Pages - Menu

Thursday, June 27, 2013

BAB II Tinjauan Teori Osteosarcoma : Konsep Asuhan Keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORI


1.      ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TUMOR TULANG (OSTEOSARCOMA)
A.    Pengkajian.
Pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala, selama wawancara, perawat mencatat pemehaman pasien tentang penyakit, bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik massa dipalpasi dengan lembut: ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya, dan nyeri tekan dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentang gerak ektremitas merupakan data dasar pembanding. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dievaluasi.
1)      Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status     perkawinan, alamat, dan lain-lain.
2)      Riwayat kesehatan
3)      Pengkajian fisik
Pada pengkajian regional biasanya akan didapatkan tanda dan keluhan seperti berikut ini :
a.       Look
Terlihat adanya nyeri (kesakitan), pembesaran jaringan dan tanda-tanda peradangan. Adanya nyeri menunjukan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi. Pembesaran, penting untuk diperiksa letak pembesaran, jumlah benjolan/ pembesaran jaringan, dan diameter ukuran dari benjolan/ pembesaran jaringan tersebut. Tanda-tanda peradangan seperti kemerahan pada sisi lesi. Pembengkakan atau benjolan dengan sisi lesi tidak jelas dan tidak mudah bergerak, palpasi hangat pada pusat lesisecara local, keluhan nyeri dan penurunan fungsi pergerakan ektremitas yang terlibat baik bagian distal maupun proksimal.
Pembentukan neovaskularisasi pada kulit atas lesi tumor dengan tanda terlihatnya gambaran vena-vena pada permukaan dari massa.
b.      Feel
Keluhan nyeri tekan, jaringan tumor mudah bergerak atau masih bisa digerakan dan tumor ganas jaringan biasanya tidak mudah digerakan atau bersifat kaku dan tidak bergerak.
c.       Move
Keterbatasan pergerakan dan kelemahan fisik, keterbatasan pergerakan berhubungan dengan penurunan rentang gerak. Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri dan bertambah besarnya benjolan/pembengkakan pada klien.
4)      Hasil laboratorium/radiologi
a.       Pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkalin phosphatase dan lacyic dehydrogenase.
b.      CT scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi adanya ekstensi dari tumor kejaringan sekitarnya,
c.       Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration/FNA).

B.     Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.      Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat proses patologik dan pembedahan
Criteria hasil :
·         Keluhan nyeri hilang/terkontrol.
·         Mampu tidur dan istirahat dengan tepat
·         Kemampuan relaksasi dan aktivitasterapeutik
Intervensi :
·         Kaji keluhan nyeri, perhatikan intensitas (skala 0-10) lamanya dan lokasi.
Rasional : memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektipan intervensi
·         Berikan tindakan kenyamanan ex merubah posisi miring kanan, kiri.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian dan Meningkatkan rasa kontrol
·         Beri obat sebelum aktivitas
Rasional : Menurnkan tegangan otot ; membantu partisipasi

2.      Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuloskeletal
Kriteria hasil :
·         Menunjukan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta tungkai yang sakit.
·         Mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur
·         Menyatakan pemahaman pengobatan individu dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi
Intervensi :
·         Pertahankan tirah baring awal dengan sendi yang sakit pada posisi yang dianjurkan.
Rasional : Memberikan waktu stabilitasi prostase dan pemulihan efek anastesi
·         Batasi penggunaan posisi semi fowler/tinggi.
Rasional : Fleksi panggul lama dapat meregangkan/dislokasi prostasi baru
·         Tinggikan ektremitas dengan meninggikan kaki tempat tidur.
Rasional : Meningkatkan alran balik vena untuk mencagah pembentukan edema berlebih dapat mencegah dislokasi prostase.
·         Bantu rentang gerak pada sendi yang tidak sakit.
Rasional : Pasien dengan penyakit degenerasi dapat secara tepat kehilangan fungsi
·         Inspeksi kulit observasi area kemerahan
Rasional : Mencegah iritasi/kerusakan kulit
·         Ganti posisi sisi yang tak dioperasi.
Rasional : Mencegah dislokasi prostase panggul dan tekanan kulit/jaringan lama menurunkan iskemi jaringan
·         Dorong partisipasi aktivitas sehari-hari.

Rasional : Meningkatkan harga diri, meningkatkan rasa control dan kemandirian.


