Pages - Menu

Friday, February 22, 2013

Askep Stroke

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE


B A B I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123). Stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker, stroke juga masih merupakan penyebab utama dari kecacatan. Data menunjukkan, setiap tahunnya stroke menyerang sekitar 15 juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kurang lebih lima juta orang pernah mengalami stroke. Sementara di Inggris, terdapat 250 ribu orang hidup dengan kecacatan karena stroke.
Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke. Dari jumlah itu, sekitar 2,5 persen di antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya mengalami cacat ringan maupun berat. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, terbanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan, Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan stroke dan kehilangan mata pencaharian sangat tinggi. Dapat diartikan bahwa kecemasan yang timbul pada keluarga pasien stroke terjadi karena ketidaktahuan terhadap apa yang akan terjadi terhadap anggota keluarga mereka (Sarkamo, 2008: 3).
Data yang didapatkan dari Rekam medik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi tentang jumlah penderita penyakit stroke yang dirawat inap dari tahun 2008-2011 dapat  dilihat pada table 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah penderita stroke yang dirawat inap tahun 2008-2011
No
Tahun
Jumlah
Presentasi (%)
1
2008
701
24,1 %
2
2009
771
26,5 %
3
2010
845
29,1 %
4
Januari-Juni 2011
585
20,1 %

Jumlah
2902
100
Sumber : ( Data rekam medik RSUD R.Syamsudin SH ,10 Agustus 2011)
Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah pasien stroke masih cukup banyak dan mungkin akan meningkat dalam setiap bulannya dimana penyakit stroke sendiri dapat menimbulkan hal-hal yang dapat mempengaruhi psikologi maupun fisik baik pasien sendiri maupun keluarga termasuk dalam hal pembiayaan serta penyakit stroke sendiri membutuhkan perawatan yang lama sehingga dapat menimbulkan kecemasan.
Cemas merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Atau juga suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. (Kusumawati,2010:58). Selain pada pasien ,kecemasan juga bisa terjadi pada keluarga klien yang mengalami stroke.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007 :22), Sehingga setiap anggota keluarga akan merasakan cemas apabila salah seorang keluarganya masuk rumah sakit akibat penyakit stroke. Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan dari setiap anggota keluarga tersebut yaitu faktor fisikologis, psikologis, dan faktor sosial. Dilihat dari faktor tersebut maka perawat mempunyai peranan penting.
Menurut Peplau, keperawatan adalah terapetik dalam seni penyembuhan, membantu individu yang sakit atau membutuhkan keperawatan kesehatan yang dinilai dalam proses interpersonal sebab melibatkan interaksi antara 2 atau lebih individu dianggap  unik secara biologis, psikososial, dan spiritual, serta tidak akan bereaksi sama seperti yang lain. Setiap orang mempunyai pengalaman belajar yang berbeda dari lingkungan , adat istiadat, kebiasaaan , dan keyakinan dari setiap kultur ( Kusumawati, 2010 : 6).
Perawat kesehatan jiwa mempunyai peran bervariasi dan spesifik. Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi. Adapun kesehatan jiwa menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart sudeen dalam Principles and practice of psiciatric nursing care (1995), peran perawat adalah Attitude Therapy, yaitu mengobservasi perubahan, baik peruabahan kecil, atau menetap yang terjadi pada klien. Mendemontrasikan penerimaan, respek, mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

C. Tujuan Penelitian
1.      Tujuan umum
Diketahuinya gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.
2.      Tujuan khusus
a.    Seberapa besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek fisiologis
b.      Seberapa besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek psikologis
c.       Seberapa besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek psikososial.


D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi
Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan program pelayanan kesehatan bukan saja kepada pasien stroke, akan tetapi juga pelayanan kepada keluarga pasien terlebih yang mengalami kecemasan.
2. Manfaat bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian, dan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya
3. Manfaat bagi keluarga klien
Sebagai bahan masukan pengetahuan tentang bagaimana cara menghadapi penyakit stroke.




B A B II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masah utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006: 18).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan sehari hari, juga merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Cemas dapat dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri (Suliswati, 2005:108).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek / sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitip yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik, psikologis, dan psikososial ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya.
a.       Cemas fisiologis
Cemas fisiologis adalah cemas yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh, stuktur, fungsi jaringan, organ dll, ditandai dengan pupil melebar untuk meningkatkan persepsi visual pada waktu terjadi ancaman tubuh, keringat meningkat, denyut nadi meningkat, akral dingin, tekanan darah meningkat, sekresi urine meningkat, retensi air dan garam, curah jantung meningkat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, ketegangan otot, mulut kering, dan gula darah meningkat.
b.      Cemas Psikologis
Cemas Psikologis adalah cemas yang disebabkan karena ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, ditandai dengan perilaku yang menyebabkan terjadinya aktifitas yang berlebihan dari sistem hormone, seperti mudah tersinggung, marah-marah, sangat sensitife, defresi.
c.       Cemas psikososial
Cemas psikososial adalah cemas yang diakibatkan karena keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan pada kehidupan, ditandai dengan denial (menyangkal), projeksi (menyalahkan orang lain), Displacement (mengisar), isolasi dan supresi.

2. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998:175) mengidentifikasi tingkat kecemasan menjadi 4 tingkat yaitu:
a. Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b. Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih tinggi.
c. Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kekurangan. Orang tersebut banyak memerlukan pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Kecemasan tingkat panik berhubungan dengan terperangah, kekuatan dan teror, rincian terpecah dari profesinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan walaupun dengan pengarahan.

3. Penyebab Kecemasan
Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain (Stuart dan Sundeen, 1998:177):
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud dalam Stuart dan Sudeen (1998:177) adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan Super ego-Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma-norma budaya seseorang.
b. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan dan kecemasan yang berat.
c. Teori Prilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Teori Biologi
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzoadiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
e. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas gangguan depresi.

4. Pencetus Cemas
Pencetus cemas mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal, dapat dikelompokkan dalam dua kategori (Stuart dan Sundeen, 1998:181) yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau mempunyai kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi social seseorang.
5. Rentang Respon Ansietas
Ansietas tidak dapat dielakan dalam kehidupan manusia. Secara umum ada dua ancaman besar yang dapat menimbulkan ansietas yaitu:
a.   Ancaman integritas diri yang meliputi ketidakmampuan fisiologis.
b. Ancaman sistem diri meliputi identitas diri, harga diri, hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran.

6. Respon Fisiologis Ansietas Terhadap Sistem Tubuh (Stuart & Sundeen, 1998:177)
a. Kardiovaskuler :
1) Jantung berdebar
2) Tekanan darah meninggi
3) Rasa mau pingsan
4) Tekanan darah menurun
5) Denyut nadi menurun
b. Pernafasan :
1) Nafas cepat
2) Nafas pendek
3) Tekanan pada dada
4) Nafas dangkal
5) Pembengkakan pada tenggorokan
6) Sensasi tercekik
7) Terengah-engah
c. Neuromuskular :
1) Refleks meningkat
2) Reaksi kejutan
3) Mata berkedip-kedip
4) Gelisah
5) Wajah tegang
6) Kelemahan umum
7) Kaki goyang
8) Tremor
d. Gastrointestinal :
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makan
3) Rasa tidak nyaman pada abdomen
4) Mual
5) Diare
e. Traktus Urinariu:
1) Tidak dapat menahan kencing
2) Sering berkemih
f. Kulit:
1) Wajah kemerahan
2) Berkeringat setempat (telapak tangan)
3) Gatal
4) Rasa panas dan dingin pada kulit
5) Wajah pucat
6) Berkeringat seluruh tubuh
7. Manifestasi psikomotor berupa respon kognitif. Afektif juga diobservasi dalam efek kecemasan (Stuart dan Sudeen, 1998:80) sebagai berikut:
a. Perilaku:
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup
5) Bicara cepat
6) Kurang koordinasi
7) Cenderung mendapatkan cidera
8) Menarik diri dari lingkungan interpersonal
9) Menghalangi
10) Melarikan diri dari masalah
11) Menghindar.
b. Kognitif:
1) Perhatian terganggu
2) Konsentrasi buruk
3) Pelupa
4) Salah dalam memberikan penilaian
5) Hambatan berpikir
6) Bidang persepsi menurun
7) Kreaifitas menurun
8) Bingung
9) Sangat waspada
10) Kesadaran diri meningkat
11) Kehilangan obyektifitas
12) Takut kehilangan kontrol
13) Takut pada gambaran visual
14) Takut cidera atau kematian
Hal-hal diatas menjelaskan bahwa kecemasan yang tinggi mempengaruhi gerakan involunter dan kelemahan yang dapat mengganggu hubungan interpersonal. Dalam hubungan interpersonal, kecemasan dapat memberikan peningkatan untuk mencari diri, rasa tidak nyaman atau intelektual. Selain respon perilaku dan afektif, kecemasan juga mempengaruhi respon kognitif pada personal maupun interpersonal dan kehidupan yang dialami individu.
8. Sumber koping
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik. Kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang menginterpretasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil (Stuart dan Sundeen, 1998:182).
9. Mekanisme koping
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998:182), ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga (Sudiharto, 2007 :21).
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007 :22).
b. Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga berinteraksi di dalam keluarga (teori sistem).
2. Tipe/Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007 :23)
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan nenek, kakek, dan saudara saudara.
c. Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah perempuan dan laki-laki yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composition Family)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation)
Adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
3. Fungsi Keluarga (Effendy, 1998: 33)
Fungsi keluarga dibedakan menjadi:
a.  Fungsi Biologis
1. Meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi anak
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga
b.  Fungsi Psikologis
1. Memberi kasih sayang dan rasa aman
2. Memberi perhatian pada anggota keluarga
3. Membina pendewasaan keluarga
4. Membentuk kepribadian anggota keluarga
5. Memberikan identitas keluarga
c.  Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak
2. Membentuk norma tingkah laku
3. Meneruskan nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber penghasilan
2. Pengaturan penggunaan penghasilan
3. Menabung untuk masa depan dan hari tua
4. Peranan Keluarga (Effendy, 1998: 34)
a. Ayah : berperan sebagai suami dan ayah pencari nafkah, pelindung, pemberi rasa aman, kepala keluarga, anggota masyarakat, dan kelompok sosial.
b. Ibu : berperan sebagai istri dan ibu pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung, anggota masyarakat, dan kelompok sosial.
c. Anak : menjalankan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
5. Tugas-tugas Keluarga (Effendy, 1998: 34)
Terdiri dari 8 tugas pokok, yaitu:
a.       Memelihara fisik keluarga dan anggotanya.
b.      Memelihara sumber daya dalam keluarga.
c.       Pembagian tugas anggota sesuai kedudukan masing-masing.
d.      Sosialisasi antar anggota keluarga.
e.       Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f.       Pemeliharaan anggota keluarga.
g.      Penempatan anggota keluarga, dalam masyarakat yang lebih luas.
h.      Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
6. Peran serta keluarga dalam perawatan klien dengan stroke.
 Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut (Effendy, 1998: 35)

