Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
MAKALAH
STIKES
DHARMA HUSADA BANDUNG
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT,Karen berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat serta salam buat untuk imam
besar kita semua Nabi Muhammad SAW.
Adapun makalah yang berjudul Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja ( PKPR ) membahas tentang
salah satu program puskesmas yang melayani semua remaja
dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan
remaja. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan dalam ilmu kesehatan
masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi kita dalam memajukan ilmu keperawatan.
Bandung,
April 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………............
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………..........
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………………......
I.
Latar Belakang ………………………………………………………………..
II.
Tujuan ………….. …………………………………………………………....
BAB II PKPR ………………………………………..………………………………
I.
Pengertian ………………………….…………………………………………
II.
Tujuan ……………………….. …………………………………………….....
III.
Sasaran ………………………………………………..………………………
IV.
Karakteristik PKPR . …………………………………………………………
V.
Strategi Pelaksanaan dan Pengembangan PKPR
……………………………
VI.
Langkah – Langkah Pembentukan Dan Pelaksanaan
PKPR ………………...
VII.
Alur dan Langkah Pelaksanaan PKPR
………………………………………
VIII.
Jenis Kegiatan dalam PKPR …………………………………………………
IX.
Monitoring Dan Evaluasi ……………………………………………………
BAB III PENUTUP … ………………………………………...……………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
|
i
ii
1
1
2
3
3
4
4
6
9
9
11
12
15
16
iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Usia anak
remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga bukan orang
dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi
perhatian kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja
dimana remaja pada masa mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah
melalui departemen kesehatan menggalakan program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).
Sejak tahun
2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan dan dapat
dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera
remaja diperkenalkan dan dijalankan di puskesmas.
Pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR (Puskesmas
yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga kesehatan yang peduli
dan siap melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja dilayani dengan
sikap menyenangkan, dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.
Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis
maupun konseling oleh pelaksana program, serta melatih konselor sebaya.
Konselor sebaya yang dimaksud adalah kader kesehatan remaja yang telah diberi
tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling.
PKPR
dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah Puskesmas
PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember 2008
sebanyak 1611 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sebanyak
2256 orang.
II.
TUJUAN
1.
Memahami pengertian PKPR
2.
Memahami tujuan PKPR
3.
Memahami sasaran PKPR
4.
Memahami karakteristik PKPR
5.
Memahami Strategi pelaksanan dan
pengembangan PKPR
6.
Memahami langkah – langkah pembentukan
dan pelaksanaan PKPR
7.
Memahami jenis kegiatan PKPR
8.
Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.
BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak
untuk menjadi dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi
secara psikis/kejiwaan belum matang. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan
tingginya resiko antara lain: rasa keingintahuan yang besar tetapi kurang
mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal baru untuk mencari jati diri.
Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat
dan benar, maka perilaku remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko,
seperti: penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi
menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang energi kronik
(KEK), obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
Sejak tahun 2003, model pelayanan
kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima
remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan
kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)
I.
PEGERTIAN
PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan
kesehatannya serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses
semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan
efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk
curhat/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal
yang perlu diketahui remaja.
II.
TUJUAN
Ø Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan
remaja yang berkualitas.
Ø Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan khusus remaja,
Ø Meningkatkan keterlibatan remaja
dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Ø Menambah wawasan dan teman melalui
kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion
(FGD), seminar, jambore, dll
Ø Konseling/curhat masalah kesehatan
dan berbagai masalah remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin)
Ø Remaja dapat menjadi peer
counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu teman yang sedang
punya masalah
III.
SASARAN
Semua
remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang
taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan
kelompok remaja lainnya.
A.
Batasan remaja
Remaja
adalah mereka
yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak dan dewasa.. Menurut WHO, remaja adalah anak yang
berusia antara 10-19 tahun. Terdiri dari :
1.
Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
2.
Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17
tahun.
3.
Masa remaja akhir yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan
menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) remaja
adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi
15-24 tahun.
B.
Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan tentang
apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri. Ketiga hal tersebut menyatu sehingga
setiap orang memiliki gambaran tentag dirinya sendiri disebut citra diri.
Pada usia remaja citra diri yang
terbentuk selama masa kanak – kanak tidak cocok lagi dengan masa remaja
dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat dan mendadak. Citra
diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku remaja.
C.
Perkembangan remaja
1.
Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3
ciri khas:
ü
Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
ü
Adanya pertumbuhan dan perkembangan
kelenjar hormon seks
ü
Meningkatnya fungsi berbagai organ
tubuh sehingga menghasilkan kekuatan fisik yang besar.
2.
Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a.
Perkembangan psikososial remaja awal
ü
Cemas terhadap penampilan badan atau
fisik
ü
Perubahan hormonal
ü
Menyatakan kebebasan dan merasa seorang
individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga
ü
Perilaku memberontak dan melawan
ü
Kawan menjadi lebih penting
ü
Perasaan memiliki teman sebaya.
b.
Perkembangan psikososial remaja
pertengahan
ü
Lebih mampu berkompromi
ü
Belajar berfikir secara independen dan
membuat keputusan sendiri
ü
Terus menerus bereksperimen untuk
mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman
ü
Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman
baru, mengujinya walaupun beresiko
ü
Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
ü
Membangun norma dan mengembangkan
moralitas
ü
Mulai membutuhkan lebih banyak teman
ü
Mulai membina hubungan dengan lawan
jenis
ü
Intelektual lebih berkembang dan ingin
tahu tentang banyak hal
ü
Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
ü
Mengembangkan minat yang besar dalam
bidang seni dan olah raga
ü
Senang berpetualang dan ingin bepergian
sevara mandiri
c.
Perkembangan psikososial remaja akhir
ü
Ideal
ü
Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan
hubungan diluar keluarga
ü
Harus belajar untuk mencapai
kemandirian dalam bidang finansial dan emosional
ü
Lebih mampu membuat hubungan yang
stabil dengan lawan jenis
ü
Merasa sebagai orang dewasa yang
esetara dengan anggota keluarga lain
ü
Hampir siap untuk menjadi orang dewasa
yang mandiri
D.
Pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan jiwa remaja
1.
Lingkungan keluarga
Ø
Pola asuh keluarga
Ø
Kondisi keluarga
Ø
Pendidikan moral dalam keluarga
Dalam mendidik
orang tua harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah tegas
dan dapat memberi rasa aman.
2.
Lingkungan sekolah
Ø
Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar,
pengendalian diri
Ø
Bimbingan guru
3.
Lingkungan teman sebaya
4.
Lingkungan masyarakat
Ø
Sosial budaya
Ø
Media masa
IV.
KARAKTERISTIK PKPR
Karakteristik PKPR merujuk WHO (
2003) memerlukan :
1. Kebijakan
yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan
untuk :
Ø Memenuhi
hak remaja
Ø Tidak
membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status
Ø Memberikan
perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
Ø Menjamin
privasi dan kerahasiaan.
Ø Mempromosikan
kemandirian remaja
Ø Menjamin
biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur
pelayanan yang peduli remaja
Ø Pendaptaran
dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.
Ø Waktu
tunggu yang pendek
Ø Dapat
berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas
khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di
Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat yang sudah terlatih.
Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala permasalahan
remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja
harus memenuhi kriteria:
Ø Mempunyai perhatian dan peduli, baik
budi, penuh pengertian, bersahabat, memiliki kompetensi teknis dalam memberikan
pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal
dan konseling.
Ø Mempunyai motivasi untuk menolong
dan bekerjasama dengan remaja.
Ø Tidak menghakimi, tidak bersikap dan
berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan.
Ø Dapat dipercaya dan dapat menjaga
kerahasiaan.
Ø Mampu dan mau mengorbankan waktu
sesuai kebutuhan.
Ø Dapat/mudah ditemui pada kunjungan
ulang.
Ø Menunjukkan sikap menghargai kepada
semua remaja dan tidak membeda-bedakan.
Ø Mau memberikan informasi dan dukungan
yang cukup hingga remaja dapat memutuskan pilihan yang tepat untuk mengatasi
maalahnya atau memenuhi kebutuhannya.
4. Petugas
pendukung yang peduli remaja
Ø Menunjukan
sikap menghargai dan tidak membedakan.
Ø Mempunyai
kompetensi sesuai dengan bidangnya.
Ø Mempunyai
motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas
kesehatan yang peduli remaja
Ø Lingkungan
yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga menimbulkan rasa
tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
Ø Lokasi
pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.
Ø Fasilitas
yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
Ø Jam
kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
Ø Tidak
ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap pasti
memiliki masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
6. Partisifasi
atau keterlibatan keluarga
Ø Remaja
mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan
pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya.
