Pages - Menu

Saturday, February 16, 2013

Vaksin Influenza

VAKSIN INFLUENZA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Kesehatan

Disusun Oleh :
PEPI HARDIYANA PUTERA
4002120132





STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG
Jl Terusan Jakarta No. 71-75 Antapani Bandung
Telp/Fax 022-720 4803
2013



VAKSIN INFLUENZA
A.    PENGERTIAN
Vaksinologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vaksin.
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar". Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga disebut dengan imunisasi.
Vaksin influenza adalah vaksin yang berasal dari virus Influenza, dimana yang diambil antigen permukan, antigen internal dan protein virus-nya saja, sehingga vaksin ini mempunyai imunogenisitas tinggi dengan reaksi samping yang minimal. Masing-masing vaksin berisi 3 jenis strain virus Influenza (biasanya terdiri dari 2 tipe A dan 1 tipe B)
Penyakit influenza adalah sakit yang disebabkan virus influenza. Influenza mudah menular dan menyerang saluran pernapasan. Penularan virus influenza terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin. Virus influenza sangat menular bahkan sejak 1–2 hari sebelum gejala influenza muncul, itulah sebabnya penyebaran virus influenza sulit dihentikan. Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari, disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya bahkan sampai jutaan orang pada beberapa tahun pandemik. Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap tahunnya diAmerika Serikat dalam kurun waktu antara tahun 1979 sampai 2001 karena influenza. Pada tahun 2010 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat mengubah cara mereka melaporkan perkiraan kematian karena influenza dalam 30 tahun. Saat ini mereka melaporkan bahwa terdapat kisaran angka kematian mulai dari 3.300 sampai 49.000 kematian per tahunnya. 
Vaksinasi terhadap influenza biasanya tersedia bagi orang-orang di negara berkembang. Ternak unggas sering divaksinasi untuk mencegah musnahnya seluruh ternak. Vaksin pada manusia yang paling sering digunakan adalah vaksin influenza trivalen (trivalent influenza vaccine [TIV]) yang mengandung antigen yang telah dimurnikan dan diinaktivasi terhadap tiga galur virus. Biasanya, vaksin jenis ini mengandung material dari dua galur virus influenza subtipe A dan satu galur influenza subtipe B.  TIV tidak memiliki risiko menularkan penyakit, dan memiliki reaktivitas yang sangat rendah. Vaksin yang diformulasikan untuk satu tahun mungkin menjadi tidak efektif untuk tahun berikutnya, karena virus influenza berevolusi dengan cepat, dan galur baru akan segera benggantikan galur yang lama. Obat-obatan antivirus dapat dipergunakan untuk mengobati influenza, neuraminidase inhibitor (seperti Tamiflu atau Relenza).

B.     Jenis-jenis virus
Dalam klasifikasi virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan tiga dari lima genera dalam famili Oethomyxoviridae:
·      Virus influenza A
·      Virus influenza B
·      Virus influenza C
Virus-virus tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus parainfluenza manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari famili paramyxovirus yang merupakan penyebab umum dari infeksi pernapasan pada anak, seperti croup (laryngotracheobronchitis), namun dapat juga menimbulkan penyakit yang serupa dengan influenza pada orang dewasa.
1.      Virus influenza A
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini. Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada manusia, adalah:
·         H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan Flu Babi pada tahun 2009
·         H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957
·         H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968
·         H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004
·         H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang tidak biasa
·         H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas
·         H9N2
·         H7N2
·         H7N3
·         H10N7

2.      Virus influenza B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.

3.      Virus influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.

C.    Gejala
1.      Demam mendadak disertai menggigil
2.      Sakit kepala
3.      Badan lemah
4.      Nyeri otot dan sendi
5.      Gejala influenza bertahan selama 3–7 hari. Bila influenza bertambah berat, gejala tersebut di atas akan berganti dengan gejala penyakit saluran pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Kadang-kadang juga disertai gejala sakit perut, mual dan muntah.