C. Stroke
1. Pengertian
a. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu (Sarkamo, 2008: 3)
b. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123).
c. Stroke adalah gangguan yang mempengaruhi aliran darah keotak dan mengakibatkan deficit neurologic (lewis, 2000 : 1645).
d. Stroke non hemorogik adalah bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit) tapi kurang dari 24 jam (Mansjoer, 2000 : 17).
e. Stroke non hemorogik adalah penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah otak, yang mendasari terjadinya stoke misalnya ateriosclerosis otak, aneurisma, angioma pembuluh darah otak. (Harsono, 1996 : 25).
f. Stroke non hemorogik adalah penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian aterosklerosis (trombosis) dan penyakit jantung (emboli) yang dicetus oleh adanya faktor predisposisi hipertensi (Satyanegara, 1998 : 179)

2. Jenis Stroke (Sarkamo, 2008: 3)
Jenis stroke terbagi dalam dua golongan besar, yakni stroke penyumbatan dan stroke pendarahan.
a. Stroke penyumbatan terjadi karena sumbatan atau penyempitan di dalam pembuluh darah ke otak terganggu. Gangguan peredaran darah di otak membuat otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Bila ini terjadi dalam waktu lama menyebabkan otak mengalami kerusakan.
b. Sedangkan stroke pendarahan sangat berbahaya. Stroke ini terjadi karena ada pembuluh darah yang pecah. Stroke pendarahan biasanya karena adanya kelainan bawaan dimana pembuluh darah di otak tidak sempurna. Namun stroke jenis ini jarang terjadi.

3. Faktor resiko (Sarkamo, 2008: 4)
Mengenai faktor risiko, ada beberapa faktor risiko stroke yang tidak dapat dikontrol. Misalnya, riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung, faktor usia, dan jenis kelamin. Dibandingkan laki-laki, perempuan lebih rentan terserang stroke. Orang yang berusia di atas 55 tahun juga lebih berisiko mengalami stroke dibanding mereka yang berusia lebih muda. Selain faktor risiko, stroke juga memiliki sejumlah gejala, antara lain: mengalami gangguan gerak sehingga tak mampu untuk mengambil gelas, menggosok gigi, atau memasang kacing dengan sempurna. Dalam tingkat yang lebih parah, terjadi lumpuh total yang bisa menimpa tiap organ gerak, termasuk bibir, wajah, dan mata.

