Pages - Menu

Sunday, February 24, 2013

Askep MAS (Meconium Aspiration Syndrome)


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN sAM
(sindrom ASPIRASI MECONIUM)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT  atas segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ANAK dengan Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) , makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen tugas pada mata kuliah ANAK di Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada Bandung.
Makalah ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang
Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih



     Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
          Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yangdiakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi.  Mekonium dapat keluar di dalam kandungan bila terjadi stres /kegawatan intrauterin.Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan  penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan amnion yang terwarna-mekonium ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi cukup bulan atau lewat bulan. Pada 5% bayi yang berkembang pneumonia aspirasi, dimana 30% darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat meninggal. Kegawatan janin dan hipoksia terjadi bersama dengan masuknya meconium kedalam cairan amnion.

B.        Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) ?

C.       Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan , memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ).

D.       Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan elektronik

E.        Sistematika
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya; BAB I tentang Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan saran.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Ø  Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang  diakibatkan oleh terhisapnya mekonium / cairan amnion mekonial  ke dalam saluran pernafasan  bayi.
Ø  Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-term. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar,dan pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo.lahir saat di dalam uterus atau saat bernafas pertama kali.

B.     Etiologi
·         Asfiksiafetal
·         Prolonged labour
·         Peningkatan aktivitas usus janin.
·         Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin.

C.    Faktor Risiko
1.      Usia kehamilan melebihi 40 minggu ( Postterm )
2.      Berat badan lahir rendah. Bedakan dengan prematuritas, dimana SAM jarang terjadi bila bayi lahir sebelum 34 minggu. Dengan demikian, prematuritas bukan faktor risiko untuk terjadinya SAM
3.      Kesulitan dalam melahirkan
4.      Pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, DM pada ibu, ibu yang perokok berat/penderita penyakit paru kronik/penyakit kardiovaskular

D.    Insidensi
Cairan amnionmekonial terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan (aterm), tetapi SAM terjadi pada 4-10% bayi ini. Dan sepertiga diantaranya membutuhkan bantuan ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai pada kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang terkait, meningkat ketika mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal. Beberapa bayi yang dilahirkan dengan cairan amnion yang mekonial memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Pada beberapa bayi, aspirasi mungki terjadi intrauterine sebelum dilahirkan.

E.     Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam cairan amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan peristaltik usus janin disertai relaksasi sfinkter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran mekoneum ke cairan amnion. Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekoneum ke dalam saluran napas. Mekoneum yang tebal menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga terjadi gawat napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.
 
F.        Manifestasi klinis / Gejala dan Tanda
Cairan ketuban berwarna hijau tua dapat jernih maupun kental, mekonium pada cairan ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas , auskultasi: suara nafas abnormal Kadang-kadang terdengar ronki pada kedua paru. Mungkin terlihat emfisema atau atelectasis

G.    Komplikasi
1.      Displasia bronkopulmoner  
2.      Pneumotoraks
3.      Aspirasi pnemonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis jangka panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian

H.    Pemeriksaan penunjang
·      Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter antero    posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan terdapatnya pneumothorax  ( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )
·      Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan    penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2

I.       Penatalaksanaan medis
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
  1. Umum
    Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.
  2. Farmakoterapi
    Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.
  3. Fisioterapi
    Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
  4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
·            Pemberian terapi surfaktan.
·            Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.
·            Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.