Daftar Isi : 
1.     BAB I Pendahuluan Osteosarcoma : http://adf.ly/R51CY
2.     BAB II Tinjauan Teori Osteosarcoma : Pengertian, Etiopatogenesis, Stadium, Manifestasi Klinis Klik : http://adf.ly/R9mQg
3.     BAB II Tinjauan Teori Osteosarcoma : Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Diagnostik Klik : http://adf.ly/RAFiu


                                                      SUBSCRIBE DAN BAGIKAN

Makalah Osteosarcoma

BAB II
TINJAUAN TEORI OSTEOSARCOMA


A.    Penatalaksanaan
1)      Konservstif.
Penanganan tumor tulang metastatis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan klien sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dangan metode yang digunakan untuk menangani tumor asal.
2)      Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu penatalaksanaan tambahan pada tumor ganas tulang dan jaringan lunak obat-obatan yang digunakan adalah metrotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin dan sisplatinum. Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada pre/pascaoperasi.
3)      Radioterapi
Radiasi dengan energy tinggi merupakan suatu cara untuk eradiksi tumor-tumor ganas yang radiosensitive dan dapat juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi. Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang dapat dioperasi misalnya adanya metastatis atau keadaan local yang tidak mungkin untuk tindakan operasi.
4)      Intervensi bedah
Adanya bahaya mataststis pada tumor maligna, maka kombinasi kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai usaha mengeradikasi lesi moikrometastatis.Kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat. Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambah dengan pengeluaran seluruh tulang. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota gerak diatasnya dan disertai pengeluaran sendi diatasnya.

B.     Pemeriksaan Diagnostik
1)      Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkalin phosphatase dan lacyic dehydrogenase ini dihubungkan dengan kepastian diagnostic dan prognosis dari osteosarkoma.

2)      Radiodiagnosis
Gambaran radiogram dapat membantu menentukan keganasan relative dari tumor tulang. Gambaran tepi lesi yang tidak tegas menandakan bahwa pada proses invasi tumor ke jaringan tulang yang berada disekitarnya. CT scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi adanya ekstensi dari tumor kejaringan sekitarnya, termasuk juga pada jaringan neurovaskuler atau invasinya pada jaringan otot.
3)      Pemeriksaan  Biopsi

Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration/FNA) dengan melakukan sitodiagnosis, merupakan salah satu cara biopsy untuk melakukan diagnosis pada tumor. Biopsi trebuka adalah metode biopsy melalui tindakan operatif.

Daftar Isi :
Makalah Osteosarcoma :
1.     BAB I Pendahuluan Osteosarcoma : http://adf.ly/R51CY
2.     BAB II Tinjauan Teori Osteosarcoma : Pengertian, Etiopatogenesis, Stadium, Manifestasi Klinis Klik : http://adf.ly/R9mQg

