Pages - Menu

Monday, July 29, 2013

Konsep Kecemasan

KONSEP KECEMASAN


1.      Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan sinyal yang menyadarkan seseorang, akan adanya bahaya yang akan mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman tersebut. Secara subyektif, kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman, sehingga perasaan tersebut inginnya secepatnya secepat-cepatnya dihalau. Secara obyektif, kecemasan merupakan suatu pola psikobiologik yang mempunyai fungsi pemberitahuan (alarm) akan adanya bahaya, sehingga membutuhkan perencanaan tindakan yang efektif dalam bentuk usaha penyesuaian diri terhadap trauma psikik, psikis dan juga konflik (Ayub, Sani : OTC DIGEST, 2006)
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan adalah respons emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati, 2005).
Kecemasan  adalah suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik (Carpenito, 2000).
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA) Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non- spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan  yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh atau mal-adaptif. (Kaplan & Sadock, 1998).
Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatic yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma Wijaya, 1997).
Kecemasan dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan seseorang untuk memberikan perhatian (Perry & Potter, 2005). Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya obyek/sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasikan serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis (Suliswati, 2005).
2.      Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Menurut Peplau ( Suliswati, 2005) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu :
1)   Kecemasan Ringan
  Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotifasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2)   Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3)   Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah / arahan untuk terfokus pada area lain.
4)   Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpagan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.
3.      Rentang Respon Kecemasan.



  1. Respon Terhadap Kecemasan 
1)      Respon Fisiologis.
Tabel 2 . Respon Kecemasan
Sistem Tubuh
Respon
Kardiovaskuler

Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Pernapasan

Napas cepat
Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Sensasi tercekik
Terengah-engah
Neuromuskuler

Reflek meningkat
Reflek kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal
Gastrointestinal

Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare
Traktus Urinarius
Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Kulit
Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh
(Sumber : Stuart & sundeen,1998)
  
2)      Respon Psikologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak reflek. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan katerlibatan dengan orang lain. (Suliswati, 2005).
3)      Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung. (Suliswati, 2005).
4)      Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga terhadap kecemasan. (Suliswati, 2005).
  1. Faktor Predisposisi
1)      Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan-tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu dihindari.
2)      Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan dan kehilangan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Orang dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat.
3)      Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya diharapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
4)      Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.
5)      Teori Biologik
Kajian biologi menenjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk biodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam amino Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart &sundeen,1998).
  1. Menurut Carpenito (2000) faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
1)     Situasi (personal, lingkungan )
Berhubungan dengan nyata/merasa terganggu pada integritas biologis sekunder terhadap serangan, prosedur invasif dan penyakit. Adanya perubahan nyata/merasakan adanya perubahan lingkungan sekunder terhadap perawatan di Rumah Sakit.
2)     Maturasional
Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada bayi kecemasan lebih disebabkan karena perpisahan, lingkungan atau orang yang tidak dikenal dan perubahan hubungan dalam kelompok sebaya. Kecemasan pada remaja mayoritas disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada dewasa berhubungan dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhubungan dengan kehilangan fungsi.

3)     Tingkat Pendidikan
Bila dilihat dari tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah dalam memperoleh penyesuaian diri terhadap stresor. Penyesuaian diri terhadap stresor tersebut erat kaitannya dengan pemahaman seseorang terhadap pemberian informasi yang tepat mengenai stressor. Individu yang berpendidikan tinggi akan mempunyai koping yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah sehingga dapat mengeliminir kecemasan yang terjadi.
4)     Karakteristik Stimulus
·         Intensitas stresor
·         Lama stresor
·         Jumlah Stresor
5)     Karakteristik Individu
·         Makna stresor bagi individu
·         Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping
·         Status kesehatan individu.




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ibrahim,.Ayub Sani. 2006. Mengantisipasi Gangguan Cemas. Jakarta : OTC DIGEST Edisi 2 Tahun I.
Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika
Kusuma, DR.Wijaya. 1997. Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Jakarta : ofessional Books.
Perry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta :EGC
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta ; EGC
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.


No comments:

Post a Comment