Pages - Menu

Friday, May 31, 2013

Laporan Pendahuluan Cidera Kepala : Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan

Diagnosa keperawatan
  1. bersihan jalan nafas dan ventilasi tidak epektif b.d hipoksia
  2. kekurangan volume cairan b.d gangguan kesadaran dan disfungsi hormonal
  3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan metabolisme, pembatasan cairan dan asupan yang tidak adekuat
  4. resiko terhadap kecelakaan (yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain) b.d disorientasi, gelisah dan kerusakan otak
  5. perubahan proses pikir (deficit fungsi intelektual, komunikasi, ingatan, proses informasi) b.d cedera otak
  6. potensial terhadap koping keluarga tidak epektif b.d pasien tidak responsive, hasil yang tidak jelas, periode pemulihan yang lama, sisa kemampuan fisik pasien dan deficit emosi
  7. kurang pengetahuan tentang proses rehabilitasi
  8. rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

Perencanaan
      Sasaran pasien meliputi mempertahankan jalan nafas paten, tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit, tercapainya asupan nutrisi yang adekuat, pencegahan cedera, peningkatan fungsi kognitif, koping keluarga epektif, peningkatan pengetahuan dan pencegahan komplikasi.

DX I
Bersihan jalan nafas dan ventilasi tidak epektif b.d hipoksia
Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam jalan napas dan ventilasi efektif dengan kriteria :
  1. klien tidak sesak
  2. penafasan teratur
  3. respirasi dalam batas normal
  4. tidak sianosios
 Intervensi :
  • Pantau frekuensi, kedalaman dan kesimetrisan pernapasan
  • Catat adanya kelelahan pernapasan
  • Tingkatkan kepala tempat tidur atau letakan px pada  posisi semi fowler
  • Lakukan pemantauan terhadap analisa gas darah
  • Cegah terjadinya aspirasi dan insufisiensi paru-paru
  • Berikan O2
  • Lakukan penghisapan dengan epektif
Rasional :

  • Peningkatan distress pernapasan menandakan adanya kelelahan pada otot pernafasan
  • Merupakan indicator yang baik terhadap gangguan fungsi pernafasan, menurunnya kapasitas paru
  • Menurunkan tekanan intra cranial dan memudahkan mengeluarkan secret melalui mulut
  • Untuk mengkaji keadekuatan ventilasi, menentukan kecukupan pernapasan, keseimbangan asam basa dan kebutuhan akan therapy
  • Memaksimalkan O2 pada darah arteri
  • Sekresi pulmonal yang menimbulkan batuk dan mengejan yang meningkatkan TIK

Laporan Pendahuluan Cidera Kepala : Jenis, Penatalaksanaan, Evaluasi Diagnostik dan Komplikasi

Macam – macam cedera kepala:

  1. Cedera kulit kepala
Luka kulit kepala merupakan tempat masuknya infeksi intra cranial. Trauma banyak menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi, atau avulse.
  1. Fraktur tengkorak
Adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan oleh trauma, ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Fraktur tengkorak dapat diklarifikasikan berdasarkan keutuhan dari kulit atau membrane mukosa diatasnya (tertutup/terbuka/gabungan). Tingkat penggeseran kedalam (depresi atau non depresi). Keterlibatan basis tengkorak (basilaris) dan pola geometric (linear, stelata, kominutiva).
  1. Cedera otak
Mekanisme cedera otak meliputi disrupsi otak langsung oleh suatu objek yang menusuk, cedera fokal dari otak akibat deselarasi/ rotasi cepat dari otak dalam tulang tengkorak yang kaku atau “cedera aksonal difus” yang disebabkan oleh stress pemotongan karena rotasi.
Cedera kepala ringan atau konkusi biasanya tidak berkaitan dengan cedera otak primer yang nyata atua deficit neurology. Cedera kepala sedang atau berat tampaknya lebih berkaitan dengan deficit neurologik dengan berbagai kemampuan untuk pulih sering juga disertai dengan cedera skunder.

Penatalaksanaan
            Therapy dilaksanakan untuk mempertahankan homeostatis otak dan mencegah kerusakan otak skunder.
            Tindakan terhadap peningkatan TIK: mempertahankan oksigen adekuat, pemberian mannitol untuk mengurangi edema serebral dengan dehidrasi osmotic, hiperventilasi, Penggunaan steroid, peningkatan kepala tempat tidur.