DOWNLOAD MAKALAH OSTEOSARCOMA : DI SINI

Tuesday, June 25, 2013

Makalah BAB II Osteosarcoma : Pengertian, Etiologi dan Manifestasi Klinis

BAB II
TINJAUAN TEORI



1.      TEORI TUMOR TULANG (OSTEOSARCOMA)
A.    Pengertian
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor maligna yang berada pada tulang dan merupakan tumor tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Osteosarkoma dan osteogenik  sarcoma ini dipergunakan bukan karena tumor membentuk tulang, tetapi karena pembentukan tumor ini berasal dari sel osteoblastik dan sel-sel masenkim primitive. Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar secara cepat pada periosteum dan jaringan ikat diluarnya.
Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang dimana lempeng pertumbuhannya ( epiphyseal growthplate) yang sangat aktif yaitu; pada distal femur, proksimal tibia dan fibula,proksimal humerus, dan pelvis. Pada orang tua dengan umur diatas 50 tahun, osteosarkoma dapat terjadi akibat degenerasi ganas dari penyakit paget, dengan prognosis sangat jelek. (zairin noor, 2012).
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2003: 616).
Neoplasma system musculoskeletal bisa berbentuk bermacam-macam, seperti  tumor osteogenik, konrogenik, fibrogenik, otot (rabdomiogenik), dan sel sumsum (reticulum) bisa juga tumor saraf, vaskuler dan sel lemak. Biasanya merupakan tumor primer atau tumor metastatic dari kanker primer di tempat lain misalnya payudara, paru, prostat, ginjal) tumor tulang metastatic lebih sering dibanding tumor tulang primer.
1)      Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya dan berbatas tegas, gejalanya sedikit, dan tidak menyebabkan kematian. Neoplasma perifer benigna system musculoskeletal meliputi osteoma, osteokondroma, enkondroma, kista tulang, (kista tulang aneurisma) rabdomioma, dan fibroma. Tumor benigna tulang dan jaringan lunak lebih sering dari pada tumor maligna. Beberapa tumor benigna, seperti sel tumor raksasa mempunyai potensial mengalami transformasi maligna. Kista tulang merupakan lesi yang invasive pada tulang . Kista tulang aneurisma sering dilihat pada dewasa muda dan ditandai dengan terabanya massa yang nyeri pada tulang panjang vertebrata, tulang pipih. Osteokandroma merupakan tumor tulang benigna yang paling sering., biasanya terjadi  sebagai tonjolan tulang besar pada ujung tulang panjang (pada lutut dan bahu). Terjadi pada masa pertumbuhan dan kemudian menjadi massa tulang statis. Lapisan kartilagopada osteokandorma dapat mengalami transformasi maligna setelah trauma, dan dapat terjadi kondrosarkoma. Enkondroma merupakan tumor tulang yang sering pada kartilago hialin yang tumbuh ditangan, rusuk, femur, tibia, humerus atau pelvis. Umumnya satu-satunya gejala adalah linu yang ringan, dapat terjadi Fraktur patologis. Tumor nyeri yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda adalah osteoid osteoma. Jaringan neoplastik ini dikelilingi oleh pembentukan tulang reaktif yang membantu pada identifikasi radiologis. Tumor sel raksasa (osteoklastoma) adalah tumor benigna selama beberapa waktu tetapi dapat menginvasi jaringan local dan menybabkan destruksi terjadi pada dewasa muda dan bersifat lunak dan hemoragis, kadang tumor sel raksasa dapat mengalami transformasi maligna dan bermetastatis.
2)      Tumor tulang maligna
Tumor musculoskeletal maligna primer relative jarang dan tumbuh dari sel jaringan ikat dan penyokong (sarcoma) atau dari elemen sumsum tulang (myeloma). Tumor musculoskeletal primer maligna meliputi osteosarkoma, kondrosarkoma, sarcoma ewing, dan fibrosarkoma. Tumor tulang biasanya bermetastatis ke tulang. Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer maligna yang paling sering dan paling patal. Ditandai dengan metastatis hematogen awal paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarcoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat, sarcoma osteogenik lebih sering pada pria umur 10-25 tahun pada tulang yang sedang tumbuh cepat dan kelompok lebih tua yang menderita penyakit paget atau akibat pajanan radiasi. Bermanifestasi sebagai nyeri, pembengkakan, keterbatasan gerak, dan kehilangan berat badan, massa tulang dapat teraba, nyeri tekan dan tidak bisa digerakan, dengan peningkatan suhu kulit diatas massa dan ketegangan vena. Lesi primer dapat mengenai semua tulang namun tempat yang paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.
Tumor maligna kartilago dinamakan kondrosarkoma dan merupakan tumor tulang maligna primer kedua tersering. Tumor ini merupakan tumor besar, tumbuh lambat yang mengenai orang dewasa (pria lebih sering dari wanita). Tempat tumor tersering adalah pelvis, rusuk, femur, humerus, vertebrata, scapula, dan tibia. (Brunner & suddarth, 2001).

B.     Etiopatogenesis
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas, Adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisis, begitu pula adanya hereditary retinoblastoma. Agen virus dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan, Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Dua tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein P53 (kromosom 17) dan Rb (kromosom 13). Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam pathogenesis osteosarkoma, dimana dapat mulai tumbuh didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut pada jaringan lunak sekitar tulang. Epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor ke dalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastatis secara hematogen, paling sering ke paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakan.
·         Stadium
Sesuai dengan Enneking System, maka tingkatan dari osteosarkoma adalah sebagai berikut :
1.      Stadium tumor rendah, Intracompartmental I-A
2.      Stadium tumor rendah, Extracompartmental I-B
3.      Stadium tumor tinggi, Intracompartmental II-A
4.      Stadium tumor tinggi, Extracompartmental II-B
5.      Tumor dengan metastatis III.

C.    Manifestasi Klinik

Osteosarkoma sering terdapat didaerah lutut pada anak-anak dan dewasa muda  terbanyak pada distal dan femur. Keluhan utama yang paling sering muncul adalah nyeri, Deformitas, dan imobilitas fisik keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan sering kali dihubungkan dengan trauma, Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi yang sering kali sangat besar, nyeri tekan dan pelebaran pembuluh darah pada kulit dipermukannya. Sering juga ditemukan patah tulang patologis.


Baca Juga :  BAB I Pendahuluan Osteosarcoma : http://adf.ly/R51CY

Makalah BAB I Pendahuluan Osteosarcoma

BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar belakang
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Mereka secara umum dibagi kedalam dua kelompok yaitu tulang dan jaringan lunak. Sarkoma tulang tidak begitu umum yang hanya sekitar 0.2% dari semua jenis tumor malignansi di amerika serikat. Kira-kira ada sekitar 2-100 kasus terdiagnosa tiap tahunnya. Insiden tersebut lebih tinggi terjadi pada orang kulit putih dan diantaranya pria. Radiasi dosis tinggi telah dikaitkan dengan perkembangan kanker tulang, walaupun belum ada peningkatan insiden yang tampak diantara orang-orang yang masih hidup karena terkena bom atom dijepang. Ada beberapa bukti adanya kecenderungan keluarga pada kanker tulang ini. Begitu juga, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget yang tampak mencetus individu pada kanker tulang.
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. ( www.mail-archive.com).
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. (www.kompas.com).

