Pages - Menu

Sunday, February 24, 2013

Askep Anak dengn Campak (Morbili)


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MORBILI


1.      KONSEP DASAR MEDIS
1.1  Pengertian
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan gejala prodromal panas; batuk; radang mata & bercak koplik, disertai timbulnya bercak merah makulopapuler yang menyebar ke seluruh tubuh; menghitam & mengelupas ( Ngastiyah, 1997 : 351 )
1.2  Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah genus virus morbili famili Paramyxovirus.  Cara penularan dengan droplet dan kontak. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dapat diinaktifkan pada suhu 30°C dan -20°C, sinar UV, eter, tripsin, dan betapropiolakton.
1.3  Manifestasi klinis
Penyakit ini dibagi menjadi 3 stadium :
1)      Stadium kataralis ( prodromal )
Biasanya berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise ( lemah ), batuk, fotofobia ( silau ), konjungtivitis, dan koriza ( katar hidung ).
2)      Stadium erupsi
Koriza dan batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah di seluruh tubuh mulai belakang telinga, muka, leher dan seterusnya dari atas ke bawah.
3)      Stadium konvalensi
Erupsi berkurang dari atas ( belakang telinga ) ke arah bawah meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua yang lama kelamaan akan hilang sendiri.
1.4  Diagnosis
1)      Gejala klinis yang khas : panas, coriza ( pilek ), cough ( batuk ), conjungtivitis, rash, koplik spot.
2)      Pemeriksaan laboratorium yaitu dengan tes darah lengkap.
1.5  Diagnosa banding
1)      Eksantema subitum
Disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan. Perjalanan penyakit mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat panas turun.
2)      German measles
Gejala lebih ringan dari morbili, tdd : gejala infeksi saluran napas bagian atas, demam ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah occipital dan post aurikular. Rash lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.
3)      Rash karena obat-obatan
Lebih bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas.
4)      Infeksi oleh Ricketsia
Gejala prodromal lebih ringan, rash tidak dijumpai di wajah dan koplik spot tidak ada.
5)      Infeksi mononukleosus
Dijumpai limphadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.
6)      Common cold, scarlet fever
1.6  Komplikasi
1)      Pneumonia
2)      Gastroenteritis
3)      Ensefalitis
4)      Otitis media
5)      Mastoiditis
6)      Gangguan gizi
1.7  Pengobatan
Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis, yaitu :
-          Memperbaiki keadaan umum
-          Antipiretik bila suhu tinggi
-          Sedativum
-          Obat batuk
-          Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder
-          Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili dengan ensefalitis yaitu :
      -   Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
      -   Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu
1.8  Pencegahan
Dengan pemberian Imunisasi, dapat berupa aktif maupun pasif
1)      Imunisasi pasif : tidak banyak dianjurkan karena resiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose
2)      Imunisasi aktif : Vaksin yang diberikan adalah " Live Attenuated Measles Vaccine "
Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila :
1)      Menderita infeksi saluran napas akut yang disertai demam > 38°C
2)      Riwayat kejang demam
3)      Defisiensi imunologik
4)      Sedang dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
Efek samping :
1)      Hiperpireksia ( 5- 15 % )
2)      Gejala infeksi saluran napas bagian atas ( 10-20 % )
3)      Morbili form rash ( 3- 15% )
4)      Kejang demam ( 0,2 % )
5)      Ensefalitis ( 1 di antara 1,16 juta anak )
6)      Demam ( 13,95% )
1.9  Prognosa
Morbili merupakan penyakit self – limiting dan berlangsung antara 7-10 hari, sehingga bila tanpa disertai komplikasi, maka prognosanya baik.