Evaluasi diagnostic
            Pemeriksaan neurologik dan fisik awal memberi data dasar. Pemeriksaan CT Scan penilaian klinis secara cepat, penting setelah cedera otak dan skala koma Glasgow (GSG), EEG, MRI, BAER, Sinar X, GDA.

Komplikasi
  • Edema serebral dan herniasi
  • Deficit neurologik dan psikologik

Komplikasi lain setelah traumatic berupa cedera kepala meliputi infeksi sistemik (pneumonia, infeksi saluran kemih, septicemia). Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomeilitis, meningitis, vertikulitis, abses otak) dan osifikasi heterotrofik. 

Thursday, May 30, 2013

Laporan Pendahuluan Cidera Kepala

LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA

Definisi
Cedera kepala adalah merupakan sala satu penyebab kematian atau kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakan lalulintas. Disamping pertolongan di tempat kejadian dan perjalanan menuju Rumah sakit, pertolongan dirung gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.
Klasifikasi cidera kepala
a.       Menurut mekanisme berdasarkan adanya penetrasi durameter
·         Trauma tumpul berdasarkan kecepatan tinggi atau kecepatan rendah
·         Trauma tembus
b.      Menurut keparahan cidera
·         Ringan
·         Sedang
·         Berat
c.       Menurut morfologi
·         Fraktur tengkorak
·         Lesi intrakranial

Etiologi
ü  Kecelakan lalu lintas
ü  Benturan
ü  Tekanan
ü  Tertimbun reruntuhan
ü  Kekerasan tumpul (memar, lecet, robek, tertabrak dari belakang dll)
ü  Kekerasan setengah tajam
ü  Kekerasan tajam
ü  Tembakan senjata api
ü  Trauma fisika
ü  Trauma kimia

Manifestasi klinis
  • Gangguan kesadaran
  • Abnormalitas pupil
  • Awitan tiba-tiba deficit neurologik
  • Konfusi
  • Perubahan tanda vital
            Gejala-gejala yang muncul pada cedera local bergantung pada jumlah dan distribusi cedera otak. Nyeri yang menetap atau setempat biasanya menunjukan adanya fraktur bengkak, hemoragik
          

jika butuh patofisnya silah kirim komentar, nanti say kirim lewat email..

Laporan Pendahuluan Jiwa : Strategi Pelaksanaan (SP) Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN


1. Pertemuan I
      Kondisi klien
      Ds: - Klien mengatakan benci pada isterinya
 - Klien mengatakan merasa terpojokan karena sudah 10 tahun menikah belum              
    Dikaruniai anak
      Do: - Klien terlihat tegang
    Mata melotot
    Klien sering mengajak klien untuk berkelahi
2. Dx Keperawatan
     Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
-          Klien bias membina hubungan saling percaya
-          Klien dapat mengontrol marahnya
-          Klien dapat mengungkapkan / melampiaskan marahnya dengan baik tanpa menyebabkan kerugian
4. Tindakan keperawatan
-          Salam terapetik
-          Perkenalan
-          Menjelaskan tujuan interaksi
-          Membuat kontrak yang kelas untuk tindakan selanjutnya
-          Menciptakan lingkungan yang tenang
5. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
-          Orientasi
Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya komilah, saya dari keperawatan UMMI, saya akan merawat bapak hari ini, nama bapak siapa? Senang di panggil apa?
Bisa kia bicara sebentar?
Bapak bersedia berapa lama untuk berbicara?
Bapak ingin kita berbincang damai?
-          Kerja
Bapak tidak usah ragu untuk berbicara pada saya, saya tidak akan menyakiti bapak, saya justru ingin membantu bapak, jadi bapak kagak usah khawatir bapak sudah ada di tempat yang aman, saya beserta perawat – perawat di sini akan menemani bapak
Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah bapak sebelumnya pernah marah terus, penyebabnya apa? Apakah penyebabnya sama dengan sekarang? Apa yang bapak rasakan ketika marah? Apakah dad bapak terasa berdebar – debar ? apa yang bapak lakukan ketika marah? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan marah yang baik tanpa menyebabkan kerugian?
-          Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang dengan saya?
“ Iya jadi penyebab marah bapak…..dan yang bapak rasakan……dan yang bapak lakukan…….
“ Baik kalau gitu saya akan dating 2 hari lagi, kita bahas cara marah yang baik agar tidak terjadi ladi hal yang tidak diinginkan, mau jam berapa kita be3rtemu kembali untuk membicarakan hal ini?
Baik, jam 9 lagi ya…sampai jumpa….