Ø Remaja
perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan.
7. Keterlibatan
masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan
masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :
Ø Mengetahui
keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
Ø Mendukung
kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis
masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya.
Ø Pelayanan
sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya
yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer
counselor )
9. Pelayanan
harus sesuai dan komprehensif
Ø Meliputi
kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social.
Ø Menyediakan
paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainya.
Ø Menyederhanakan
proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak penting.
10. Pelayanan
yang efektif
Ø Dipandu
oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
Ø Memiliki
sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
Ø Mempunyai
system jaminan mutu untuk pelayanannya.
11. Pelayanan
yang efisien
§ Mempunyai
system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan mempunyai
system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.
V.
STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN
PKPR
1. Penggalangan
kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului
dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di puskesmas dapat pula di
promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh masyarakat.
2. Pemenuhan
sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan
remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi
pelayanan dapat cepat meluas.
4. Penentuan
biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya
kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling
serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium dan rujukan, dilaksanakan
sejak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan
penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja
sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK remaja dan sebagainya.
7. Ketepatan
pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan
sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan
puskesmas.
8. Pelembagaan
monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara
periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas merupakan bagian dari
upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.
VI.
LANGKAH – LANGKAH PEMBENTUKAN DAN
PELAKSANAAN PKPR
1. Identifikasi
masalah
a. Gambaran
remaja di wilayah kerja
§ Jumlah
remaja, pendidikan , pekerjaan
§ Perilaku
beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
§ Masalah
kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA.
b. Identifikasi
pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan dengan prilaku
beresiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang
dikehendaki.
c. Jenis
upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi
kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data
sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan
sasaran langsung atau tidak langsung ( orang tua, guru, pengurus asrama, dll ).
2. Advokasi
kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan
kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan mengendalikan institusi,
masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan mendapat dukungan sehingga
dapat mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR. Contoh :
§ Dukungan
pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain
pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah
singgah dan lain – lain.
§ Penggalian
potensi masyarakat dan pendanaan
§ Pembentukan
jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system rujukan berupa :
ü Rujukan
social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi
NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah.
ü Rujukan
medis bagi remaja yang membutuhkan
ü Rujukan
pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan
pelaksanaan PKPR di puskesmas
§ Sosialisasi
internal
§ Penunjukan
petugas
§ Pembentukan
tim
Timterdiri dari dokter, para medis
( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan, petugas gizi dan
petugas lain yang dibutuhkan.
§ Pelatihan
formal petugas PKPR
§ Penentuan
jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan
pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan perluasan kegiatan seperti :
ü Penyediaan
pelayanan hot line di puskesmas
ü Penanganan
anak jalanan di wilayah puskesmas
ü Revitalisasi
pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
§ Pemenuhan
sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana
selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi, serta menjamin kerahasiaan juga
memudahkan untuk pemberi layanan.
§ Penentuan
prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka,
penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan kartu, register dan catatan
( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
4. Sosialisasi
eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap
kesempatan dan waktu baik forum resmi
maupun tidak resmi, ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau
ceramah.. Perlibatan pers dapat mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan
PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera
dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum lengkap.
VII.
ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR
Klien datang ( kiriman atau sendiri
) daftar melalui loket langsung diregister di rung konseling.
anamnesa
§ Identitas
§ Apa yang
sudah diketahui
ü Tentang
KRR
Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara
menghadapinya.
ü Tentang
prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal – hal yang perlu
dihindari ( napza, seks bebas ), pergaulan sehat antara laki – laki dan
perempuan.
ü Tentang
persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan
fisik
§ Tanda
tanda anemi, KEK
§ Tanda –
tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan
konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan
bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis:
§ Pemeriksaan
infeksi saluran reproduksi
§ Kehamilan,
perkosaan
§ Pasca
keguguran, kontrasepsi
§ konseling
lanjutan bila perlu
VIII.
JENIS KEGIATAN DALAM PKPR
1. Pemberian
informasi dan edukasi
§ Dilaksanakan
di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok
§ Dilaksanakan
oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas
§ Menggunakan
metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif
yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.
§ Menggunakan
bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti.
2. Pelayanan
klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3. Konseling
a.
Pengertian
Ø Konseling adalah Suatu hubungan saling
membantu antara dua orang: konselor dan klien (dalam situasi saling tatap muka)
memutuskan bekerja
sama dalam upaya membantu klien menolong dirinya sendiri untuk;
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih dapat mengerti dirinya
- Lebih dapat menyesuaikan dirinya
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih dapat mengerti dirinya
- Lebih dapat menyesuaikan dirinya
Ø Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang
dilakukan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan didasari saling menghormati
dan saling menghargai.
b.
Ciri – ciri konseling
Ø
Interaksi dinamis yang bersifat
langsung dan timbal balik
Ø
Menghargai kemampuan dan potensi yang
ada pada klien
Ø
Berorientasi pada pemecahan masalah,
mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan kebutuhan klien
Ø
Bersifat pribadi namun profesional
c.
Tujuan konseling
Ø
Memberikan keterampilan, pengetahuan dan
jangkauan kepada berbagai sumber daya
Ø
Membantu klien menanggapi masalah2 dalam
kehidupan klien
d.
Proses konseling
Ø Sebaiknya
jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang
Ø Konseling
dapat diberikan secara individual,maupun kelompok
Ø Memakai
pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih /
menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e.
6 langkah kunci konseling
1.
Great ( berikan salam )
2.
Ask ( tanyakan )
3.
Tell ( berikan informasi )
4.
Help ( bantu )
5.
Explaining ( jelaskan )
6.
Return ( kunjungan )
f.
Sifat – sifat yang diperlukan dari
konselor
1.
Menerima
2.
Terbuka
3.
Memiliki minat dan kesanggupan untuk
membantu orang lain
4.
Sabar dan adil, emosi stabil, tenang
dan simpatik
5.
Supel, ramah, menyenangkan , perhatian
terhadap orang lain
6.
Memiliki keberanian menghadapi masalah
7.
Memahami batas – batas lkemampuan yang
ada pada dirinya
8.
Mampu mengenal dan memahami klien
4. Pendidikan
keterampilan hidup sehat ( PKHS )
PKHS merupakan kemampuan psikologis
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari
– hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara
berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah singgah, sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS )
memiliki 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan
keputusan
b. Pemecahan
masalah
c. Berfikir
kreatif
d. Berfikir
kritis
e. Komunikasi
efektif
f. Hubungan
interpersonal
g. Kesadaran
diri
h. Empati
i.
Mengendalikan emosi
j.
Mengatasi stress
PKHS
dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.
5. Pelatihan
pendidik dan konselor sebaya
Keuntungan melatih remaja menjadi
kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu pendidik sebaya akan berperan
sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai agen promotor
keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan pelatihan
tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan
konseling sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.
6. Pelayanan
rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis
yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan pranatta hukum.
IX.
MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan
dibantu menemukan masalah secara dini sehingga koreksi yang akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat
tercapainya PKPR yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring adalah :
1) Memutuskan
informasi apa yang akan dikumpulkan
2) Mengumpulkan
data dan menganalisanya
3) Memberikan
umpan balik hasil monitoring.
Standar
dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses
PKPR:
1) Kualitas
§ Kompetensi
petugas
§ Sarana
institusi
§ Kepuasan
klien
§ Kelengkapan
jaringan pelyanan rujukan
2) Akses
§ Jumlah
pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan
klien, didalam gedung dan di luar gedung.
§ Prakuensi
petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
§ Jumlah
kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
§ Jumlah
rujukan masuk dari masyarakat
BAB
III
PENUTUP
Sejak
tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja, diperkenalkan
dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).
PKPR
dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, termasuk
Poskestren, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah,
seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan
lain-lain, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi
atau masyarakat.
Jenis
kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan
penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), peltihan
pendidik sebaya (yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan
konselor sebaya (pendidik sebaya yang diberi tambahan pelatihan interpersonal
relationship dan konseling), serta pelayanan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim pembina UKS
Propinsi Jawa Barat, 2007, Pedoman pelaksanaan UKS untuk guru di jawa
barat.
Anthony Yeo, konseling suatu pendekatan
pemecahan masalah, 1995
Depkes RI, direktorat kesga, materi
pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja, 2003
Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial,
Direktorat Promosi Kesehatan, Konseling kesehatan dalam pemberdayaan keluarga
Panduaan pelatihan konseling bagi petugas kota / kabupaten, 2001
Humris W. Edith, Sp Kj, RSCM,
Konseling Kesehatan remaja, 2004
No comments:
Post a Comment