan satu wilayah posyandu, sehingga keberadaan gizipun membina keberlangsungan aktivitas posyandu. Satu pondok gizi terdiri dari 75-100 balita/anak dan dikelola oleh 6 kader Budarzi sebutan para kader yang telah dilatih dan dipilih dari masyarakat sebagai kader gizi dari masyarakat setempat.
2)      Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
Pemberdayaan ekonomi mikro Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka “income generating” yang bertujuan : meningkatkan pendapatan keluarga.
Kegiatan pemberdayaan di masyarakat antara lain :
-          Usaha Bersama : pengembangan koperasi simpan pinjam
-          Pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan sektor pertanian
-          Advocacy dan sosialisasi : Advocacy dan sosialisasi program pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada Gubernur dan Bupati
-          Fasilitasi : Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat antara lain :
Ø  Bantuan teknis untuk petugas lapangan : Pengadaan konsultan, pelatihan/workshop
Ø  Pengadaan sarana :  dacin, food model, home economic set, bahan-bahan KIE dll
3)      Pemberdayaan  Petugas
Bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanangizi sesuai dengan standar.
Kegiatan :
·         Workshop tata laksana gizi buruk tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
·         Workshop tata laksana penanggulangan WUS KEK tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
·         Capacity building tentang perencanaan daerah untuk menanggulangi masalah gizi makro
4)      Subsidi langsung
Subsidi dalam diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-langkah  yang perlu dilakukan adalah :
a)      Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran).
Target sasaran ditentukan berdasarkan hasil antropometri yang dilaksanakan langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu hamil  tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan sarana air bersih kurang memadai.
b)      Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di desa menjelaskan cara penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai Pedoman Tata laksana Gizi Buruk di Rumah Tangga)
c)      Evaluasi PMT : penggunaan dana, proses PMT dan perubahan status gizi

I.       EVALUASI
Evaluasi ditujukan untuk menilai  :
1.      Input     :  ketenagaan (jumlah dan qualitas), dana, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan dll.
2.      Proses   : menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi  kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya.
3.      Output : menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi makro.
4.      Impact : Menilai prevalensi status gizi pada sasaran.


KESIMPULAN
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK.
Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari evaluasi input, proses, output dan impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan prevalensi status gizi pada sasaran.


Daftar Pustaka:

1.      ___The Impact of Asian Financial Crisis on Health Sector in Indonesi.
2.      RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000
3.      Direktorat Gizi Masyarakat, Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta 2000
4.      Departemen Kesehatan, Status Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak di Indonesia, Jakarta, 1999
5.      Departemen Kesehatan,  Tuntutan Praktis Bagi Tenaga gizi Puskesmas, Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Jakarta, 1999
6.      Departemen Kesehatan, Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Wanita Usia Subur, Jakarta, 1995
7.      UNICEF, Strategy for Improved Nutrittion of Children and Women in Developing Countries, New York, 1992
8.      Direktorat Gizi Masyarakat, Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta 2000
9.      Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi Pusat, Situasi Pangan dan gizi di Indonesia, Jakarta, 2000
10.  Departemen Kesehatan, Tuntutan Praktis Bagi Tenaga gizi Puskesmas, Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Jakarta, 1999
11.  Gizi.  (2005). Perkembangan Penanggulangan Gizi Buruk Di Indonesia (Keadaan Sampai Bulan November Tahun 2005)

No comments:

Post a Comment