Wassalamualaikum………..

Wednesday, May 29, 2013

Laporan Pendahuluan (LP) Jiwa : Masalah dan Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan (PK)


MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
NO
Masalah keperawatan
Data yang perlu dikaji
1.
Resiko tinggi mencederai diri sendiri, marah dan ingin membunuh orang lain
DS: - klien mengatakan mengatakan benci sama isrtinya karana suka membanding-bandingkan dirinya dengan suami temanya yang kaya,
- Dan istri klien sering memojokankanya karana ia belum bisa memberikan keturunan
- Klien merasa kesal, marah dan ingin mencekik dan memukul  serta membunuh istrinya
DO: - Mata klien tampak melotot
- Klien tampak sering mengajak orang lain untuk berkelahi
2.
Prilaku kekerasan
DS: - Klien merasa kesal, marah dan ingin mencekik dan memukul  serta membunuh istrinya
DO: - Mata klien tampak melotot
- Klien tampak serinmg mengajak orang lain untuk berkelahi
3.
Deficit perawatan diri
DS: - Klien mengatakan belum mandi selama dua hari
- klien mengatakan belum keramas dan jarang menggosok gigi
- klien mengtakan malas untuk mandi keramas dan gosok gigi
DO: - penampilan klien tampak kurang rapih
- rambut klien tampak kotor dan lengket
- kuku klien tampak kotor
- gigi klien tampak kotor
     
3.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)                  Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2)                  Perilaku kekerasan

3)                  Deficit perawatan diri

Sunday, May 26, 2013

Laporan Pendahuluan Jiwa : Perilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS (MASALAH UTAMA)
   Gangguan konsep diri: harga diri rendah ( Perilaku kekerasan)
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
v  Definisi perilaku kekerasan
Amarah merupakn suatu emosi yang merentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh semua orang, hal itu merupakan suatu reaksi terhadap rangsangan yang tidak menyenangkan dan mengancam (Kaplan & sodock,1998:135)
Kekerasan sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk, yang ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman disertai melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara serius dank lien tidak bias mengendalikan diri (FKUI,1999)
Tindakan kekerasan merupakan suatu agresi fisik dari orang seseorang terhadap orang lain, agresi itu ditujukan terhadap diri sendiri, disebut sebagi perilaku bunuh diri atau mutilasi diri(kaplan & sodock,1998)
Dapat di simpulkan perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang/individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan tiap individu, namun perilaku yang dimanifestsikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaftif dan maladaftif.
v  Manifestasi klinik
·                       Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan
- respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang
- respon melawan ataupun menentang merupakan respon maladaptive
·                       Respon maladaftif tan dan gejalanya yakni:
- Agresif yakni suatu sikap yang memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat malukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku kekerasanya tidak melukai oranglain.
-  kekarasan sering disebut gaduh, gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, disetai melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara serius.klien tidak mampu mengendalikan diri.
v  Etiologi (penyebab serta proses terjadinya perilaku kekerasan)
1. Faktor predisposisi
 Pengalaman yang tidak baik yang dialami klien
·   Psikologi : kegagalan yang dialami yang dapat menimbulkan frustasi yang kemudian timbul agresif atau amuk. Misalnya; masa kaanak-kanak yang kurang menyenangkan seperti perasaan ditolak, dihina, dianiyaya, atau saksi pengniyayaan.
·   Perilaku : reifocement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluaar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengabsorpsi perilaku kekerasan.
·   Social budaya: budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif agresif) dan kontrol social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
·   Bio neurologist: kerusakan system limbic, lobus frontal lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter yang berpengaruh serta berperan terhadap terjadinya perilaku.
2. Faktor presipitasi
         Factor tersebut daspat timbul dari klien, lingkungan, atau interaksi dengn orang  lain, kelemahan fisik (penyakit fisik) keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan, situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yangt dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memacu prilaku kekerasan.(keliat,1999)
         Stressor lain yang dapat menjadi paktor pencetus adalah
·   Trauma seperti mendapat perilaku yang tidak baik atau sesuai bias berupa penganiyayaan seksual, dan psikologis atau mengalami serta menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
·   Ketegangan peran berhubungan dengan dan posisi yang di harapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi  diantaranya tiga jenis tranmisi peran :
-  tranmisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berhubungan dengan partumbuhan
- tranmisi peran dan situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota melalui kelahiran atau kematian.
- tranmisi peran sehat sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit
3. Mekanisme koping
       Mekanisme koping yang buruk dapat memicu kepada terjadinya gangguan jiwa
4. Perilaku