4. Penyebab Stroke (Sarkamo, 2008: 5)
Banyak sebab mengapa masih muda sudah terkena stroke, seperti contohnya:
a. Stres tinggi yang sering dialami para pekerja di kota besar. Tuntutan pekerjaan yang membuat seseorang menjadi stres. Stres tinggi yang bertubi-tubi bila tidak segera diatasi bisa menyebabkan gangguan jantung dan stroke.
b. Pola makan yang salah juga bisa memicu terjadinya stroke usia muda. karena seringnya mengonsumsi makanan junk food, yang tidak baik sebab kandungan kolesterol tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, terutama pembuluh darah bila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah, dan mengenai pembuluh darah otak bisa membuat seseorang stroke.
c. Pemicu stroke lainnya adalah karena kurang olahraga, kesibukan membuat banyak orang tak ada waktu khusus untuk olahraga. Kurang olahraga membuat stamina menurun dan akibat kurang gerak juga bisaterjadi penyumbatan pada pembuluh otak yang berakibat stroke.
5. Patofisiologi stroke
Iskemik otak adalah suatu keadaaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Infark otak terjadi jika ada daerah otak yang iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplai darah sampai pada tingkat lebih rendah dari titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan sel sehingga disertai gangguan fungsional dan structural yang menetap. Terdapat 2 penyebab utam infark otak, yaitu thrombosis dan emboli. Kebanyakan kasus infarka otak terjadi setelah adanya trombosis pada pembuluh darah yang aterosklerotik. Dengan demikian thrombosis menyerang individu-individu yang memiliki satu atau lebih factor resiko yang memacu terbentuknnya aterosklerosis.( Bustan ,2007:91).
6. Gejala Stroke (Sarkamo, 2008: 5-6)
Gejala stroke juga bisa tampak dari gangguan rasa, seperti pada sebelah anggota badan, dari yang ringan (kesemutan) sampai yang berat (baal). Gangguan kesadaran juga bisa terjadi, misalnya mudah mengantuk sampai tampak seperti koma. Demikian juga dengan gangguan verbal, baik karena organ bicara yang rusak maupun daya ingat yang turun, misalnya dalam bentuk tidak bisa mengeluarkan kata dan menangkap arti. Setelah serangan yang pertama, stroke terkadang bisa terjadi lagi dengan kondisi yang lebih parah. Ini umumnya terjadi pada penderita yang kurang kontrol diri, atau bisa jadi sudah merasa puas setelah mengalami penyembuhan (pasca stroke yang pertama) sehingga tidak lagi memeriksakan diri. Padahal, jika stroke sampai berulang, artinya terjadi perdarahan yang lebih luas di otak sehingga kondisinya bisa lebih parah dari serangan pertama. Riset menunjukkan, di antara orang-orang yang pernah mengalami stroke, sekitar 40 persen di antaranya akan mengalami stroke berulang dalam waktu lima tahun (Hariyono, 2008: 4).

7. Pemeriksaan Diagnostik (Hariyono, 2008: 4 -5).
a. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau adanya obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture.
b. CT Scan                  
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, skemia dan adanya infark.
c. Fungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemorogik subaraknoid atau perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemorogik, Malformasi Arteriovena (MAV)
e. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis (cairan darah/muncul plak) ateriosclerosis).
f. EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

8. Penatalaksanaan (Hariyono, 2008: 6).
Penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Karenanya, keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan. Terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia.
a. Non farmakologik
1) Tirah baring
2) Posisi head up ( stroke hemoragic)
3) Posisi supinhe (stroke infark)
4) Nutrisi : oral, enteral, perenteral
5) Personal hygiena
6) Pemeliharaan kepatenan jalan napas :suctioning dan pemasangan mayo tube
b. Farmakologik
1) Aspirin
2) Glucose
3) Manitol
4) Obat seperti serenace ativan
9. Masalah yang timbul paska stroke
Stroke adalah penyakit pada otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan keuangan yang besar pada pasien. Pada kenyataannya, banyak orang yang lebih takut akan menjadi cacat oleh stroke dibandingkan dengan kematian itu sendiri. Jika tidak ada perbaikan dalam metode-metode pencegahan yang ada sekarang, jumlah penderita stroke akan tumbuh pesat dalam beberapa decade mendatang. Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapay (Bobath method, Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro Developmental Treatment, Sensory Motor Integration) telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan program terapi yang diberikan. Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang memiliki waktu relatif lebih banyak. Untuk itu dengan program “edukasi bagi keluarga pasien stroke” mengenai tata cara penanganan pasien stroke di rumah (home programe) akan sangat bermanfaat dalam mengembalikan kemampuan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Penanganan yang tepat sebagai wujud cinta kasih dalam keluarga.

DAFTAR PUSTAKA



Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta, Rhineka Cipta

Effendy Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyrakat. Edisi Kedua. Jakarta, EGC

Hawari, D., 2006. Manajemen Stress,Cemas dan Depresi, EGC, Jakarta.

Hidayat Alimul , 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika

Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid 2, Jakarta.

M.N Bustan, 2007. Epidemiolog penyakit tidak menular, Jakarta, Rhineka Cipta

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., 1998. Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC, Jakarta.


Download Filenya Dibawah :

  1. BAB I KTI Sroke
  2. BAB II KTI Stroke
  3. BAB III KTI Stroke
  4. BAB III IMPLEMENTASI KTI STROKE
  5. BAB IV-V KTI STROKE.doc
  6. ANALISA DAN INTERVENSI STROKE
  7. PATOFISIOLOGI STROKE

2 comments: