Pages - Menu

Monday, February 25, 2013

Askep Congenital Heart Desease


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG


KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat IIIahi Robbi atas segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ANAK, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen tugas pada mata kuliah ANAK di Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada Bandung.
Makalah ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusuanan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang
Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih


        Penulis

Tonton dan SUBSCRIBE & SHARE Channel YouTube "DUNIA KEPERAWATAN" dibawah ini


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008)
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008).
Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan sosial ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung (Dikutip dari IdeBagus : 2008)
Congenital heart diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan dan kematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan fasilitas medis yang terbatas, problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak dapat hidup. Kebanyakan orangtua bayi CHD adalah pasangan muda yang ekonominya masih rendah. Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia diperkirakan 8/1000 kelahiran hidup. Data mengenai penyakit jantung bawaan sangat bervariasi bergantung pada hasil penelitian terhadap anak atau orang dewasa, serta berdasarkan autopsy dan pemeriksaan kateterisasi. Di Indonesia sekitar 40.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2% penderita yang bisa diselamatkan. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008).
Sebagai kalangan mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui bahaya congenital heart diseases (CHD) bagi kehidupan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka dan bisa berujung pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya mampu mengidentifikasi faktor penyebab serta tanda dan gejala dari Congenital heart diseases (CHD), serta dapat bertindak dalam memberikan pelayanan terbaik pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit

B.        Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) ?”

C.       Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dapat  memberikan  informasi  dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD).

D.       Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan elektronik.

E.        Sistematika
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya; BAB I tentang Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan saran.




BAB II
PEMBAHASAN
A.       Definisi
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI : 1996)
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997).

B.        Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1.   Faktor Prenatal :
a.    Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b.   Ibu alkoholisme.
c.    Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d.   Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e.    Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
f.     Terpajan radiasi (sinar X).
g.    Gizi ibu yang buruk.
h.   Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
2.   Faktor Genetik
a.       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b.      Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c.       Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d.      Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

C.       Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
§  Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).
§  Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.
§  Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
§  Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar (TAB).
§  CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1.      Defek Septum Ventrikel (VSD)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.
Manifestasi klinik : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan : Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang
2.      Duktus Arteriosus Persisten (PDA)
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.
Manifestasi klinik : Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akibat aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan : Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
3.      Tetralogi fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari  4 kelainan yaitu:
a)      stenosis pulmonal
b)      hipertropi ventrikel kanan
c)      kelainan septum ventrikuler
d)     kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
Manifestasi klinik : Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nyata yaitu adanya sianosis, letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan : Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara :
a)      Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau arterikarotis menuju arteri pulmonalis kanan.
b)      Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

D.       Patofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir kedalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, Perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

4.         Pathway/ Pathoflow (terlampir)
5.         Manifestasi Klinis
1.      Infants
§  Dyspnea
§  Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas)
§  Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit)
§  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
§  Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan)
§  Heart murmur
§  Cyanosis
§  Cerebrovasculer accident/ CVA
§  Stridor and choking spells/ mencekik
2.      Children
§  Dyspnea
§  Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang)
§  Decrease exercise tolerance (aktitas menurun)
§  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
§  Heart murmur and thrill
§  Cyanosis
§  Squatting
§  Clubbing of fingers and toes
§  Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi)

6.         Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai komplikasi antara lain:
1.            Gagal jantung kongestif / CHF.
2.            Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.
3.            Aritmia.
4.            Endokarditis bakterialistis.
5.            Hipertensi.
6.            Hipertensi pulmonal.
7.            Tromboemboli dan abses otak.
8.            Obstruksi pembuluh darah pulmonal.
9.            Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).
10.        Enterokolitis nekrosis.
11.        Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner).
12.        Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13.        Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
14.        Gagal tumbuh.

7.         Pemeriksaan Penunjang
1.   Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2.   Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3.   Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4.   Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
5.   Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6.   Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
7.   Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.

8.         Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Riwayat Keperawatan
1)   Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
2)   Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.
3)   Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4)   Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
5)   Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetik yang menunjang.
6)   Riwayat pertumbuhan, biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
7)   Riwayat psikososial/ perkembangan :
-          Kemungkinan mengalami masalah perkembangan.
-          Mekanisme koping anak/ keluarga.
-          Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
b.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
§  Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas).
§  Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
§  Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
§  Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.
§  Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.
§  Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
§  Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
§  Observasi diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.
§  Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.
§  Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
§  Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan, sedangkan neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
§  Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
§  Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temporal.
§  Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.
b.   Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.
c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
e.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
f.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
g.    Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
h.   Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya inforrnasi.
i.     Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak.
3.      Rencana Keperawatan
a.    Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga keadaan normal.
Kriteria Hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac output.
Intervensi
§  Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
§  Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
§  Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
§  Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
§  Monitor tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali.
Rasional : untuk mengetahui sejauhmana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
§  Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
§  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin.
Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
b.   Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.
Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru dan efektif pola nafasnya
Intervensi
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.
Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
§  Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
§  Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi.
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.
§  Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.
Rasional : menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.
Kriteria hasil : Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada
Intervensi
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis.
Rasional: Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
§  Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.
Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
§  Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan.
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan penggunaan nitrat.
§  Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan.
Rasional: aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
§  Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.
Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan respon nyeri.
§  Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
§  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian analgesic.
Rasional : analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.
d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dalam menopang pertumbuhan
Intervensi:
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.
Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
§  Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
§  Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidakadekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infuse.
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi melalui oral.
§  Observasi selama pemberian makan atau menyusui.
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
§  Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
§  Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.
Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
§  Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
e.    Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Kriteria hasil : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi:
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan, timbangberat badan anak setiap hari.
Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretic, keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung.
§  Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi, penambahan berat badan.
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
§  Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.
Rasional : menurunkan retensi natrium.
§  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai indikasi.
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh.
f.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Intervensi:
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak.
Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
§  Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.
Rasional: teknik penghematan energi.
§  Support dalam pemberian nutrisi anak.
Rasional : nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akan meningkatkan produksi energi.
§  Batasi aktifitas anak yang berlebihan.
Rasional : meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
g.    Kurang pengetahuan ibu/ keluarga tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Ibu/ keluarga tidak mengalami kecemasan dan mengetahui proses penyakit dan penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan.
Kriteria hasil : Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
Intervensi:
§  Berikan pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan.
Rasional: informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/ keluarga sehingga cemas yang dialami ibu/ keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.

9.         Lampiran
a.       Pathoflow VSD/PDA
b.      Pathoflow TOF
c.       Abstrak Jurnal




BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional agar dapat memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD)

B.           Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1.   Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.   Kita hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan CHD”, demi untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan dibidang pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan pada umumnya.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya




DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Pasien. ed.03. Jakarta : EGC. Gusty. Reni Prima, dkk. (2010).
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot
www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc. (akses tanggal 6 April 2010)
IdeBagus. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan. http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).
Madiyono, Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Tim Keperawatan Anak. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Heart Diseases (CHD).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ%3Ainherent.brawijaya.ac.id%2Fvlm%2Ffile.php%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+bawaan+pada+anak&hl=id&gl=id. (akses tanggal 6 April 2010)
Tyo. (2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2010/04/askep-anak-dengan-penyakit-jantung.html. (akses tanggal 6 April 2010).
http://www.docguide.com/patients-poor-knowledge-heart-conditions-may-have-harmful-consequences (akses tanggal 17 april 2012)

No comments:

Post a Comment