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pasien tumor tulang.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui Definisi Tumor tulang.
b.      Mengetahui Etiopatogenesis Tumor tulang.
c.       Mengetahui Manifestasi Klinik Tumor tulang.
d.      Mengetahui Penatalaksanaan Tumor tulang.

C.    Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan, manfaat
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Penjelasan tentang Asuhan keperawatan pasien tumor tulang.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Meliputi kesimpulan akhir dari keseluruhan penulisan makalah.

D.    Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat membantu dalam Pengetahuan keperawatan medical bedah tentang Asuhan keperawatan pasien tumor

2.      Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pasien tumor tulang

3.      Bagi Penulis
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya Asuhan keperawatan pasien tumor tulang.



Baca Juga : LP Hernia :
1.     laporan pendahuluan Hernia (definisi, proses terjadi masalah, komplikasi dan penatalaksanaan) klik : http://adf.ly/VFPTd
2.     Laporan Pendahuluan Hernia : Kasus (Masalah Utama) dan Proses Terjadinya Masalah klik : http://adf.ly/VFPcl
3.     Laporan Pendahuluan Hernia : Diagnosa dan Tindakan (Intervensi) Keperawatan klik : http://adf.ly/VFPio
4.     Laporan Pendahuluan Hernia : Strategi Pelaksanaan (SP) klik : http://adf.ly/VFPrn

Monday, June 24, 2013

Analisa Skripsi BAB I : Hubungan pengetahuan, sarana kesehatan dan persepsi keluarga


Judul Skripsi :
Hubungan pengetahuan, sarana kesehatan dan persepsi keluarga terhadap sikap kader dengan perilaku hidup bersih dan sehat di desa sukakerta wilayah kerja puskesmas kadupandak kabupaten cianjur

Fenomena :
1.      Visi pelayanan kesehatan Tahun 2015 antara lain: hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi.Sedangkan misi yang telah dirumuskan adalah menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatn yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungan sekitarnya. (Kemenkes RI, 2011).
2.      Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/ketersediaan jaminan pemeliharaan kesehatan, penduduk tidak merokok di dalam rumah, penduduk cukup beraktifitas fisik  dan  penduduk cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Indikator rumah tangga meliputi  rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (≥8 m2/orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah, (Kemenkes RI, 2011).
3.      Hasil penelitian Haniek tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah tangga yang dilaksanakan di Kecamatan Lubuk Sikaping tahun 2011 menemukan hasil bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 17,6%, cukup sebanyak 70,6%, dan kurang sebanyak 11,8% dan tidak terdapat terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap serta perilaku responden.terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah tangga. Hasil penelitian Pratiwi dkk hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kebersihan dalam pengelolaan sarana sanitasi di rumah shelter yang berlokasi di Dusun Gempol, Jumoyo, Salam, Magelang tahun 2012, menunjukan Hasil adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang PHBS dengan kebersihan dalam pengelolaan sarana sanitasi.
4.      Hasil penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga dari 45 Puskesmas tahun 2012 di Kabupaten Cianjur status rumah tangga sehat mencapai 38,70% dan status rumah tangga tidak sehat 61,30% masih dibawah standar sasaran pembangunan promosi kesehatan nasional yaitu 65%, sedangkan di wilayah Puskesmas Kadupandak Kecamatan Kadupandak yang terdiri dari 14 desa pencapaian PHBS rumah tangga sehat 39,0% dan rumah tangga tidak sehat 61,0% dengan yang tertinggi 60% yaitu Desa Kadupandak dan terendah 30% dan terendah Desa Sukaraharja, walaupun Desa Sukakerta bukan merupakan desa dengan PHBS terendah di tatanan rumah tangga hanya dengan pencapaian 38,36% (Dinkes Cianjur, 2012).

Kesimpulan :
Merujuk dari data di atas, maka hubungan antara pengetahuan, sarana kesehatan dan persepsi keluarga terhadap sikap kader dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Sukakerta Wilayah Kerja Puskesmas Kadupandak Kabupaten Cianjur dapat di telaah lebih lanjut dan di angkat sebagai bahan skripsi. Dalam skripsi ini peneliti cenderung menggunakan teknik penelitian deduktif, yaitu dimulai dari fenomena umum ke khhusus.