J.         ASUHAN KEPERAWATAN
1.            PENGKAJIAN FISIK
a.       Riwayat antenatal ibu
b.      Status infant saat lahir
-          Stress intra uterin
-          Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
-          Apgar skor dibawah 5
-          Terdapat mekonium pada cairan amnion
-          Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
-          Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit),   grunting, retraksi, dan nasal flaring
-          Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru
-          Cyanosis
-          Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)
c.       Pengkajian Behavioral
-          Disminished activity
2.            DIAGNOSA KEPERAWATAN  YANG MUNGKIN
a.          Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
b.         Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan kemungkinan perawatan jangka panjang
c.          Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori.
d.         Kecemasan orangtua berhubungan dengan kemungkinan kematian pada infant, respon terhadap perawatan yang lama, dan pemberian bantuan ventilator
e.          Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan pernafasan
f.          Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium pada paru
g.         Resiko tinggi injury berhubungan dengan komplikasi pneumothoraks, atelectasis
h.         Kegagalan pertukaran gas berhubungan dengan pneumonitis chemical dan kegagalan fungsi paru akibat aspirasi meconium
i.           Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan aspirasi meconium
j.           Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan jangka panjang setelah kepulangan.
3.            Intervensi keperawatan
a.      Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
Tujuan : Mencegah dan mengeluarkan mekonium yang teraspirasi pada saat lahir atau   setelahnya
Intervensi
o    Observasi kebutuhan akan suctioning nasofaring saat kepala bayi lahir.
R : Mekonium dalam  cairan amnion merupakan indikasi dilakukan suction sebelum bayi baru lahir bernafas
o    Lakukan suction pada trakhea infant dengan selang endotrakheal setelah kelahiran.
R : Prosedur ini dilakukan sebelum menstimulasi infant jika ditemukan mekonium untuk mencegah aspirasi lebih lanjut
o    Lanjutkan suction pada mulut bayi untuk mengeluarkan partikel mekonium yang lebih besar.
R : Infant yang teraspirasi mekonium memerlukan resusitasi, khususnya infant yang mengalami disstress pernafasan
o    Berikan istirahat dan ketenangan pada infant.
R : Menangis atau agitasi dapat meningkatkan tekanan intra thorakal, menyebabkan pneumothorax
Tujuan
Identifikasi dan minimalkan kegagalan pernafasan setelah kelahiran
Intervensi :
o    Kaji status respirasi yang mengindikasikan aspirasi mekonium dan memerlukan tindakan  segera seperti :
-          frekuensi, kedalaman dan takipnea ( frekuensi nafas lebih dari 60 x/menit). Peningkatan frekuensi nafas menentukan peningkatan kebutuhan oksigen
-          Grunting. Suara grunting terjadi karena penutupan glottis untuk menghentikan ekshalasi udara dengan desakan udara ke pita suara
-          Nasal flaring.
-          Retraksi dengan penggunaan otot bantu nafas. Retraksi mengindikasikan distensi paru yang tidak adekuat selama inspirasi
-          Cyanosis. Cyanosis terjadi karena penurunan kadar oksigen dalam tubuh.
-          Analisa gas darah menunjukkan peningkatan PCO2 dan penurunan PO2. Nilai tersebut mengindikasikan adanya acidosis
-          Hasil serial ronqen dada.
R : Dapat mengindikasikan atelektasis, hiperinflasi atau pneumothoraks
o    Berikan therapi oksigen dan ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Ventilasi mekanik kadang diperlukan kadang tidak.
R : Tekanan positif diberikan setelah therapy bronkoskopi atau laringotrakheal untuk mencegah masuknya mekonium ke jalan nafas yang lebih kecil.
o    Set ventilator mekanik untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dengan frekuensi nafas pendek (60 – 70 x /menit.
R : Setting ini diperlukan untuk memberikan ventilasi alveoli bagian distal pada infant dengan aspirasi mekonium berat
o    Pertahankan hiperoksigenasi dan nilai pH/AGD pada 7,45 – 7,55 dengan PCO2 22 – 30 mmHg. Hiperoksigenasi mencegah sirkulasi fetal persisten. R : Keadaan alkalosis respiratorik membentu menurunkan vasokontriksi paru pada infant dengan aspirasi mekonium.
o    Berikan fisiotherapi dengan perkusi dan vibrasi setiap 1 – 2 jam. Gunakan percussor atau vibrator jika infant dapat mentoleransi treatment.
R : Prosedur ini membantu mengeluarkan sekresi tapi prosedur ini dilakukan tergantung pada kondisi infant
o    Cegah komplikasi infeksi (pneumonitis) dengan pemberian antibiotik IV sesuai pesanan (seperti ampicillin).
R : Antibiotik menghancurkan bakteri dengan memecah dinding sel bakteri sehingga sel bakteri mati.
o    Berikan aminoglycosides sesuai pesanan seperti kanamisin. Monitor kadar serum bayi.
R : Aminoglycosides menghancurkan bakteri dengan menghambat sintesis protein sehingga sel bakteri mati. Berikan secara pelahan untuk mencegah toksisitas ginjal. Memonitor level serum memaksimalkan efeltifitas therapi obat.
o    Jika dipesankan, berikan steroid untuk menurunkan respon inflamasi mekonium.
R : Walaupun obat hidrokortison merupakan pilihan tetapi penggunaannya masih diperdebatkan.
o    Siapkan infant untuk pembedahan dan pemasangan Extracorporeal Membrane Oksigenation (ECMO) Pump jika infant mengalami kerusakan fungsi paru yang berat. CCMD mempertahankan pertukaran dan perfusi gas. Pembedahan dilakukan untuk menanam dua tube kecil di leher dan menghubungkannnya dengan mesin ECMO yang memompakan darah melalui paru artificial.
R : Prosedur ini memepertahankan infant tetap hidup sampai paru dapat didukung dengan ventilasi mekanik. Jika ECMO digunakan
o    Kaji intake dan output cairan infant.
R : Mempertahankan keseimbangan cairan penting untuk mencegah overload cairan.
o    Monitor PO2 atau nilai oksimetri.
R : Nilai tersebut untuk mengevalusi oksigenasi jaringan
o    Kaji status neurologik infant.
R : Tanda neurologik menunjukkan perubahan status oksigenasi
o    Suction saluran endotrakheal sesuai pesanan.
R : Suctioning mempertahankan patensi jalan nafas dan membantu treatment.

