BAB I
Penyakit TB Paru
merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini
dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang
yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah,
kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita
TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan
andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit
Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi
berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini
memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga
terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus
baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PENGERTIAN
Tuberkulosis
paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberkulosis.
ETIOLOGI
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran
panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid
sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik.
Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak
oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan oksigennya
yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah
sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang
diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebagai
reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas
paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada
tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. Hari-hari
berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah
bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk
jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..
TANDA & GEJALA
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa
keluhan, yang terbanyak adalah :
1.
Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang
timbul.
2.
Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus,
batuk ini untuk membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum)
3.
Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
4.
Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5.
Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan
menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari
Pada Atelektasis terdapat gejala
manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torak tampak pada sisi
yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik :
·
Pada tahap dini sulit diketahui.
·
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
·
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara umforik.
·
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
·
Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
·
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas.
·
Pada kavitas bayangan berupa cincin.
·
Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi
Bronchografi :
Merupakan
pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena
TB.
Laboratorium :
·
Darah :
leukosit meninggi, LED meningkat
·
Sputum :
pada kultur ditemukan BTA
·
Test Tuberkulin :
mantoux test (indurasi lebih dari 10-15
mm)
PENATALAKSANAAN
·
Penyuluhan
·
Pencegahan
·
Pemberian obat-obatan :
1.
OAT (obat anti tuberkulosa) :
2.
Bronchodilatator
3.
Expektoran
4.
OBH
5.
Vitamin
·
Fisioterapi dan rehabilitasi
·
Konsultasi secara teratur
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Pola aktifitas dan istirahat
Fatique,
Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada
malam hari
b. Pola Nutrisi
Anorexia,
Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi
Batuk
produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d. Riwayat Keluarga
Biasanya
keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)
e. Riwayat lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi,
limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga
yang banyak.
f.
Aspek Psikososial
·
Merasa dikucilkan
·
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri.
·
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
·
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang bayak.
·
Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.
·
Tidak bersemangat, putus harapan.
g.
Riwayat Penyakit sebelumnya
·
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh
sembuh.
·
Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.
·
Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNGKIN TIMBUL
1. Resiko tinggi infeksi dan
penyebaran infeksi berhubungan dengan :
·
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun,
sekret yang menetap.
·
Kerusakan
jaringan akibat infeksi yang menyebar.
·
Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah
·
Malnutrisi
·
Terkontaminasi oleh lingkungan.
·
Kurang
pengetahuan tentang infeksi kuman.
2.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan :
·
Sekresi yang kental, lengket dan berdarah
·
Lelah dan usaha batuk yang kurang
·
Edema trachea/larink.
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya
faktor resiko :
·
Berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis.
·
Kerusakan membran alveolar kapiler.
·
Sekret yang kental
·
Edema Bronkial.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan:
·
Kelemahan
·
Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
·
Dispnea
·
Anorexia
·
Penurunan finansial /biaya.
5.
Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi,
pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan :
Tidak ada yang
menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas pengetahuan/kognitif, tidak
akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.
Pengobatan
1. Nama obat : INH
Dosis : 1
x 400 mg
Farmakokinetik:
·
Diabsorbsi : saluran pencernaan, makanan mengurangi
kecepatan dan tingkat absorbsi
·
Puncak
: 1 - 2 jam
·
Distribusi : keseluruh
jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta
·
Metabolisme : tidak diaktifkan oleh acetylation di
dalam hati
·
Eliminasi : waktu
paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam,
diekskresikan dalam air susu
Efek samping:
Biasanya dihubungkan dengan
dosis
·
CNS
Parestesias, perifeal neuropaty,
nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnolen, insomnia,
amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan
memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan
, menstruasi
·
Mata
Penglihatan kabur, terganggunya
penglihatan, optik neuritis, atropi
·
GI
Mual , muntah , epigastrium distress,
mulut kering, konstipasi
·
Hematologi
Agranulositosis, hemolitik atau
anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia, methemoglobinemia
·
Hepatotoksisitas
Panas dingin, kulit yang melepuh
(mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis
·
Metabolik endokrin
Penurunan absorbsi vitamin B12,
defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra, gynecomastia,
hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia, hipokalsemia,
acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
·
Lain-lain
Dyspnea, retensi urine, demam
yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus syndrome, iritasi di
tempat bekas injeksi.