D.    Komplikasi
1.      Radang paru-paru (pneumonia),
2.      Myositis
3.      Sindroma Reye
4.      Gangguan syaraf pusat.
5.      Meningitis

E.     Vaksinasi
Vaksinasi terhadap influenza dengan vaksin influenza sering direkomendasikan pada kelompok risiko tinggi, seperti anak-anak dan lansia, atau pada penderita asma, diabetes,penyakit jantung, atau orang-orang yang mengalami gangguan imun. Vaksin influenza dapat diproduksi lewat beberapa cara; cara yang paling umum adalah dengan menumbuhkan virus pada telur ayam yang telah dibuahi. Setelah dimurnikan, virus kemudian akan diaktivasi (misalnya, dengan detergen) untuk menghasilkan vaksin virus yang tidak aktif. Sebagai alternatif, virus dapat ditumbuhkan pada telur sampai kehilangan virulensinya kemudian virus yang avirulen diberikan sebagai vaksin hidup.
Efektivitas dari vaksin influenza beragam. Karena tingkat mutasi virus yang sangat tinggi, vaksin influenza tertentu biasanya memberikan perlindungan selama tidak lebih dari beberapa hari. Setiap tahunnya, WHO memprediksikan galur virus mana yang paling mungkin bersirkulasi pada tahun berikutnya, sehingga memungkinkan perusahaan farmasi untuk mengembangkan vaksin yang akan menyediakan kekebalan yang terbaik terhadap galur tersebut.
Vaksin juga telah dikembangkan untuk melindungi ternak unggas dari flu burung. Vaksin ini dapat efektif terhadap beberapa galur dan dipergunakan baik sebagai strategi preventif, atau dikombinasikan dengan culling (pemuliaan) sebagai usaha untuk melenyapkan wabah.
Terdapat kemungkinan terkena influenza walaupun telah divaksin. Vaksin akan diformulasi ulang tiap musim untuk galur flu spesifik namun tidak dapat mencakup semua galur yang secara aktif menginfeksi seluruh manusia pada musim tersebut. Memerlukan waktu selama enam bulan bagi manufaktur untuk memformulasikan dan memproduksi jutaan dosis yang diperlukan untuk menghadapi epidemi musiman; kadangkala, galur baru atau galur yang tidak diduga menonjol pada waktu tertentu dan menginfeksi orang-orang walaupun mereka telah divaksinasi (seperti yang terjadi pada Flu Fujian H3N2 pada musim flu 2003-2004).
Juga terdapat kemungkinan mendapatkan infeksi sebelum vaksinasi dan menjadi sakit oleh galur yang seharusnya dicegah oleh vaksinasi, karena vaksin memerlukan waktu dua minggu sebelum menjadi efektif.
Pada musim 2006-2007, CDC pertama kalinya merekomendasikan anak yang berusia kurang dari 59 bulan untuk menerima vaksin influenza tahunan. Vaksin dapat menimbulkan sistem imun untuk bereaksi saat tubuh menerima infeksi yang sebenarnya, dan gejala infeksi umum (banyak gejala selesma dan flu hanya merupakan gejala infeksi umum) dapat muncul, walaupun gejala tersebut biasanya tidak seberat atau bertahan selama influenza. Efek samping yang paling berbahaya adalah reaksi alergi berat baik pada material virus maupun residu dari telur ayam yang dipergunakan untuk menumbuhkan virus influenza; namun reaksi tersebut sangatlah jarang.
Sebagai tambahan selain vaksinasi terhadap influenza musiman, peneliti berusaha untuk mengembangkan vaksin terhadap kemungkinan pandemi influenza. Perkembangan , produksi, dan distribusi vaksin inluenza pandemik yang cepat dapat menyelamatkan nyawa jutaan orang pada saat terjadi pandemi inluenza. Karena hanya terdapat waktu yang singkat antara identifikasi galur pandemik dan kebutuhan vaksinasi, para peneliti sedang mencari pilihan moda produksi vaksin selain melalui telur.
