PENGARUH
NILAI – NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PRILAKU MASYARAKAT KAITANNYA
DENGAN KESEHATAN
PENGERTIAN
1. NILAI
– NILAI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bahwa Nilai adalah suatu kadar, ukuran atau mutu
2. SOSIAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bahwa social adalah berkenaan dengan masyarakat
3. BUDAYA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bahwa budaya adalah Pikiran, akal budi atau hasil
4. MASYARAKAT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat
atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu.
5. NILAI
– NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
Jadi disimpulkan bahwa nilai – nilai
sosial budaya masyarakat adalah suatu ukuran atau peraturan yang disepakati
bersama sebagai buah pikir dalam sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu
tempat atau wilayah tertentu.
6. PRILAKU
bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
(Notoatmodjo 2003 hal 114)
2.1 Hubungan Perkembangan Nilai Budaya Dengan Kesehatan
Masyarakat
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan
cara hidup manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari
kelompoknya. Pengetahuan tentang suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan
untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu
petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya mengetahui
perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta
memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang
berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh
makan yang amis-amis (misalnya : Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat
jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi
hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena
mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran
petugas kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut.
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang
melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak
persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama seminggu karena dianggap masih
lemah dan belum mampu beraktivitas sehungga harus istirahat di tempat tidur.
Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan
beraktivitas maka proses penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan
mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di
daerah tersebut, petugas kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi
pengertian yang benar kepada masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek
kesehatan. Dalam arti kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan
bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan
harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak
tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut.
Sebagai contoh, ada kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang
hijau agar rambut bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena
banyak mengandung vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas
kesehatan mendukung kebiasaan minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan
bahwa bukan membuat rambut bayi lebat tetapi karena memang air kacang hujau
banyak vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk
amakan jagung goring (di Jawa disebut “marning”) untuk melancarkan air susu.
Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka
dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum
banyak. Banyak minum inilah yang dapat melancarkan air susu.
Dalam makalah ini kita mempelajari
tentang perkembanagn nilai budaya dan kaitannya dengan kesehatan masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan pentingnya petugas kesehatan mempelajari kebudayaan di
suatu wilayah agar dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat di daerah
tersebut.
2.2 Penetrasi Kebudayaan
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1. Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya: masuknya penagruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli udaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan akulturasi, asimilasi, atau sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangakan unsure kebudayaan asli. Contohnya:bentuk bangunana Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2. Penetrasi kekerasan (Penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya:masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat anatar lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada system pemerintahan Indonesia.
2.3 Cara Pandang Terhadap Kebudayaan
1. Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan :budaya” yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad Ke-19. Gagasan tentang “budaya” ini merefleksian adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai “peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnnya. Pada praktiknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui,dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendapat bahwa musik klasik adalah musik yanng “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman,
maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah “berkebudayaan “ .
2.2 Penetrasi Kebudayaan
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1. Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya: masuknya penagruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli udaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan akulturasi, asimilasi, atau sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangakan unsure kebudayaan asli. Contohnya:bentuk bangunana Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2. Penetrasi kekerasan (Penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya:masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat anatar lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada system pemerintahan Indonesia.
2.3 Cara Pandang Terhadap Kebudayaan
1. Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan :budaya” yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad Ke-19. Gagasan tentang “budaya” ini merefleksian adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai “peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnnya. Pada praktiknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui,dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendapat bahwa musik klasik adalah musik yanng “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman,
maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah “berkebudayaan “ .
Orang yang menggunakan kata
“kebudayaan” dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan
menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini,
seseorang yang memiliki kebiasaan yang
berbeda dengan mereka yang
“berkebudayaan “ disebut sebagai orang yang “tidak berkebudayaan “ ; bukan sebagai orang
“dari kebudayaan yang lain.” Orang yang
“tidak berkebudayaan “ dikatakan lebih “alam” , dan para pengamat sering
kali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture)
untuk menekan pemikiran “manusia alami”
(human nature).
