Pages - Menu

Tuesday, February 26, 2013

Laporan Pendahuluan Vaksin


LAPORAN PENDAHULUAN VAKSIN

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Di negara berkembang penyebab kematian terbesar adalah penyakit infeksi dan menular. Penyebaran penyakit infeksi dan menular tidak mengenal batas wilayah administrasi sehingga menyulitkan pemberantasannya.  Salah satu usaha pencegahan terhadap timbulnya penyakit infeksi dan menular adalah dengan melaksanakan imunisasi.
Imunisasi merupakan upaya kesehatan untuk mencegah pelbagai penyakit infeksi yang berbahaya dengan cara yang aman, efektif dan relatif murah. Dari segi ekonomi, pencegahan dengan pemberian  imunisasi adalah suatu cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati. tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.
World Bank menyatakan imunisasi harus menjadi investasi pertama program kesehatan masyarakat bagi pemerintah di seluruh dunia karena merupakan intervensi kesehatan yang paling menguntungkan dari segi biaya. Dan perlu ditekankan bahwa pemberian imunisasi tidak hanya memberikan pencegahan terhadap orang yang diimunisasi, tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas secara umum di masyarakat.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan Program Eradikasi Polio (ERAPO).
Penyakit lain yang sudah dapat ditekan sehingga perlu ditingkatkan programnya adalah tetanus maternal dan neonatal serta campak. Untuk tetanus telah dikembangkan upaya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) sedang terhadap campak dikembangkan upaya Reduksi Campak (RECAM). ERAPO, MNTE dan RECAM juga merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua Negara di dunia. Disamping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dan  menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) yang dikaitkan dengan pengelolaan limbah tajam yang aman (save waste disposal management), bagi penerima suntikan, aman bagi petugas serta tidak mencemari lingkungan.
Walaupun  PD3I  sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.
Faktor pendukung program imunisasi adalah pengertian yang baik dari pihak orang tua, dan kerjasama dengan petugas kesehatan. Keadaan yang ideal adalah apabila setiap orangtua memahami bahwa imunisasi bukan sebuah kewajiban atau keharusan namun merupakan hak mutlak setiap anak dan kebutuhan bagi keluarga demi kesehatan bayi dan anaknya. Dengan demikian maka orangtua tidak harus selalu dipesan atau diminta datang untuk pemberian imunisasi anaknya, namun akan datang meskipun tanpa diminta. Orangtua juga dapat merencanakan dengan dokter jadwal imunisasi yang sesuai dengan keadaan keluarganya, misalnya banyak orangtua yang keduanya bekerja lebih suka bila imunisasi anaknya dilakukan pada akhir minggu.Masih ada orangtua yang tidak mau membawa anaknya untuk imunisasi, dan bila ditanya biasanya mereka tidak dapat menyebutkan alasannya dengan jelas. Sebagian menolak pemberian imunisasi campak, antara lain atas saran nenek atau kakek, yang berpendapat bahwa anak lebih baik terkena penyakit camapk, karena bila tidak maka penyakit campak itu ‘akan masuk’ atau menjadi penyakit paru. Ini adalah pendapat yang keliru.



No comments:

Post a Comment