ASUHAN KEPERAWATAN
ASITES DAN PARASENTESIS ABDOMEN (PUNGSI ASITES)
A.
DEFINISI
Menurut Hawkeys (2012),
Asites berasal dari bahasa yunani yang berarti tas kulit yang digunakan untuk
membawa anggur, air atau minyak. Asites merupakan akumulasi cairan patologis
didalam rongga peritoneal.
Menurut Yamada (2009), Asites
adalah akumulasi cairan di rongga peritoneal, penyebab yang paling umum adalah
sirosis hepatis, keganasan peritoneal dan gagal jantung.
Menurut Niedhurber
(2014), Asites adalah penumpukkan cairan patologis didalam rongga peritoneal
yang kebanyakan disebabkan oleh penyakit sirosis pada parenkim hati sebanyak
85% kasus, asites karena keganasan sebanyak 10% kasus dan sisanya disebabkan
oleh gagal jantung dan penyebab lain.
B.
ETIOLOGI
Menurut Grace (2007)
dalam bukunya At a Glance Ilmu Bedah, asites merupakan cairan yang berakumulasi
dalam rongga peritoneal disebabkan 6 hal, yaitu:
1. Peritonitis kronis (misalnyatuberkulosis,
apendisitis yang tidak terdiagnosis)
2. Karsinomatosis (tumor ganas, khususnya ovarium,
lambung)
3. Penyakit hati kronis (sirosis, deposit sekunder,
obstruksi vena porta atau hepatik, infeksi parasit)
4. Gagal jantung kongestif (gagal jantung kanan, RVF)
5. Gagal ginjal kronis (nefrotil sindrom)
6. Kilus (obstruksi duktus limfatikus)
C.
TANDA DAN GEJALA
1. Perut membuncit
2. Penambahan berat badan
3. Kesulitan bernafas karena perut yang tegang oleh
cairan
4. Pada kasus malignasi terjadi penurunan berat badan
5. Pada pemeriksaan fisik terdapat cairan yang ditandai
penonjolan pada panggul
6. Jaundice (kuning) pada pasien hepatitis
7. Peningkatan tekanan vena porta
8. Mudah lelah
9. Hernia umbilikal
10. Hasil pemeriksaan USG terdapat peningkatan akumulasi
cairan di rongga peritoneal
(Rongga peritoneum berisi + 100ml cairan yang
berfungsi untuk lubrikasi / pelicin dari membran peritoneum. Pada orang dewasa
normal, rongga peritoneum dapan mentoleransi cairan > 2 liter tanpa
menimbulkan gangguan)
(Hawkey, 2012)
D.
KLASIFIKASI ASITES
Menurut Khan
(2002), asites digolongkan menjadi dua grade yaitu grade tinggi dan grade
rendah, tergantung pada Serum Asites Albumin Gradient (SAAG)
1. Asites
gradient tinggi ditandai dengan peningkatan tekanan vena porta, sirosis
hepatis, nefrotik sindrom, hipoalbuminemia.
2. Asites gradien rendah ditandai dengan penyakit gagal
jantung, keganasan peritoneum, perforasi kandung kemih, pankreatitis.
E.
PATOFISIOLOGI ASITES
Adanya akumulasi
cairan asites menunjukkan kondisi total natrium dan air di tubuh berlebih,
tetapi faktor dan penyebab yang mendasari ketidak seimbangan ini belum
diketahui. Meskipun banyak proses patogenesis
yang telah menunjukkan terjadinya asites pada abdomen, tetapi sekitar
75% kasus disebabkan hipertensi portal pada sirosis hpatis dengan fase
infektif, inflamasi dan infiltratif.
Terdapat 3 teori
tentang terbentuknya asites ini, seperti : underfilling, overflow dan
vasodilatasi arteri perifer.
1. Teori underfiling, menunjukkan bahwa abnormalitas
primer berkaitan dengan sequestrasi cairan pada pembuluh splangnic, yang memicu
hipertensi portal dan konsekuensinya, menurunkan efektifitas volume darah yang
bersirkulasi. Kondisi ini mengaktifasi renin plasma, aldosteron, nervus
simpatis yang memicu retensi natrium dan air di ginjal.
2. Teori Overflow, pada terodi ini abdnormalitas primer
disebabkan gangguan retensi ginjal terhadap natrium dan air akibat tidak adanya
deplesi volume. Teori ini berkembang berdasarkan observvasi pasien sirosis yang
terjadi hipervolumia intravaskuler tibanding hipovolumia.
3. Teori yang sekarang digunakan adalah adanya hipotesa
vasodilatasi arteri perifer. Adanya hipertensi portal memicu vasodilatasi yang
menyebabkan penurunan efektifitas volume darah arteri. Eksitasi neurohormonal
meningkat, retensi natrium ginjal meningkat dan volume plasma terekspansi.
Kondisi ini akan memicu overflow cairan ke cavum peritoneal abdomen. Teori vasodilatasi
ini, juga menunjukkan bahwa undefiling adalah fase awal dan overflo adalah fase
akhir pada sirosis.