b.      Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan kemungkinan perawatan jangka panjang
Tujuan : Meminimalkan kecemasan, rasa bersalah dan memberikan dukungan selama krisis situasi.
Intervensi dan Rasional
o    Kaji ekpressi verbal dan non verbal, perasaan dan penggunaan koping mekanisme.
R : Data tersebut diperlukan untuk membantu perawat untuk membangun koping yang konstruktif pada keluarga
o    Anjurkan orangtua mengungkapkan perasaannya tentang keadaan sakit anaknya, perawatan yang lama, dan prosedur yang dilakukan pada anaknya.
R : Verbalisasi membantu mempertahankan rasa percaya, menurunkan tingkat kecemasan orangtua dan meningkatkan keterlibatan orangtua
o    Berikan informasi yang konsisten dan akurat tetang kondisi dan perkembangan bayinya, perawatan di masa yang akan datang, dan potensial problem pernafasan.
R : Informasi akan menurunkan kecemasan terhadap keadaan bayinya.
o    Anjurkan keluarga berkunjung, ikut memberikan perawatan bila mungkin. R : Kunjungan, komunikasi dan partisipasi pada perawatan infant membantu proses bounding
o    Informasikan kepada orangtua tentang kebutuhan setelah pulang dan intruksikan prosedur yang penting saat di rumah.
R : Beberapa infant membutuhkan bantuan ventilator setelah pulang ke rumah.
o    Rujuk orangtua pada perawat komunitas dan informasikan tentang fasilitas kesehatan yang bisa dihubungi.
R : Rujukan memberikan support kepada keluarga untuk terus mengontrol keadaan bayinya.



BAB III
PENUTUP


A.       Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional agar dapat mencapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak.Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ).

B.        Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1.   Kita hendaknya lebih memahami Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )  dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.   Kita hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )”,untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan dibidang pelayanan pemberian asuhan keperawatan pada umumnya.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya



DAFTAR PUSTAKA

Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994
Wong, Donna L., Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby Year Book Inc, Missouri 1996.
Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

No comments:

Post a Comment