Implikasi perawatan:
Pengelolaan :
·
Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan
1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat
boleh diberikan bersama makanan
·
Isoniazid dalam
bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam
temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang hangat atau dalam temperatur ruangan.
·
Nyeri
lokal sementara setelah injeksi
IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar daerah injeksi
·
Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15
- 30 C kecuali diberikan secara
sebaliknya
Pengkajian/efek obat:
·
Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum
pemberian therapy untuk mendeteksi
kemungkinan bakteri yang resisten
·
Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 -
3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan
therapi mempunyai sputum yang berkurang setelah 6 bulan
·
Pemeriksaan mata
·
Monitor Tekanan darah selama pemberian obat
·
Pasien seharusnya secara hati-hati
dengan interview dan diperiksa dalam interval bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala
hepatotoksisitas
·
Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik
meningkatkan resiko kerusakan hati yang lebih berat
·
Isoniazid hepatitis (kadang-kadang
fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mungkin
terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini lebih banyak
frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama yang
meminum alkohol setiap hari
·
Cek
berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart
·
Pasien
DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria
yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan
·
Neuritis
peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului oleh parestesikaki dan tangan.
Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk) alkoholik atau pasien denga
penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita hamil dan
kekuatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien:
·
Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine
(keju, ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.
·
Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan
gejala dari perkembangan hepatotoksik
·
Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan
tuna) yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi
memperbesar respon obat (nyeri kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
·
Umumnya therapi INH diberikan 6
bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila digunakan untuk terapi
preventif, INH diberikan 12 bulan.
2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride
Dosis : Dewasa
15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60
hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr
Anak : 6 - 12 tahun: 10 - 15
mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
·
Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan
·
Puncak :
2 - 4 jam
·
Distribusi :
didistribusi ke seluruh jaringan tubuh,
konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui
plasenta, didistribusi kedalam air susu.
·
Metabolisme :
dimetabolisme dalam hati
·
Eliminasi :
waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan
dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 %
dikeluarkan dalam feses
Efek samping:
·
CNS :
Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia,
neuritis peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian
bawah
·
Mata :
Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis
anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas
lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan
periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.
·
Saluran pencernaan :
Anoreksia, mual,
muntah, nyeri abdomen
·
Hypersensitifitas :
Pruritis , dermatitis, anafilaktis
·
Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia
(jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver
(kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut,
abnormalitas EKG, pengeluaran keringat
Implikasi perawatan:
·
Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan
terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.
·
Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam
kemasan yang tertutup rapat-rapat pada
suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan langsung .
Pengkajian dan efek obat:
·
Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum
dimulainya tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara
keseluruhan .
·
Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah
dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan
·
Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk
ketajaman penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan
diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan
dalam interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara
terpisah sama baiknya secara bersama-sama
·
Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal .
Laporkan adanya oliguria atau perubahan
yang penting pada ratio atau dalam laporan laboratorium tentang fungsi ginjal.
Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat
·
Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum
asam urat seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara
menyeluruh.
Pendidikan pasien dan keluarga:
·
Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2
terapi lebih lama, meskipun teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa
digunakan dengan baik
·
Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada
dokter dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.
·
Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian
mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang
pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara
periodik ditanyakan tentang matanya
·
Jika dideteksi secara dini, defek visual secara
umum tidak kelihatan lebih dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada
beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih
atau defek mungkin irreversibel.
3.
Nama obat : Rifampisin
Dosis : 1 x 450 mg
Farmakokinetik:
·
Absorbsi : dengan
mudah diabsorbsi di saluran pencernaan
·
Puncak :
2 - 4 jam
·
Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF,
melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu
·
Metabolisme : Dimetabolisme
dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik
·
Eliminasi : Waktu
paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses
Efek
samping :
·
CNS:
Fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak
mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas, kelemahan otot, gangguan
penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi rendah, secara
sementara.
·
GI:
Heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens,
kram, diare, kolitis pseudomembran
·
Hematologi:
Trombositopenia, leukopeni
sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia hemolitik
·
Hypersensitivitas :
panas, pruritis, urtikaria,
erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah, eosinophilia, hemolisis
·
Ginjal:
hemoglobinuria,
hematuria, Akut Renal Failure
·
Lain-lain:
hemoptisis,
light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma
hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi
hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
·
Overdosis:
Gejala GI,
meningkatnya lethargi, pembesaran liver
dan pengerasan, jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi perawatan:
·
Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur
dengan makanan
·
Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien
pediatri
·
Berikan
1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum diperlambat dan mungkin agak rendah ketika
diberikan dengan makanan
·
Pengawetan
seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak
stabil dalam keadaan lembab
Pengkajian dan efek obat:
·
Tes serologi dan kerentanan seharusnya
ditentukan paling utama selama dan dalam
keadaan / waktu kultur positif
·
Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit
hepar harus dimonitor secara tertutup (closely)
·
Jika pasien juga mendapat anti
koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau seringkali
untuk membuat dan menjaga aktifitas antikoagulan
Pendidikan kepada pasien dan keluarga:
·
Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa
memberi warna pada urin merah -oranye, feces, sputum, keringat dan air mata.
Terutama yang menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen
·
Pasien
dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode
kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk
gangguan menstruasi (spotting,
perdarahan)
·
Perhatikan
pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak
4. Nama obat : Pyrazinamide
Dosis
: 2 x 500 mg
Farmakokinetik:
·
Absorbsi : langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan
·
Puncak :
2 jam
·
Distribusi :
melewati barier darah otak
·
Metabolisme :
di metabolisme di hati
·
Eliminasi :
waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan
secara perlahan-lahan di dalam urin
Efek samping:
Astralgia, aktif
gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash
(jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik
ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal,
penurunan plasma protrombin.
Implikasi perawatan:
·
Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada
reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) atau hyperursemia
dan akut gout
·
Tempatkan
dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C)
Efek obat:
·
Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis
·
Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda
toksik: pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis,
ptekie, perdarahan abnormal)
·
Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis
tinggi
·
Tes
fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama
terapi
Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam
keluarga:
·
Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan
·
Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000
ml/hari jika memungkinkan
·
Pasien
dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran
terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia
5. Nama obat : Aldactone
Dosis : 2 x 100 mg
Farmakokinetik :
·
Absorbsi :
73% disaluran pencernaan, onset :
perlahan-lahan.
·
Puncak :
2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.
·
Durasi :
2-3 hari atau lebih.
·
Distribusi :
melalui placenta, didistribusikan melalui
air susu.
·
Metabolisme :
di hati dan di ginjal.
·
Eliminasi :
Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent
kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.
Efek samping :
·
Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan ataksia.
·
Endokrin: genekomastik, ketidakmampuan
untuk mempertahankan ereksi ,
efek endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya
para tyroid, menurunnya glukose toleransi .
·
GI:
Kram abdominal,
nausea, muntah, anoreksia, diare.
·
Kulit:
Makulopapular,
erythematosus rash, urtikaria.
·
Lain-lain:
Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asidosis,
agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
·
Berikan
dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.
·
Haluskan
tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
·
Obat
disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk
suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.
Pengkajian dan efek obat :
·
Cek
tekanan darah sebelum diberikan terapi.
·
Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan
siapkan bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.
·
Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan
kekurangan respon diuretik atau perkembangan odem.
·
Laporkan bila ada efek perubahan
mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit hati.
·
Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak
dilanjutkan obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi.
Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan.
Pendidikan
pasien dan keluarga :
·
Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin
tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3
hari setelah obat dihentikan.
·
Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari
hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien dengan serosis berat.
·
Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang
belebihan dari makanan yang tinggi potasium dan garam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. D Tgl. MRS : 30 - 9 - 2011
Umur : 73 tahun Diagnosa
: TB paru
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta/pedagang makanan
Pendidikan : SLTA
Alamat : sukabumi
A Alasan
Dirawat : Batuk dan sesak nafas
Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak napas
Upaya yang telah dilakukan : Telah diberikan bantuan oksigen 2l/menit .
Terapi yang pernah dilakukan : minum obat OAT teratur
II.
RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien
mempunyai TB paru sejak 5 tahun yang lalu, minum obat OAT secara teratur dan
mempunyai penyakit kencing batu sejak tahun 1996.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Batuk
darah sejak 1 hari s ebelum
MRS, tanggal 30 - 8 - 2001 batuk darah kira-kira 5 sendok makan, sebelumnya
batuk berdahak putih. Lama-lama penderita tidak sadar lalu di bawa ke rumah
sakit.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Istrisekarang
adalag istri ke dua, tidak mempunyai penyakit yang berbahaya, menular atau
menurun. Kedua anaknya juga tidak mempnyai penyakit yang berat, hanya batuk
pilek dibelikan obat sembuh.
riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sesak nafas sejak 1
minggu sampai masuk rumah sakit. Klien masuk RS dengan sesak terus-menerus,
saat aktivitas, berjalan, bab sesak semakin berat. Apabila berbaring akan lebih
nyaman, tidur dengan satu bantal. Saat sesak, tidak terbangun pada malam hari,
nyeri ada positif, nyeri lebih berat pada sebelah kiri. Dahak keluar nyeri
berkurang. Batuk kadang-kadang,
terdapat sputum, warna putih. Keringat malam, penurunan berat badan dari 51 kg
menjadi 45 kg dalam 3 minggu terakhir. Demam (-), batuk darah (-), riwayat TB
Paru, putus obat sejak tahun 1997, penyakit di dapat dari tetangga. Mual &
muntah tidak ada, bab normal, bak normal, riwayat merokok (+), berhenti sejak 1
tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
keadaan umum :
Compos mentis
Tanda vital : TD. 100/80 mmHg, N. 120 x/mnt, S. 36, 80C,
RR. 25 x/mnt
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik
Hidung : Septum nasal tidak dehidrasi, konka tidak
hiperemi
Tenggorok : Tonsil faring tidak hiperemi
Gigi mulut : Oral hygiene cukup, lidah basah
Leher : JVP. S-2 cmH2O, kaku kuduk negative
Dada : I:
Pergerakkan dada mengembang saat inspirasi kurang sama kanan dan kiri.
P:
Fremitus kanan dan kiri sama
P: Sonor
A: Vesikular, ronkhi (+) kiri dan kanan, basah
kasar, Wheezing (+) kanan dan kiri
Jantung : I:
Ictus kordis tak terlihat
P:
Ictus di sela iga ke-4
P: Batas jantung kiri dan kanan normal
A: Bunyi
jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-), takhikardi (+)
Perut : I:
Datar
P: Hepar, liver (+) teraba, NT (-), lemas
P: Tympani seluruh perut
A: Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Akral hangat, oedema (-)
KGB : Tidak ada pembesaran
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Darah:
Hb : 11,2 gram %
Ht : 33 gram %
Eritrosit : 4,66 juta
Trombosit :
221.000
Leukosit : 10.900
Ureum : 42
Kreatinin :
0,9
GDS : 101
Analisa Gas Darah:
pH : 7,48
PCO2 : 25
PO2 : 112
HCO3
: 18,6
Saturasi
O2 : 99 %
Na : 125
K : 5,0
Rontgen thorak:
·
TB paru
positif tipe advances
·
Infiltrat
sekunder belum dapat disingkirkan.