2.      KONSEP DASAR ASKEP
2.1  Pengkajian
2.1.1        Identitas : Terutama menyerang golongan umur 5-9 tahun. Pada negara belum berkembang insiden tertinggi < 2 tahun.
2.1.2        Keluhan utama : Panas
2.1.3        RPS : Demam ringan hingga sedang, mencapai puncak hari ke 5 sampai 39° - 40,6°C. Pada bayi / anak kecil disertai kejang demam.
2.1.4        RPD
1)      Antenatal
-          Bila ibu pernah menderita morbili, bayi mendapatkan kekebalan lintas plasenta ( Nelson, 1993 )
-          Pada ibu yang belum pernah menderita morbili, bayi yang dilahirkan tidak punya kekebalan terhadap morbili & menderita penyakit ini setelah dilahirkan ( Rampengan, 1995 )
2)      Natal : ~
3)      Post natal
-          Bayi yang baru lahir dapat menderita campak bersamaan dengan ibunya yang sedang sakit.
-          Riwayat imunisasi :
Penyakit ini memberikan kekebalan seumur hidup & dapat dicegah dengan imunisasi.
Untuk negara berkembang imunisasi dianjurkan setelah usia 6 bulan ; Boster 15 bulan.
Di negara maju diberikan setelah usia 15 bulan karena antibodi yang didapatkan secara pasif dari ibu sudah hilang.
Pada anak yang mendapatkan imunisasi < 15 bulan, cenderung terkena morbili karena vaksin telah diinaktivasi ( Nelson, 1993 ).
2.1.5        RPK
Penyakit campak sangat menular ± 90 % dari anak – anak yang rentan, dengan kontak keluarga akan mendapatkan penyakit ini.
2.1.6        ADL
1)      Nutrisi : Selama periode demam biasanya disertai anoreksia dan muntah – muntah.
2)      Aktivitas : Selama periode demam biasanya disertai malaise, meningkatnya ketergantungan pemenuhan kebutuhan perawatan diri serta menurunnya aktivitas bermain.
2.1.7        Pemeriksaan
2.1.7.1  Pemeriksaan Keadaan umum
Suhu tubuh 39º - 40,6º C, malaise dan kelemahan
2.1.7.2  Pemeriksaan fisik
1)      Kulit : Timbul rash
-          Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan pada kulit yang berwarna merah )
-          Timbul dari belakang telinga pada batas rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas dan dada bagian atas dalam 24 jam I.
-          Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke   2 – 3, maka rash pada wajah mulai menghilang.
-          Proses menghilangnya rash berlangsung dari atas ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam waktu       4 – 5 hari menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan ( desquamasi ).
2)      Kepala
-          Mata :
Konjungtivitis & fotofobia.Tampak adanya suatu garis melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi kelopak mata ( Transverse Marginal Line Injectio ) pada palpebrae inferior, rasa panas di dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat pada kantong konjungtiva.
-          Hidung :
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.
-          Mulut : Didapatkan koplik's spot
Merupakan gambaran bercak – bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke – 2 setelah erupsi kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada morbili.
3)      Leher :
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang ( virus morbili ).
4)      Dada :
-          Paru :
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering. Intensitas batuk meningkat mencapai puncak pada saat erupsi. Bertahan lama & menghilang secara bertahap dalam    5 – 10 hari.
-          Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
5)      Abdomen :
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat menurun.
6)      Anus & genetalia :
-          Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare
-          Eliminasi uri tidak terpengaruh.
7)      Ekstremitas atas dan bawah :
Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya.
2.1.7.3  Pemeriksaan penunjang
Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan.
2.2  Diagnosa Keperawatan
2.2.1        Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, potensial perubahan pola nafas s/d :
1)      Obstruksi trakheobronkhial skunder terhadap penumpukan sekret.
2)      Perubahan mukosa saluran pernafasan skunder terhadap proses inflamasi.
3)      Perubahan kapasitas O2 dalam daerah skunder terhadap hipertermi.
2.2.2        Hipertermi s/d :
1)      Efek pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus.
2)      Peningkatan metabolisme s / d proses penyakit.
2.2.3        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d :
1)      Berkurangnya intake untuk memenuhi kebutuhan metabolisme skunder terhadap anoreksia.
2)      Perubahan absorpsi makanan skunder terhadap diare.
3)      Peningkatan kebutuhan kalori.