Sejak abad ke-18,beberapa kritik
sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak
berkebudayaan, tetapi perbandingan itu, berkebudayaan dan tidak berkebudayaan,
dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan
sifat dasar dasar manusia. Dalam hal ini,musik tradisional ( yanng diciptakan
oleh masyarakt kelas pekerja) dianggap mengekspresikan “jalan hidup yang alami”
(natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan
kemerosotan.
Saat ini kebanyakan ilmuwan sosial
menolak untuk memperbandingkanantara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik
yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya
dianggap “tidak elit” dan “:kebudayaan” adalah sama masing-masing masyarakat
memiliki kebudayaan yang tidak dapar diperbandingkan. Pengamat sosial
membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau
pop kultu, yang berarti barang atau aktivitas
yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
2. Kebudayaan sebagai “Sudut Pandang Umum”
2. Kebudayaan sebagai “Sudut Pandang Umum”
Selama era Romantis, para
cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan
nasionalisme seperti misalnya, perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman,
dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria
mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam “sudur pandang umum”. Pemikiran
ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan
kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan.meskipun
begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara “berkebudayan”
dengan “tidak berkebudayaan” atau kebudayaan “primitif”.
Pada akhir abad ke-19, para ahli
antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas.
Bertolak dari teori evolusi, memreka mengamsumsikan bahwa setiap manusia tumbuh
dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan. Pada tahun
50-an, subkebudayaan-kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari
kebudayaan induknya-mulai dijasikan subyek penelitian oleh para sosiologi. Pada
abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan-perbedaan dan
bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.
3. Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi
3. Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini
menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang
melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam
suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.
2.4 Perkembangan Nilai Budaya Individu dengan Kesehatan Masyarakat
1. Kebudayaan di antara Masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki kebudayaan (sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya subkultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, estetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
2.4 Perkembangan Nilai Budaya Individu dengan Kesehatan Masyarakat
1. Kebudayaan di antara Masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki kebudayaan (sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya subkultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, estetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
a.
Monokulturalisme : Pemerintah
mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda
kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
b. Letikultur (kebudayaan inti) : Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Letikultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaan sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
c. Melting pot : Kebudayaan imigran / asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
d. Multikulturalisme : Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
2. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan
Untuk menganalisis secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosial budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep- konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan ( cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaharuan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).
3. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
a. Proses Internalisasi
Manusia mempunyai diri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagia macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
b. Proses Sosialisasi
Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sitem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
c. Proses Enkulturasi
Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, serta peratuaran-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahasa Indonesia juga berarti “pembudayaan”. Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang meberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.
d. Proses Evolusi Sosial
1) Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
b. Letikultur (kebudayaan inti) : Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Letikultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaan sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
c. Melting pot : Kebudayaan imigran / asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
d. Multikulturalisme : Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
2. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan
Untuk menganalisis secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosial budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep- konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan ( cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaharuan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).
3. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
a. Proses Internalisasi
Manusia mempunyai diri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagia macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
b. Proses Sosialisasi
Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sitem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
c. Proses Enkulturasi
Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, serta peratuaran-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahasa Indonesia juga berarti “pembudayaan”. Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang meberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.
d. Proses Evolusi Sosial
1) Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
Proses sosial dari suatu masyarakat
dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat
secara detail (microscopic), atau
dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan
yang besar saja (macroscopic). Proses
evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang
penelitiuntuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika
kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
2) Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
2) Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Proses ini mengenai suatu aktivitas
dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana aktivitas yang dilakukan terus
berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau
di luar kehendak perilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi aktivitas
tersebut selalu berulang (recurent)
dalam kehidupannya sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat
tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan
penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi
konsesinya, dan adat serta
aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu di dalam
masyarakat.
3) Proses Mengarah daKebudayaan dalam Evokusi Kebudayaan
3) Proses Mengarah daKebudayaan dalam Evokusi Kebudayaan
Dengan mengambil jangka perubahan
besar yang seolah bersifat menentukan arah (directional)
dari sejarah perkembangan masuarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Sebagai
contoh misalnya misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal dari Neolitik,
kemudian berubah menjadi Mesolitik dan akhirnya berubah menuju Paleolitik.
e. Proses Difusi
1) Penyebaran Manusia
Ilmu Paleontropologi memperkirakan bahwa manusia terjadu di daerah Sabana tropical di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hamper seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerakan penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan social budaya.
2) Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsure-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsure penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsure-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.
f. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi
1) Akulturasi
Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsure-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diteima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2) Asimilasi
e. Proses Difusi
1) Penyebaran Manusia
Ilmu Paleontropologi memperkirakan bahwa manusia terjadu di daerah Sabana tropical di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hamper seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerakan penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan social budaya.
2) Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsure-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsure penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsure-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.
f. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi
1) Akulturasi
Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsure-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diteima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2) Asimilasi
Proses social yang timbul bila ada golongan-golongan manusia
dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung
secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan
tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya
masing-masing berubah wujudnya menjadi unsure-unsur kebudayaan yang campuran.
g. Pembaruan (Innovasi)
1) Inovasi dan Penemuan
g. Pembaruan (Innovasi)
1) Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan
sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi,
dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan
teknologi dan ekonomi. Daam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses
sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan invention. Discovery atau penemuan adalah suatu
penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru,
ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa
individu dalam masyarakat bersangkuta. Discovery
baru menjadi invention apabila
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
2) Pendorong Penemuan Baru
2) Pendorong Penemuan Baru
Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat
untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru antara lain:
a) Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
b) Mutu dan keahlian dalam suatu kebudayaan.
c) Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, anatara wujud kebudayaan yang satu tidak bias dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
2.5 Komponen Kebudayaan
a) Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
b) Mutu dan keahlian dalam suatu kebudayaan.
c) Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, anatara wujud kebudayaan yang satu tidak bias dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
2.5 Komponen Kebudayaan
Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televise, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi kegenerasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat,
dan lagu atau tarian tradisional.
2.6 Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan
2.6 Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan
Komponen-komponen atau unsure-unsur utama dari kebudayaan
antara lain:
1. Peralatan dan Perlengakapan Hidup (Teknologi)
1. Peralatan dan Perlengakapan Hidup (Teknologi)
Teknologi merupakan salah satu
komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,
memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan . teknologi muncul
dalam cara-cara manusia mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi
hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang
berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga system
peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
a. Alat-lata produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-alat menyalakan api
e. Makanan
f. Pakaian
g. Tempat berlindung dan perumahan
h. Alat-alat transportasi.
2. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Perhatikan para ilmuan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional aja, di anataranya:
a. Berburu dan meramu
b. Berternak
c. Bercocok tanam di ladang
d. Menangkap ikan
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem Kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan sturktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari bebrapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hokum maupun yang tidak berbadan hokum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri
4. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata karma masyrakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyrakat.
a. Alat-lata produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-alat menyalakan api
e. Makanan
f. Pakaian
g. Tempat berlindung dan perumahan
h. Alat-alat transportasi.
2. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Perhatikan para ilmuan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional aja, di anataranya:
a. Berburu dan meramu
b. Berternak
c. Bercocok tanam di ladang
d. Menangkap ikan
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem Kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan sturktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari bebrapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hokum maupun yang tidak berbadan hokum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri
4. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata karma masyrakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyrakat.
ahasa
memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,
berkomunikasi dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi soaial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah
kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
6. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia – rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya sering kali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa inggris:Religion, yang berasal dari bahasa latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebidanan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (kamus filosopi dan agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut :
Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan bisa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagian sejati.
5. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
6. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia – rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya sering kali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa inggris:Religion, yang berasal dari bahasa latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebidanan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (kamus filosopi dan agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut :
Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan bisa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagian sejati.
Agama
biasanya memiliki suatu prinsip, seperti”10 Firman” dalam agama keristen “ 5
rukun Islam “ dalam Agama islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan , seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi
kesenian.
2.7 Berbagai Agama dan Kepercayaan di Di dunia Kaitannya dengan Kebudayaan
1. Agama samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Keristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama samawi atau agama Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberika pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagi yang pertama, adalah agama monotheistic. Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Keristen dan Islam.Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
2.7 Berbagai Agama dan Kepercayaan di Di dunia Kaitannya dengan Kebudayaan
1. Agama samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Keristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama samawi atau agama Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberika pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagi yang pertama, adalah agama monotheistic. Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Keristen dan Islam.Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Keristen (protestan dan katolik)
adalah agama yang, banyak merubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun
terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf
Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat
antara 1,5 s.d. 2,1 miliyar pemuluk agama Kristen diseluruh dunia.