Teknologi vaksin hidup yang diinaktivasi (berbasis telur atau berbasis sel), dan teknologi rekombinan (protein dan partikel mirip virus), akan memberikan akses real time yang lebih baik dan dapat diproduksi dengan lebih terjangkau, sehingga meningkatkan akses bagi orang-orang yang hidup di negara-negara berpenghasilan sedang dan rendah, dimana kemungkinan pandemi berasal. Sampai Juli 2009, lebih dari 70 uji klinis yang diketahui telah dilaksanakan atau sedang dilaksanakan mengenai vaksin influenza pandemi.
Pada September 2009, Badan POM Amerika Serikat menyetujui empat vaksin terhadap virus influenza H1N1 2009 (galur pandemik pada saat itu), dan meminta stok vaksin tersebut tersedia dalam bulan selanjutnya.
Pada saat ini terdapat dua bentuk vaksin influenza. Pertama adalah vaksin yang berasal dari virus yang telah dinonaktifkan (Flu Shot Vaccine). Vaksin ini dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diinjeksikan melalui jarum suntik. Pengaruh saat penyuntikan biasanya akan mengalami nyeri otot dan demam ringan. Selanjutnya, tubuh mulai memproduksi antibodi yang dibutuhkan untuk mencegah infeksi virus.
Vaksin kedua adalah vaksin yang berasal dari virus influenza yang telah dilemahkan (The Nasal-Spray Flu Vaccine), tapi tidak berbahaya bagi tubuh. Vaksin ini diberikan dengan cara disemprotkan ke dalam hidung. Setelah penyemprotan, vaksin akan merangsang kekebalan sistem imun di sekitar rongga hidung dan saluran pernafasan bagian atas untuk mencegah infeksi virus. Hal yang mendapat diperhatikan sebelum pemberian vaksin adalah masalah efek samping dari vaksin, yaitu berupa alergi. Memang, resiko vaksin dalam menyebabkan kematian atau masalah serius lainnya sangat jarang terjadi. Resiko terparah adalah timbulnya reaksi-reaksi alergi yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan identifikasi terhadap riwayat alergi yang dialami sebelum proses vaksinasi dilakukan. Sedangkan masalah-masalah ringan yang mungkin terjadi setelah vaksinasi adalah berasa nyeri, kulit kemerah-merahan, bengkak pada bagian tubuh yang disuntikan, suara menjadi serak, gatal-gatal, batuk, dan demam. Biasanya gejala-gejala tersebut akan terjadi selama 1 – 2 hari.
Yang perlu mendapat vaksinasi influenza : Semua orang berusia 6 bulan ke atas sebaiknya mendapat vaksinasi flu. Vaksinasi terutama penting bagi mereka yang beresiko lebih besar mengidap influenza yang parah dan orang-orang yang memiliki kontak langsung dengan mereka, termasuk praktisi medis dan anak-anak di bawah usia 6 bulan.
Mendapatkan vaksin ini sesegera mungkin setelah tersedia akan memberikan perlindungan bila musim flu menyerang lebih awal. Influenza bisa menyerang kapan saja, namun paling seringterjadi mulai bulan November sampai Mei. Dalam beberapa musim terakhir, sebagian besar infeksi terjadi pada bulan Januari-Februari. Mendapatkan vaksinasi di bulan Desember, atau bahkan setelahnya, akan tetap bermanfaat di sebagian besar tahun yang ada. Orang dewasa dan anak-anak usia lebih besar membutuhkan satu dosis vaksin influenza setiap tahun. Tetapi anak-anak di bawah usia 9 tahun membutuhkan dua dosis agar terlindungi. Vaksin influenza bisa diberikan bersamaan dengan vaksin lain, termasuk vaksin  pneumokokus.


DAFTAR PUSTAKA
Grimes E. Deanne, dkk, (1990) “Infectious Diseases” Clinical Nursing Series by Mosby-Year Book. Inc
Ranuh, I.G.N. (2001). Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
Wilson F. Susan, dkk, (1990) “Respiratory Disorders” by Mosby-Year Book. Inc.
http://id.wikipedia.org/.vaksinasi influenza. Di kutip tahun 2013.

No comments:

Post a Comment