    Prilaku yang dapat timbul pada orang yang menglami prilaku kekerasan seperti:                                   menyerang atau menghindar, menyatakan secara asertif, memberontak, prilaku kekerasan.

Sunday, May 19, 2013

Laporan Pendahuluan Hipertensi


LAPORAN PENDAHULUAN



 HIPERTENSI

1. DEFINISI
·   Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolok di atas 90 nnHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, Suzanne.2002;896).
·   Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi ( Arif Mansjoer,2001;518 )
·   Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetapdiatas batas normal yang disepakati, yaitu diastolic 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg.  (Sylvia A price, 1995;833)

2. ETIOLOGI
            Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1        Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahuipenyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekita 95% kasus. Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam ekresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan factor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia.
2        Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain..(Arief Mansjoer,2001;518).

3. PATOFISIOLOGI
            Dari pusat vasomotor bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin dan korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid, semuanya memperkuat respons vasokonstiktor pembuluh darah.. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.(Smeltzer C Suzanne,2002;897)

4. MANIFESTASI KLINIS
            Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. (Arif mansjoer,2001;518).Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari), azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). (Smeltzer C Suzanne,2002;897)
  • Sakit kepala
  • Vertiogo dan muka merah
  • Efitaksis kontan
  • Penlihatan kabur atau scotonas dengan perubahan retina
  • Kekerapan nokturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal
  • Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan :
1)      Insifuensi koroner dan penyumbatan
2)      Kegagalan jantung
3)      Kegagalan ginjal
4)      Cerebro vaskular accident (struke)


5. EVALUASI DIAGNOSTIK
            Pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung yang disebabkan oleh tingginya tekanan darah.
·   Elektrokardiografi (EKG) untuk mengkaji hipertrofi ventrikel kiri
·   Urinalisa (Smeltzer C Suzanne,2002;897)
·   Pemeriksaan retina
            Pemeriksaan khkusus : Genogram, pielogram, anteriogram ginjal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan kadar rennin.


6. PENATALAKSANAAN
            Tujuan deteksi dan penatalaksanaannya adalah menurunkan resiko penyakitkardiovasuler dan mortalitas serta morbidilitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengontrol factor resiko.Kelompok risiko dikategorikan menjadi :
1        Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1,2,3, tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, atau factor risiko lainnya.
2        Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiliki satu atau lebihfaktor risiko.
3        Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
4        Factor risiko: usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemis, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.


Penatalaksanaan berdasarkan factor resiko:
Tekanan Darah
Kelompok Risiko A
Kelompok risiko B
Kelompok risiko C
130-139/85-89
140-159/90-99
> 160/> 100
Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup

Dengan obat
Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup

Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
LangKah-langkah yang dinjurka dalam dalam modifikasi gaya hidup:
·   Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan
·   Membatasi alcohol
·   Meningkatkan aktivitas fisik aerobic ( 30-45 menit/hari )
·   Mengurangi asupan natrium ( < 100 mmol Na/2,4 g Na/6 g NaCl/hari )
·   Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
·   Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
·   Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan dan usia.(Arif mansjoer,2001;519)
PROSES KEPERAWATAN
Ø  DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan b.d efek samping terapi yang diharuskan versus keyakinan bahwa pengobatan tidak diperlukan tanpa adanya gejala.