Islam memiliki nilai-nlilai dan
norma agama yang banyak mempengaruhi Kebudayaan
Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat
ini terdapat lebih dari 1,5 miliyar pemeluk agama islam di dunia.
2. Agama dan Filosofi dari Timur
Agama dan Filosofi sering kali saling terkait satu sama lain pada kebudayan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
2. Agama dan Filosofi dari Timur
Agama dan Filosofi sering kali saling terkait satu sama lain pada kebudayan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari
Buddhisme, cabang Mahayana yang menyebar di sepanjang utara dan timur india sampai Tibet, China,
Mangolia, Jepang dan China selatan sampai Vetnam. Theravada buddhisme menyebar
di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri langka, bagian barat laut China,
Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan
pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka,
menekankan untuk mencarai kenikmatan dunia .
Khonghucu dan Taoisme, dua filosofi
yang berasal dari china, mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun
tradiisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, dikedua Negara
berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma
Gandha memberikan pengertian baru
tentang Ahmisa, inti dari kepercayaan hindu maupun Jaina, dan membrikan
difinisi baru tentang konsep
antikekerasan dan anti perang. Pada priode yang sama, filosofi komonisme
Mao Zadong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.
3. Agama Tradisional
3. Agama Tradisional
Agama
tradisional atau terkadang disebut sebagai “agama nenek moyang”,dianut oleh
sebagian suku pedalaman di Asia,Afrika,dan Amerika. Pengaruh mereka cukup
besar,mungkin bias dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan
menjadi agama Negara,seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama
lainya,agama lainnya,agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan
ketentraman hati di saat bermasalah,tertimpa musibah,dan menyediakan ritual
yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
4. “American Dream”
4. “American Dream”
American Dream
atau “mimpi orang Amerika” dalam bahasa Indonesia adalah sebuah kepercayaan
yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya melalui
kerja keras,pengorbanan dan kebulatan tekad tanpa memperdulikan status
social,seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Gagasan ini
berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah “kota di atas
bukit”(atau city upon a hill) “cahaya untuk nega-negara”( a light unto the
nations),yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para
penjajah Eropa sampai generasi berikutnya.
5. Pernikahan
5. Pernikahan
Agama sering
kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen
memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah,gereja biasanya memasukkan
acara pengucapan janji pernikahan dihadapan tamu,sebagai bukti bahwa komunitas
tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara
Yesus Kristus dangan gerejanya. Gereja katolik Roma mempercayai bahwa sebuah
perceraian adalah salah dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali
di gereja. Sementara agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban.
Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian namun memperbolehkannya.
2.8. Ilmu Pengetahuan dan Perubahan Sosial Budaya
1. Sistem Ilmu dan Pengetahuan
2.8. Ilmu Pengetahuan dan Perubahan Sosial Budaya
1. Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Secara sederhana pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda,sifat,keadaan,dan
harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,intuisi,wahyu,dan berpikir menurut
logika atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut
dikelompokkan menjadi ;
a. Pengetahuan tentang alam
b. Penagetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan disekitarnya
2.9. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
a. Pengetahuan tentang alam
b. Penagetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan disekitarnya
2.9. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran
yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat
antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada
masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab
biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib,
sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu
timbul akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun
untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau
tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang
digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia,
mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan
anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa
jika anggota sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit
tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan
oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu
berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit
dapat disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena
dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan
maka Shaman akan mengeluarkan benda
asing itu dari tubuh pasien.
Makasih atas ilmunya, ea, Pak Dok!
ReplyDeleteMakasih atas ilmunya, ea, Pak Dok!
ReplyDeletesama-sama,, semoga bermanfaat dan di tunggu kunjungan berikutnya ^_^
Deletesangat membantu sekali infonya pak dokter, trima kasih :)
ReplyDelete