Meskipun urutan kejadian antara perkembangan
hipertensi portal dan retensi natrium ginjal belum diketahui lebih detile mana
yang lebih dahulu, tetapi fakta menunjukkan bahwa hipertensi portal akan
meningkatkan kadar nitrit oksida.
Nitrik oksida akan memediasi vasodilatasi perifer
dan vasodilatasi splancnic. Aktifitas nitrit oksida sintasedi arteri hepatal
lebih besar pada pasien dengan asites dibandingkan pasien tanpa asites. Banyak
faktor yang berkontribusi terhadap akumulasi cairan di cavitas abdomen ini.
Peningkatan
kadarepinefrin dan norepinefrin adalah faktor yang telah ditemukan.
Hipoalbuminemia dan penurunan tekanan
okontik memicu ekstravasasi cairan plasma ke peritoneal. Dan ini sering
ditemukan pada pasien asites baik dengan hipertensi portal maupun
hipoalbuminemia.
(Godong, 2013)
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
laboratorium
·
DPL : limfoma,
infeksi
·
LFT: penyakit
hati
·
Ureum dan elektrolit:
penyakit ginjal
2.
Rontgen abdomen:
asites, gambaran ground glass, hilangnya gambaran visera, massa yang besar
(gambaran udara usus eksentrik, kurangnya gas pada satu kuadran), fibroid.
3.
Ultrasonografi:
asites, menunjukkan massa kistik.
4.
CT-Scan
5.
Parasentesis:
kultur + sensitivitas (infeksi), sitologi (tumor).
6.
Biopsi hati:
hepatomegali yang tidak terdiagnosis.
(Grace, 2007)
G.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan varises
2. Gangguan elektrolit
3. Ensefalopati hepatik
4. Gangguan keseimbangan asam basa
5. Hepatoma (Grace, 2007)
H.
PENATALAKSANAAN
Menurut Niederhurber
(2014) penatalaksanaan asites dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian deuretik
2. Kateter drainase
3. Peritoneovenous shunting
4. Terapi intraperitoneal
5. Imunoterapi
6. Radioisotop
7. Diet pembatasan natrium
8. Large volume parasentesis (pungsi asites):
a.
Pengertian
Parasentesi (pungsi
asites) adalah tindakan memasukkan suatu kanula ke dalam rongga peritoneum
untuk mengeluarkan cairan asites. Parasentesis dilakukan untuk alasan
diagnostic dan bila asites menyebabkan kesulitan bernafas yang berat akibat
volume cairan yang besar. Parasentesis cairan asites dapat dilakukan 5-10
ltr/hr, dengan catatan harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6-8 gr/L cairan
asites yang dikeluarkan. Efek dari parasentesis adalah hipovolemia, hipokalemia,
hiponatremia, ensefalopati hepatica dan gagal ginjal. Cairan asites dapat
mengandung 10-30 gr protein/L, sehingga albumin serum kemudian mengalami
deplesi, mencetuskan hipotensi dan tertimbunnya kembali cairan asites. (Price,,
2005).
b.
Prosedur paresentesis
abdomen
1)
Persiapan alat
·
Sarung tangan
steril
·
Kapas alkohol
·
Infus set
·
Gunting
·
Plester
·
Bengkok/botol/plabot
·
Bethadine cair
·
Kassa steril
·
Pincet
2)
Persiapan pasien
·
Pasien diberitahu
tentang yang akan dilakukan
·
Pasien menandatangani
informed concent
3)
Pelaksanaan
·
Petugas mencuci
tangan
·
Petugas memakai
sarung tangan
·
Desinfeksi
dinding perut dengan bethadine
·
alkohol 70%
tunggu 30 detik
·
Lakukan dengan
infus set dan cairan abdomen dialirkan keluar ditampung dalam
bengkok/botol/plabot
·
Fiksasi jarum
infus dengan plester
·
Periksa cairan
yang keluar dan alirkan keluar maksimal 2 liter cairan ascites
·
Cabut jarum infus
·
Tutup dengan
kassa steril dan bethadine
c.
Komplikasi
parasentesis
1)
Perdarahan
2)
Infeksi
3)
Jarum
paresentesis dapat melubangi usus, lambung atau bladder.
DAFTAR PUSTAKA
Godong, B., 2013. Patofisiologi
dan Diagnosis Asites pada Anak. Volume 63 no. 1.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/issue/archieve. journal.
Jakarta
Grace A. Pierce dan
Borley R. Neil. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi
Ke-3.Jakarta. Erlangga.
Hawkey J.C dkk. 2012. Textbook
Of Clinical Gastroenterology And Hepatology. second Edition. blackwell
publishing. USA.
Niederhuber, John E
dkk. 2014. Abeloff's Clinical Oncology. Fifth Edition. Elsevier Saunders.
Philadelphia.
Price, Sylvia Anderson.
2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses. Penyakit. Ed.6. Jakarta:
EGC.
Yamada, Tadataka dkk. 2009. Atlas Of Gastroenterology.
Fourth Edition. blackwell publishing. USA.