Pages - Menu

Tuesday, February 26, 2013

Askep Anak dengan Kejang Demam


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEJANG DEMAM

1.      Konsep Dasar Medis
1.1  Pengertian
(1)      Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra kranial (Ngastiyah, 1997 : 229).
(2)      Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat yang disebabkan oleh proses ekstra kranial                              (Saharso D, 1997 : 148).
1.2  Faktor Pencetus
Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunansaraf pusat misalnya tonsilitis, bronkitis ( Ngastiyah,1997; 231).
1.3  Patofisiologi
       Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama(Ngastiyah,1997;229)

1.4  Klasifikasi
(1)      Kejang demam sederhana.
-          Umur 6 bulan sampai 4 tahun.
-          Lama kejang tidak lebih 15 menit.
-          Kejang bersifat umum.
-          Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
-          EEG normal 1 minggu setelah kejang.
-          Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali.       
(2)      Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.
Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.
1.5  Diagnosa Banding
(1)      Meningitis.
(2)      Enchepalitis.
(3)      Abses otak.
1.6  Prognosa
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
(1)      Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
(2)      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
(3)      Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali, faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.
1.7  Penatalaksanaan Medis
(1)      Memberantas kejang secepat mungkin.
Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang        80-90 % dosis sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua dengan dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.
(2)      Pengobatan penunjang.
-          Semua pakaian dibuka.
-          Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.
-          Usahakan jalan nafas bebas.
-          Penghisapan lendir teratur.
-          Fungsi TTV di observasi ketat, jika adanya tekanan intra kranial yang meningkat tidak boleh di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
(3)      Pengobatan rumat.
-          Pengobatan profilaksis intermiten.
-          Pengobatan intermiten jangka panjang.
(4)      Mencari dan mengobati penyebab.
Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal, pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.
1.8  Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang
(1)      Segera hentikan kejang
(2)      Mencari penyebab
(3)      Cegah kejang berulang
Tindakan keperawatan:
(1)   Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah dibungkus kasa.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang    mengganggu pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.
1.9    Komplikasi
(1)      Lidah terluka/tergigit.
(2)      Apnea.
(3)      Depresi pusat pernafasan.
(4)      Retardasi mental.
(5)      Pneumonia aspirasi.
(6)      Status epileptikus.
2.      Konsep Dasar Askep
2.1  Pengkajian
(1)      Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis klelamin laki-laki perempuan  2 : 1, insiden tertinggi pada anak umur 2 ta hun.
(2)      Keluhan Utama
Kejang karena panas.
(3)      Riwayat Penyakit Sekarang
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam setelah demam.
(4)      Riwayat Penyaklit Dahulu
Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam antara lain : trauma reaksi terhadap imunisasi dll.
(5)      Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
(6)      Activity Dayli Life
-          Nutrisi
Klien akan mengeluh sensitif dengan makanan yang merangsang aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping Dilantin.
-          Istirahat dan aktivitas
Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot. 
(7)      Pemeriksaan fisik
-          TTV
Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.
-          Kepala
§  Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang  ke satu sisi.
§  Wajah : sentakan wajah.
§  Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.
-          Thorak
Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.
-          Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
(8)      Pemeriksaan panunjang
-          Glukosa : hipoglikemia.
-          Ureum/kreatinin : meningkat.
-          Erytrosit : anemia aplastik.
-          Rontgen kepala.
-          Lumbal pungsi.: untuk menentukan penyebab kejang ,apakah karena infeksi intra kranial/ bukan.
-          EEG.
-          MRI.
-          CT Scan.
2.2  Diagnosa Keperawatan (Susan Martin Tucker, 1998 : 483)
(1)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, dehidrasi.
(2)      Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler obstruksi trancheobronchial.
(3)      Kurangnya pengetahuan keluarga berhubugan dengan misinterpretasi dan keterbatasan pengetahuan.
(4)      Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
(5)      Resiko injuri berhubungan dengan perkembangan kognitif.
2.3  Perencanaan
(1)      Diagnosa I
-          Tujuan : suhu tubuh normal.
-          Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC.
-          Rencana tindakan :
§  Observasi TTV tiap 4 jam.
R /     Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan beratnya kejang.
§  Kompres dingin dan ajarkan keluarga cara mengompres.
R /     Pada kompres dingin terjadi perpindahan panas secara konduksi.
§  Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.
R /     Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.
§  Anjurkan  klien untuk banyak minum.
R /     Minum yang banyak mencegah terjadinya dehidrasi sehingga peningkatan suhu tubuh dapat dicegah.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.
R /     Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk mencegah infeksi.

(2)      Diagnosa II
-          Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
-          Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
-          Rencana tindakan :
§  Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang).
R /     Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.
§  Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.
R /     Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk bernafas.
§  Suction bila perlu.
R /      Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.
§  Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
R /     Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen skunder terhadap spasme selama serangan kejang.
(3)      Diagnosa III
-          Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan kejang.
-          Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
-          Rencana tindakan :
§  Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.
R /     Mengevaluasi keberhasilan pegobatan.
§  Diskusikan tentang efek samping obat.
R /     Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat menentukan  program pengobatan lanjut.
§  Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai program medis.
R /     Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu daalam perawatan dan pengobatan.
§  Jelaskan/anjurkan pada keluarga unrtuk mngatasi terjadinya kejang.
R /     Keluarga dapat melakukan tindakan awal dan menghindari kejang berkelanjutan.
§  Segera turunkan panas bila terjadi panas.
R /      Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang. 
4) Diagnosa IV
   - Tujuan : Secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan terjadinya trauma
    - Kriteria hasil : Tidak terjadi injuri selama perawatan
Rencana tindakan
·         Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang
R/  Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian
·         Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi tempat tidur
R/ Mencegah terjadinya injuri
·         Tinggallah bersama klien selama fase kejang
R/ meningkatkan keamanan klien, mencegah terjadinya injuri atau trauma
5) Diagnosa V
-Tujuan : secara verbal keluarga klien dapat mengetahui  faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.
- Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.
Rencana tindakan :
·         Cegah terjadinya kejang berulang
R/ Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental
·         Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis
1 Diasepam / iv
2 Fenobarbital / im
R/ Diasepam atau fenobarbital dapat mengurangi status konfulsion.

No comments:

Post a Comment