Pages - Menu

Tuesday, February 26, 2013

Askep Anak Encephalitis



ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENSEFALITIS

I. KONSEP DASAR MEDIS
1. PENGERTIAN
            Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus System) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.
           Ensefalitis adalah radang pada jaringan otak yang disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus. (kapita selekta kedokteran jilid 2,2000: 440)

2. PATOFISIOLOGI ENSEFALITIS
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
·         Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.                                            
·         Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
·         Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
 Penyebab   Ensefalitis:
             Penyebab terbanyak : adalah virus
                Sering            : - Herpes simplex ,- Arbo virus
                Jarang              : - Entero virus  - Mumps, Adeno virus
     Post Infeksi     : - Measles, Influenza, Varisella     
                 Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Ensefalitis adalah : Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium dan T. Pallidum.

            Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,varicella.
3. GEJALA KLINIS
3.1      Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
3.2      Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.    
4. DIAGNOSA BANDING
4.1 Menginitis TB
4.2 Sindrom Reye
4.3 Abses Otak
4.4 Tumor Otak
4.5 Ensefalopati

5. PENATALAKSANAAN
5.1  Pengobatan Penyebab
Diberikan bila jenis virus diketahui
Herpes Ensefalitis : adenosine arabinose 15 mg/kg BB/ nr selama 5 hari
5.2  Pengobatan Suportif
-          ABC dipertahankan sebaik-baiknya
-          Pemberian makanan yang adekuat
-          Obat-obatan misalnya :
a.   Hiperpirexia
b.  Kejang
c.   Edema otak
-          Perawatan
Lakukan drainase postural dan aspirasi mekanis
6.  PROGNOSIS
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi berkisar antara 35 – 50 %. Dari penderita yang hidup 20 – 40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paresis atau paralesis, pergerakan koreoatetoid, gangguan penglihatan atau gejala neorologis lain penderit yang sembuh tanpa kelainan neorologis yang nyata dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi metal, masalah tingkah laku dan epilepsy

II. KONSEP DASAR ASKEP
1.  Identitas
Umur                      :  dapat menyerang semua kelompok umur.
Jenis Kelamin         :  tidak terdapat perbedaan.
Status ekonomi       :  sering terjadi keadaan nutrisi yang buruk, karena faktor ekonomi.
Lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan menunjang juga terjadinya penyakit ini.

2.  Riwayat Keperawatan
2.1      Keluhan Utama.
Kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan kesadaran,tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (kaku         kuduk,.
2.2      Riwayat Penyakit Sekarang
Anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara umum, nyeri ekstremitas, mudah terangsang/irritable, demam (39°- 41°C), nafsu makan menurun, muntah-muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pucat, gelisah,     
2.3      Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah menderita penyakit yan disebabkan oleh virus, seperti virus influenza, varisella,adenovirus, coxsachie, echovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing, fungus, riketsia.
2.4      Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang dapat menular kepada anak.
3.    Pola-pola Fungsi Kesehatan
3.1  Pola Nutrisi dan Metabolisme
Terjadi perubahan dalam kebiasaan atau jenis makanan yang diberikan akibat dari kondisi penyakitnya
3.2  Pola Eliminasi
Terjadi perubahan dari karakteristik faeses dan urine (warna , konsistensi, bau), dapat terjadi inkontinensia atau retensi dari urin atau alvi, nyeri tekan abdomen.
3.3  Pola Tidur dan Istirahat
Anak menjadi mudah terangsang/irritable, terjadi kejang spastik, penurunan kesadaran (apatis-koma).
3.4  Pola Aktivitas
Dapat ditemukan gerakan-gerakan yang involunter, hipotonia, keterbatasan dalam rentang gerak, ataksia, kelumpuhan, masalah dalam hal berjalan atau keterbatsan akibat dari kondisi penyakitnya.
  1. Pemeriksaan
4.1  Pemeriksaan Umum
Suhu tubuh : 104 –105 oF, Malaise, kejang, penurunan kesadaran.
4.2  Pemeriksaan Fisik
1.      Kepala Leher
§  Nyeri Kepala
§  KakuKuduk
§  Hemiperesis
§  hemiplegia
2.      Dada
§  Tarikan Intercoste
§  Irama nafas tak teratur
3.      Ektermitas
§  Kejang
§  Ataksia
5.      Pemeriksaan Penunjang
§  Biakan
§  Pemeriksaan serologis : Uji fiksasi, komplemen, uji inhibisi, hemaglobinasi, dan uji neotralisasi
§  EEG
§  Lumbal Pungsi
§  Biopsi Otak

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :

I.     Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan :
Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.


Rencana Tindakan :
INTERVENSI
(1)               RASIONAL
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuatif. Kegagalan autoregulasi akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output
Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar serta nausea yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
Aktifitas muntah atau batuk dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
Kolaborasi :
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.
Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.

II. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Tujuan :
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria evaluasi :
Pasien dapat tidur dengan tenang
Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Rencana Tindakan :
INTERVENSI
RASIONAL
Independent
Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang

Menurunkan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata
Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati
Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
Kolaborasi :
Berikan obat analgesik
Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.

III.Resiko  injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Rencana Tindakan :
INTERVENSI
RASIONAL
Independent :
Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya

Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.
Melindungi pasien bila kejang terjadi
Pertahankan bedrest total selama fase akut
Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi :
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.

Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.

IV. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder optimal serta peningkatan kemampuan fisik
Rencana Tindakan
Intervensi
Rasional
Independen :
Review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi
Mengidentifikasi kerusakan fungsi dan menentukan pilihan intervensi
Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala ketergantungan dari 0 - 4
Kemungkinan tingkat ketergantungan (0) hanya memerlukan bantuan minimal (1)Memerlukan bantuan moderate (3) Memerlukan bantuan komplit dari perawat (4)Klien yang memerlukan pengawasan khusus karena resiko injury yang tinggi
Berikan perubahan posisi yang teratur pada klien
Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan berat badan secara meneyluruh dan memfasilitasi peredaran darah serta mencegah dekubitus
Pertahankan body aligment adekuat, berikan latihan ROM pasif jika klien sudah bebas panas dan kejang
Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop serta dapat mempercepat pengembalian fungsi tubuh nantinya
Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan masasse, ganti pakaian klien dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur dalam keadaan kering
Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah gangguan integritas kulit
Berikan perawatan mata, bersihkan mata dan tutup dengan kapas yang basah sesekali
Melindungi mata dari kerusakan akibat terbukanya mata terus menerus
Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak pada area kulit
Indikasi adanya kerusakan kulit

V. Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori,   transmisi sensori dan integrasi sensori
Tujuan :

Kesadaran klien dan persepsi sensori membaik

RencanaTindakan :
Intervensi
Rasional
Evaluasi secara teratur perubahan orientasi klien, kemampuan bicara, keadaan emosi serta proses berpikir klien.
Kerusakan area otak akan menyebabkan klien mengalami gangguan persepsi sensori. Sejalan dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan mulai membaik sehingga perlu dievaluasi kemajuan klien
Kaji kemampuan menterjemahkan rangsang sensori misalnya : respon terhadap sentuhan, panas atau dingin, serta kesadaran terhadap pergerakan tubuh.
Informasi tersebut penting untuk menentukan tindak lanjut bagi klien
Batasi suara-suara bising serta pertahankan lingkungan yang tenang
Menurunkan kecemasan, dan mencegah kebingungan pada klien akibat rangsang sensori berlebihan
Tetap bicara dengan klien dengan suara yang tenang, gunakan kata-kata yang sederhana dan singkat serta pertahankan kontak mata
Rangsang sensori tetap diberikan pada klien walaupun dalam keadaan tidak sadar untuk memacu kemampuan sensori persepsi klien
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli fisioterapi atau okupasi
Untuk dapat memberikan penanganan menyeluruh pada klien
VI.Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria tidak adanya tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam batas normal

Rencana Tindakan
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya sekret
Faktor-faktor tersebut menentukan kemampuan menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi
Auskultasi bowel sounds, amati penurunan atau hiperaktivitas suara bpowell
Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada kerusakan otak, bowelll sounds menentukan respon feeding atau terjadinya komplikasi misalnya illeus
Timbang berat badan sesuai indikasi
Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan makanan
Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala
Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi
Pertahankan lingkungan yang tenang dan anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan makanan pada klien
Membuat klien merasa aman sehingga asupan dapat dipertahankan



DAFTAR KEPUSTAKAAN
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.             
Mansjoer, Arif, dkk (2000). Kapita Selektaa Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Doegoes, Marilynn E, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martinm, dkk (1998). Standar Perawatan Pasien, Volume 3. Jakarta : EGC.

No comments:

Post a Comment