2.2.4        Gangguan rasa aman :
Resiko injuri s / d fotofobi skunder terhadap dampak peradangan umum pada konjungtiva.
2.2.5        Resiko terjadinya infeksi skunder s / d tidak adekuatnya pertahanan skunder tubuh : leukopenia
2.2.6        Kurangnya pengetahuan keluarga s / d :
1)      Interpretasi yang salah terhadap informasi
2)      Tidak adanya sumber informasi.
2.3  Perencanaan
2.3.1        Proiritas diagnosa keperawatan.
Berdasarkan kegawatan masalah.
2.3.2        Tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan dan rasional rencana tindakan.
2.3.2.1  Diagnosa keperawatan I
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas s/d .....
1)      Tujuan : Mempertahankan efektifitas pernafasan
2)      Kriteria hasil :
-          Tidak terdengar suara nafas tambahan.
-          Tidak ada tarikan otot bantu pernafasan.
-          Tidak ada batuk.
-          Tidak ada sekresi dari saluran pernafasan berlebihan.
-          Frekuensi pernafasan dalam batas normal.
3)      Rencana tindakan :
(1)   Auskulrasi suara nafas, perhatikan adanya suara nafas tambahan.
R/ Adanya obstruksi pada saluran nafas dimanifestasikan pada suara nafas.
(2)   Monitor frekuensi pernafasan.
R/ Takipnea merupakan kompensasi terhadap suatu stress, pernafasan dapat menjadi cepat / lambat.
(3)   Bantu pasien pada posisi yang nyaman, kepala lebih tinggi dari kaki.
R/ Diafragma lebih rendah dapat meningkatkan ekspansi dada.
(4)   Ubah posisi secara berkala ( teratur ).
R/ Membantu mobilisasi dan pengeluaran sekret.
(5)   Latih pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif.
R/ Nafas dalam memudahkan ekspansi dada secara maksimal, batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
(6)   Tingkatkan intake cairan sesuai kebutuhan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan viskositas sekret dan mempermudah pengeluaran.
(7)   Berikan nebulizer.
R/ Kelembaban dapat menurunkan viskositas sekret dan mempermudah pengeluaran.
(8)   Bantu melakukan fisioterapi dada.
R/ Postural drainage dan perkusi merupakan tindakan pembersihan yang penting untuk mengeluarkan sekresi & memperbaiki ventilasi.
(9)   Lakukan suction.
R/ Bila mekanisme pembersihan jalan nafas ( batuk ) tidak efektif dilakukan suction.
(10)Berikan O2 sesuai indikasi.
R/ Memaksimalkan transport O2 dalam jaringan.
2.3.2.2  Diagnosa keperawatan II
Hipertermi s/d.....
1)      Tujuan : Klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
2)      Kriteria hasil :
-          Suhu tubuh 36,5º – 37,5º C ( bayi ) , suhu tubuh 36º –37,5ºC(anak)
-          Frekuensi pernafasan : Bayi ; 30-60 x/mnt, anak ; 15-30 x/mnt.
-          Frekuensi nadi : Bayi ; 120-140 x/mnt, anak ; 100-120 x/mnt.
3)      Rencana tindakan :
(1)   Monitor temperatur suhu.
R/ Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
(2)   Monitor suhu lingkungan.
R/ Temperatur lingkungan dipertahankan mendekati suhu normal.
(3)   Berikan kompres dingin.
R/ Menurunkan panas lewat konduksi.
(4)   Berikan antipiretik sesuai program tim medis.
R/ Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.
2.3.2.3  Diagnosa keperawatan III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d........
1)      Tujuan : Klien dapat menunjukkan dan atau mempertahankan BB yang normal.
2)      Kriteria hasil :
-          Adanya minat / selera makan.
-          Porsi makan sesuai kebutuhan.
-          BB dipertahankan sesuai usia.
-          BB dinaikkan sesuai usia.
3)      Rencana tindakan :
(1)   Monitor intake makanan.
R/ Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan.
(2)   Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.
R/ Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
(3)   Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera & dalam suasana yang menyenangkan.
R/ Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan.
(4)   Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Makanan dalam porsi besar / banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
(5)   Timbang BB tiap hari.
R/ Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang diberikan.
(6)   Konsul ke ahli gizi.
R/ Memberikan bantuan untuk menetapkan diet dan merencanakan pertemuan secara individual bila diperlukan.
(7)   Berikan IVFD sesuai program tim medis.
R/ Dibutuhkan sejak intake nutrisi oral sudah tidak mencukupi.