  1. Risiko tinggi terhadap inefektif pelaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, obat, faktor resiko, dan perawatan tindak lanjut
Ø  TUJUAN
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam Klien akan :
1.    Mengungkapkan perasaan yang b. d mematuhi regimen yang diharuskan,
2.    mengidentifiaksi sumber pendukung untuk membantu kepatuhan,
3.    Mengungkapkan potensial komplikasi dari ketidakpatuhan

Ø  INTERVENSI                                                            RASIONAL
1)
·       Identifikasi setiap faktor yang memprediksi ketidakpatuhan.

·       Tekankan pada klien kemungkinan ancaman hidup akibat ketidakpatuhan
·       Tunjukkan bahwa kenaikan tekanan darah secara tipikal tidak menunjukan gejala.
·       Diskusikan kemungkinan efek stroke pada masa yang akan datang, gagal ginjal, atau penyakit koroner pada orang terdekat.
·       Libatkan orang terdekat klien dalam sesi penyuluhan, bila memungkinkan.
·       Intruksikan klien atau orang lain untuk memeriksa tekanan darahnya sedikitnya sekali seminggu, dan untuk menyimpan hasil pengukuran yang yang akurat.
·       Jelaskan kemungkinan efek samping obat antihipertensi (mis; impotensi, penurunan libido,vertigo) intruksikan klien untuk konsul dokter  untuk obat alternatif bila terjadi efek samping ini.
·       Bila biaya obat anti hipertensi menghambat klien, konsulkan pada pelayanan sosial

·    Memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi untuk menghilangkan masalah dan memperbaiki kepatuhan.

·    Penekanan ini menunjukan keseriusan dari hipertensi yang dapat mendorong klien untuk mematuhi pengobatan.

·    Tak adanya gejala sering mendorong ketidakpatuhan


·    Diskusi ini menekankan potensial dampak hipertensi klien pada orang terdekat, yang dapat mendorong kepatuhan.


·    Orang terdekat juga harus memahami kemungkinan akibat dari ketidakpatuhan, untuk mendorong mereka membantu klien dalam mentaati progaram keluarga.
·    Pengukuran tekanan darah tiap minggu diperlukan untuk mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan dan perubahan gaya hidup.


·    Klien yang  mengalami efek samping ini dapat menghentikan terapi obat dengan sendirinya.

2).
§   Bahas konsep tekanan darah menggunakan terminologi klien dan orang terdekat yang dapat dimengerti.
§  Ajarkan klien cara pengukuran tekanan darah, atau ajarkan orang terdekat bagaimana mengatur tekanan darah klien.
§  Bahas modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan hipertensi

§  Berikan klien atau orang terdekat pedoman obat dan informasi kartu obat untuk semua obat. Jelaskan dosis, kerja, efek samping dan kewaspadaan.
§  Waspadakan klien dan orang terdekat terhadap obat bebas yang menjadi kontraindikasi.
§  Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut
§  Ajarkan klien dan orang terdekat untuk melaporkan gejala ( sakit kepala, nyeri dada, nafas pendek, peningkatan BB, edema, perubahan penglihatan, sering mengalami perdarahan hidung, efek samping obatan
·     Resiko stroke meningkat secara      langsung dengan tekanan darah individu (sistolik dan diastolik).

·   Pemantauan mandiri lebih tepat dan dapat meningkatkan kepatuhan.

·   Modifikasi gaya hiduptelah terbukti dapat menghilangkan hipertensi pada beberapa individu tanpa menggunakan obat .
·   Penyuluhan ini menunjukan pada klien efek samping yang harus dilaporkan dan kewaspadaan yang harus dilakukan.
·   Obat bebas umumnya dipandang sebagai kurang berbahaya, namun kenyataannya banyak dari obat tersebut menyebabkan komplikasi.

·   Perawatan tindak lanjut membantu mendeteksi komplikasi.
·   Tanda dan gejala ini dapat menandakan peningkatan tekanan darah atau komplikasi cardiovaskuler



DAFTAR PUSTAKA
·    Baughman, Diane C.2000. KMB: Buku saku untuk Brunner dan Suddarth. EGC, Jakarta
·    Carpenito, Lynda juall.1999. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.  Edisi II.EGC. Jakarta
·    Doengoes, Marylin E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC: Jakarta


CLICK HERE TO DOWNLOAD LP HIPERTENSION