ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI
1.
Pengertian
a)
Suatu gangguan proksimal susunan syaraf yang ditandai
dengan serangan-serangan dan kehilangan atau perubahan kesadaran yang berulang
disertai fenomena kejang, biasanya disebabkan oleh adanya rangsangan yang
berlebihan dan tidak terkontrol pada sekelompok neuron serebral biasanya di
daerah otak.
b)
Lapisan muatan listrik yang berlebihan dari sel-sel
neuron otak yang berkala dan berlalu dapat mengakibatkan terganggunya
kesadaran, sistem motorik, sensorik, vegetatif (otonomi dan psikis).
(Kapita
Selekta II, 314)
2.
Etiologi
a)
Primer/idiopatik
b)
Skunder/simtomatik dari penyakit lain :
1)
Infeksi pada otak
2)
Kelainan degeneratif
3)
Kongenital
4)
Keracunan obat/alkohol
5)
Gangguan metabolisme dan elektrolit
6)
Trauma kelahiran
7)
Tumor otak
8)
Hipoksia dan hipoglikemia
3.
Patofisiologi
Epilepsi
Adanya gangguan serebral
Ditentukanya adanya lesi
|
|||||
|
|||||
|
|
4.
Gejala Klinis
Kejang umum tonik klinik yang berulang sedemikian rupa sehingga penderita
tidak kembali ke tingkat kesadaran diantara dua kejang.
5.
Klasifikasi
a)
Epilepsi partial / Jakson / fokal
1)
Gejala dasar (sensorik, motorik, otonomik)
Sifat-sifat :
(a)
Biasanya kesadaran tidak terganggu
(b)
Awitan fokal biasanya kejang unilateral atau kedutan
pada jari dan wajah yang kemudian dapat menyebar ke seluruh sisi tubuh yang
terkena serangan.
2)
Gejala kompleks / psikomotor / lobus tempral.
Sifat-sifat :
(a)
Biasanya penderita sadar waktu terjadi serangan tetapi
tidak mengingat kembali apa yang telah terjadi.
(b)
Gangguan mental sementara, gerakan otomatis yang tidak
bertujuan.
(c)
Ingatan yang muncul secara tiba-tiba kejadian di masa
lalu, halusinasi visual atau dengar, perubahan kepribadian, tingkah laku
sosial, moode yang tidak tepat di suasana.
(d)
Tercetus oleh musik, kedipan sinar atau rangsangan
lain.
b)
Epilepsi umum
1)
Absence / petit mall
Sifat-sifat :
(a)
Bilateral, simetris dan tidak memiliki awitan lokal.
(b)
Kesadaran hilang selama beberapa detik ditandai dengan
terhentinya percakapan untuk sesaat, pandangan kosong atau kedipan mata yang
cepat.
(c)
Hampir hilang sewaktu remaja atau diganti epilepsi
tonik / klonik.
2)
Tonik klonik / Grand mall
Sifat-sifat :
(a)
Epilepsi dengan serangan klasik
(b)
Biasanya didahului oleh adanya suatu aura
(c)
Kesadaran hilang
(d)
Spasme otot umum secara tonik / klonik
(e)
Lidah dapat tergigit
(f)
Bingung dan amnesia terhadap kejadian-kejadian sewaktu
terjadi serangan
3)
Kejang unilateral
4)
Kejang yang tidak terklasifikasi
6.
Komplikasi
a)
Kegagalan jantung
b)
Fraktur
c)
Edema serebri
d)
Aspirasi pneumoni
e)
Kegagalan ginjal mendadak
7.
Pemeriksaan
a)
Pemeriksaan fisik : Sesuai dengan gejala klinik dan
penyebabnya
b)
Pemeriksaan tambahan
1)
Darah : Kimia darah, hematologi, kadar obat anti
epilepsi, gas darah.
2)
EEG : Untuk menentukan letak / fokus letaknya
3)
EKG : Memperkuat diagnosa epilepsi, kelainan khas
timbulnya ritme yang cepat dengan voltage yang tinggi
4)
Foto Ro paru
5)
Lumbal fungsi : Adanya tanda-tanda meningitis (protein
meningkat)
8.
Penatalaksanaan
Waktu dalam menit
|
Prosedur
|
0
|
-
Nilai fungsi kardio respiratori, bila telah jelas
adanya kejang tonik klonik. Bila meragukan observasi dulu serangan kejang
tonik kloniknya yang dilihat apakah ada gangguan kesadaran pada akhir
serangan.
-
Bebas jalan nafas
|
5
|
-
Berikan infus dengan cairan NaCl yang mengandung
Vitamin komplek dan berikan bolus 50 cc, 50% glukosa.
|
10
|
-
Berikan diazepam IV tidak cepat 2 mg/mnt sampai
kejang berhenti atau sampai 20 mg mula ialah diberi bolus feniton 50 mg/mnt –
18 mg/kg bila terjadi hipotensi.
|
30-40
|
-
Bila kejang masih ada berikan diazepam IV 100 mg/tts
dilarutkan dalam 500 cc IV dengan kecepatan 40 cc/jam.
|
50-60
|
-
Bila kejang masih tetap berlangsung anestesi umum
dengan halotan dan neuromuskuler junction blockade diberikan bila ahli
anestesi tidak ada, dapat diberikan infus 4% cairan paroldehid dalam NACl,
diberikan secepat mungkin sampai kejang berhenti.
|
80
|
-
Bila paroldehid tidak dapat menghentikan kejang di
dalam waktu 20 menit mulai saat diberikan perinfus, harus segera diberikan
anestesi umum dengan halotan dan merumuskan Junction blockade.
|
9.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
a)
Potensial injury (cidera) berhubungan dengan awitan
cepat dari perubahan status kesadaran dan aktivitas kejang.
b)
Potensial ketidak efektifan pola nafas berhubungan
dengan kontraksi otot-otot pernafasan.
c)
Isolasi sosial berhubungan dengan serangan kejang.
d)
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan serangan
kejang.
10. Rencana
Keperawatan
a)
Diagnosa keperawatan I
1)
Berikan penjelasan pada klien/keluarga tentang penyebab
dan akibat dari penyakitnya.
2)
Ciptakan lingkungan yang therapeutik.
3)
Berikan touge spatel pada saat kejang.
4)
Longgarkan pakaian terutama pada daerah leher.
5)
Cegah terjadinya kejang yang berulang.
6)
Berikan tempat tidur dengan posisi yang rendah.
7)
Kolaborasi dengan tim medis.
b)
Diagnosa keperawatan II
1)
Kaji tingkat sesak pada klien.
2)
Berikan penjelasan pada keluarga tentang proses
penyakitnya.
3)
Berikan O2 bila perlu.
4)
Observasi tanda vital tiap 3 jam.
5)
Cegah timbulnya cegah berulang.
6)
Lakukan suction bila ada sekret yang menumpuk.
7)
Kolaborasi dengan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall (1998), Diagnosa
Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doengoes ME (1999), Nursing
Care Plans, Edisi Tiga, EGC, Jakarta.
Ngastiyah (1997), Perawatan
Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Saharso D. (1997), Pedoman
Diagnosis dan Terapi, FK Unair, Surabaya.
Thanks
ReplyDeleteU'r Welcome (^_^)
Delete