2.3.2.4  Diagnosa keperawatan IV
Gangguan rasa aman : Resiko injuri s/d........
1)      Tujuan : Klien tidak mengalami injuri selama terjadi fotofobi.
2)      Kriteria hasil :
-          Mata bersih, tidak ada tumpukan sekret.
-          Mata tidak kemerahan dan berair.
-          Klien tidak mengalami fotofobi.
-          Tidak terjadi injuri.
3)      Rencana tindakan :
(1)   Monitor keadaan mata: warna konjungtiva, produksi sekret & air mata, fotofobi.
R/ Fotofobi menghilang bersamaan dengan penyembuhan konjungtivitis.
(2)   Lakukan perawatan mata secara teratur.
R/ Membersihkan sekret dan mencegah terjadinya infeksi skunder.
(3)   Hindari rangsangan cahaya yang berlebihan.
R/ Terang yang berlebihan akan mempercepat fotofobi.
(4)   Jauhkan klien dari benda – benda tajam dan mudah pecah.
R/ Mencegah perlukaan.
(5)   Beri papan pengaman tempat tidur.
R/ Fotofobi terutama yang disertai hipertermi dapat membuat pasien gelisah.
(6)   Berikan vitamin A sesuai program tim medis.
R/ Vitamin A baik untuk kesehatan mata.
2.3.2.5  Diagnosa keperawatan V
Resiko terjadinya infeksi skunder s/d.......
1)      Tujuan :
Didapatkan kondisi lingkungan yang dapat mencegah / menurunkan resiko terjadinya infeksi.
2)      Kriteria hasil :
-          Klien mencapai kesembuhan.
-          Tidak ada drainage yang purulen.
-          Suhu tubuh dalam batas normal.
3)      Rencana tindakan :
(1)   Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ Mencegah kontaminasi silang.
(2)   Pertahankan teknik aseptik.
R/ Menurunkan resiko kolonisasi bakteri.
(3)   Tingkatkan perubahan posisi / ambulasi, latih nafas dalam dan batuk efektif.
R/ Meningkatkan semua ventilasi segmen paru dan membantu mobilisasi sekret dan mencegah pneumonia.
(4)   Tingkatkan intake cairan secara adekuat.
R/ Membantu melancarkan sekresi pernafasan dan mencegah statis cairan tubuh.
(5)   Batasi pengunjung, berikan isolasi pernafasan.
R/ Membatasi terpajan dengan bakteri dan membatasi infeksi silang virus morbili pada perawat.
(6)   Berikan perawatan diri secara teratur : mandi, BAK, BAB, berpakaian.
R/ Kulit yang kotor merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
(7)   Monitor suhu secara teratur.
R/ Efek dari proses inflamasi adalah panas ( kenaikan suhu ).
(8)   Observasi adanya luka dan drainage purulen.
R/ Indikasi adanya infeksi lokal.
(9)   Berikan antibiotik sesuai program tim medis.
R/ Untuk profilaksis.
2.3.2.6  Diagnosa keperawatan VI
Kurangnya pengetahuan keluarga s/d.....
1)      Tujuan :
Secara verbal keluarga dapat mengungkapkan / menjelaskan proses penyakit, penularan dan pencegahan.
2)      Kriteria hasil :
-          Keluarga dapat mengidentifikasi proses penularan, proses penyakit dan pencegahan.
-          Adanya perubahan lingkungan / gaya hidup.
3)      Rencana tindakan :
(1)   Berikan informasi morbili secara spesifik.
R/ Memberikan pengetahuan dasar, mengurangi kecemasan dan meningkatkan sikap kooperatif keluarga terhadap tindakan yang akan dikerjakan.
(2)   Diskusikan tentang penularan morbili termasuk teknik isolasi.
R/ Menghindari infeksi silang dari anak pada keluarga.
(3)   Review pengetahuan keluarga tentang imunisasi dan jelaskan imunisasi campak secara spesifik.
R/ Morbili merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.
(4)   Diskusikan kemungkinan infeksi skunder, adanya tanda dan gejalanya.
R/ Menurunnya leukosit mempunyai potensi infeksi.
(5)   Diskusikan cara oral higiene, perawatan mata dan perawatan kulit yang baik.
R/ Pada fase prodromal dan erupsi perawatan kebersihan diri sangat penting untuk dikerjakan.
2.4  Pelaksanaan
Prinsip – prinsip pelaksanaan rencana asuhan keperawatan anak dengan mordili adalah :
1)      Menjaga fungsi pernafasan.
2)      Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3)      Mempertahankan cairan dan nutrisi.
4)      Mencegah komplikasi dan injuri.
5)      Memberikan informasi pada keluarga tentang proses penyakit, penularan dan pencegahan.
6)      Memperhatikan tumbang anak terhadap dampak hospitalisasi.
2.5  Evaluasi
1)      Mengukur pencapaian tujuan.
2)      Membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil / pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ ( 2000 ) Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC, Jakarta.

Doengoes, ME ( 2001 ) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2, EGC, Jakarta.

Nelson ( 1993 ) Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.

Ngastiyah ( 1997 ) Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Rampengan & Laurentz ( 1995 ) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak, EGC, Jakarta.

No comments:

Post a Comment