Terapi
Rifampisin : 1 x 450 mg
INH : 1 x 300 mg
Ethambutol : 2 x 500 mg
Vitamin B.6 : 3 x 1
O2 : 2 liter/mnt
Streptomisin : 3 x 250 mg
Cefrioxone : 1 x 2 gr
Dexamethason : 3 x 1 ampul
Ranitidin : 2 x 1 ampul
Inhalasi : Ventolin/4 jam
IVFD : I. D5W:
250 cc + Dopamin 12 tts/mnt mikrodrip
II. NaCl 1 kolf/8 jam
Catatan
Perkembangan Klien
24 Februari 2003 : Pemasangan WSD
25 Februari 2003 :
06.00 Wita:
Subjektif : Sesak minimal, nyeri pada lokasi WSD (+)
Objektif : RR. 24 x/mnt
Paru sonor, vesikuler kiri & kanan,
Ronchi +/-, Wheezing -/-.
WSD : Produksi (-), undulasi (+), bubble (-)
Analisa medis : Pneumothorak sinistra
Terapi : OBH 3 x 15 cc
Toradol 3 x 30 mg
Cefriaxone 2 x 1 gr
Chest fisioterapi: konsul URM cito.
25 Februari 2003 (siang)
Sesak (+), kulit kuning
Tanda Vital : TD. 130/100 mmHg, P. 36 x/mnt, N. 120 x/mnt,
S. 370C
Perkusi : Sonor (+) kiri/kanan Ronchi +/-
Vesikuler +/+ Wheezing -/-
Terapi : Rifamisin 3 x 150 mg
Ethambutol 3 x 750 mg
Streptomycin
3 x 750 mg
BG 3 x 1 mg
TKTP 2300 kkal
Laboratorium:
SGPT : 32
SGPT : 34
Albumin : 3,3 gr
Bilirubin : 1,3 gr
Rencana terapi pukul 06.00 wita diterapkan.
26 Februari 2003
Tanda Vital : TD. 130/100 mmHg, P. 36 x/mnt, N. 120 x/mnt,
S. 370C
Perkusi : Sonor (+) kiri/kanan Ronchi +/+ Gallop (+)
Vesikuler +/+ Wheezing +/+
Terapi : Rifamisin 3 x 150 mg
Ethambutol 3 x 750 mg
Streptomycin
3 x 750 mg
BG 3 x 1 mg
TKTP 2300 kkal
Laboratorium:
SGPT : 32
SGPT : 34
Albumin : 3,3 gr
Bilirubin : 1,3 gr
Planning terapi : Lesicol 3 x 2 mg
Toradol 3 x 30 mg
OBH 3 x 15 mg
Cefriaxone 2 x 1 gr
WSD
Chest fisioterapi
6 Maret 2003
Tanda Vital : TD. 100/70 mmHg, P. 20 x/mnt, N. 100 x/mnt,
S. 36,70C
Perkusi : Sonor (+) kiri/kanan Ronchi -/-
Vesikuler +/+ Wheezing -/-
Sklera : Tidak ikterik
SGPT : 30
SGPT : 23
Albumin : 3,3 gr
Planning terapi : OBH 3 x 1 mg, Toradol 3 x 30 mg, Chest
fisioterapi
Analisa
Data
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1
|
19-01-2003
DO:
- RR.
25 x/mnt
- Ronchi
+/+
- Riak
+
DS:
- Klien
mengeluh sesak napas
- Klien
mengatakan sering batuk dan mengeluarkan dahak
|
Bersihan jalan nafas tak efektif
|
Sekret yang kental, lengket
|
2
|
19-01-2003
DO:
- Pneumothorak
(+)
- RR
25 x/mnt
- Hasil
AGD
DS:
- Klien
mengeluh sesak nafas
|
Gangguan pertukaran gas
|
Penurunan permukaan daerah efektif
paru (pneumothorak)
|
3
|
19-01-2003
DO:
- BB
menurun dalam waktu 3 minggu
(51 kg – 46 kg)
- Asupan
nutrisi (?)
- Turgor
kulit (?)
- Albumin
(?)
- Hb
(?)
DS:
Klien mengatakan tidak nafsu makan
(?)
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Anoreksia
|
4
|
25-02-2003
DO:
- WSD
terpasang disebelah kiri
- Undulasi
(+)
- Bubble
(-)
- Produksi
(-)
- Nadi
120 x/mnt
- RR
36 x/mnt
DS:
Klien mengeluh
nyeri pada daerah pemasangan WSD
|
Nyeri
|
Efek pemasangan WSD
|
5
|
25-02-2003
DO:
- Dispnea
- RR
36 x/mnt
- Retraksi
dinding dada (?)
- AGD
(?)
- Sianosis
(?)
- Nafas
cepat, dangkal (?)
DS:
Klien mengeluh sesak nafas
|
Pola nafas tak efektif
|
Penurunan ekspansi paru, akumulasi
udara
|
7
|
25-02-2003
DO:
- Leukosit
10.200
- Lokasi
pemasangan WSD, tanda-tanda infeksi (?)
- Suhu
(?)
- Ronchi
+/+
- Wheezing
+/-
|
Infeksi sekunder
|
Efek pemasangan WSD
|
6
|
25-02-2003
DO:
- Bilirubin
direk 0,6
- Bilirubin
indirek 0,7
- SGOT
32
- SGPT
34
- Kulit
kuning
|
Kerusakan fungsi hepar
|
Efek pengobatan TB Paru
|
Diagnosa Keperawatan
1.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
sekret yang kental, lengket.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan daerah efektif paru (pneumothorak)
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Nyeri berhubungan dengan efek
pemasangan WSD
5. Pola nafas tak efektif
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, akumulasi udara
6. Infeksi sekunder berhubungan
dengan efek pemasangan WSD
7. Kerusakan fungís hepar
berhubangan dengan efek pengobatan TB Paru
Rencana Keperawatan Utama
Diagnosa:
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret
kental, lengket.
Tujuan Umum:
Bersihan jalan
nafas kembali efektif
Tujuan Khusus:
Dalam 4 – 6 jam bersihan
jalan nafas kembali efektif
Data objektif:
-
RR 16 – 20 x/mnt
-
Sekret keluar saat batuk
-
Ronchi berkurang
Data subjektif:
-
Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi napas,
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori
2.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk
efektif; catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3.
Berikan posisi semi atau fowler tinggi. Bantu klien
untuk batuk dan latihan napas dalam.
4.
Bersihkan sekret dan mulut dan trakea; penghisapan
sesuai keperluan.
5.
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontraindikasi.
6.
Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
7.
Beri obat-obatan sesuai indikasi:
Agen
mukolitik, contoh asetilsistein (mucomyst).
Bronkodilator,
contoh okstrifillin (Choledyl); teofilin (Theo-Dur).
Kortikosteroid
(Prednison)
8.
Bersiap untuk /membantu intubasi darurat.
|
1.
Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan
peningkatan kerja pernapasan.
2.
Pengeluaran sulit, bila sekret sangat tebal (mis.
Efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau
darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitas) paru atau luka bronkial dan
dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3.
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
4.
Mencegah obstruksi /aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.
5.
Pemasukkan tinggi cairan membanu untuk mengencerkan
sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
6.
Mencegah pengeringan membrane mukosa; membantu
pengenceran sekret.
7.
Indikasi:
Agen
mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan.
Bronkodilator
meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan
tahana terhadap aliran udara.
Berguna pada
adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi
mengancam hidup.
8.
Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB
dengan edema laring atau perdarahn paru akut.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hal. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9.
EGC. Jakarta .
Brunner & Suddarth. (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 6. EGC. Jakarta
Marylin E. Doengoes. (2000).
Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta .
Slyvia & Lorainne. (1992). Patofisiologi;
konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 4. EGC. Jakarta
No comments:
Post a Comment