PESAN SEGERA

Dengan 50rb dapatkan : 1 ASKEP atau, 2 SAP+2Leaflet, atau 2 Artikel, atau 3 Askep Persentation dan Terima Pesanan

Saturday, December 22, 2018

PARASIT ECHINOCOCCOSIS (EKINOKOKUS)

DUNIA KEPERAWATAN | 10:39 PM | 4 Comments so far





1.       PENGERTIAN
Echinococcosis (Ekinokokus) adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pita parasit. Penyakit ini sering juga disebut hydatidosis, penyakit hidatid, hidatidosis. Ada dua jenis utama dari penyakit ini, ekinokokosis sistik dan ekinokokosis alveolar. Dua jenis lainnya yang lebih jarang ditemukan adalah ekinokokosis polisistik dan ekinokokosis unisistik. Penyakit ini sering kali diawali tanpa gejala dan bisa berdiam dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun. Gejala dan tanda-tanda yang diperlihatkan tergantung pada lokasi dan ukuran kista. Ekinokokosis alveolar biasanya diawali di liver namun bisa menyebar ke bagian-bagian lain tubuh, misalnya paru-paru atau otak. Ketika livernya terserang penyakit ini, penderita akan mengalami rasa sakit di bagian perut, penurunan berat badan, dan warna kulit menjadi kuning. Penyakit paru-paru bisa menyebabkan rasa sakit di dada, nafas tersengal-sengal dan batuk.

2.       PENYEBAB
Penyakit ini disebarkan saat makanan atau air yang mengandung telur parasit terkonsumsi, atau melalui kontak langsung dengan binatang yang terinfeksi. Telur tersebut dikeluarkan bersama kotoran binatang pemakan daging yang terinfeksi oleh parasit. Binatang yang biasanya terinfeksi penyakit ini termasuk: anjing, rubah, dan serigala. Binatang-binatang ini terinfeksi karena memakan organ-organ binatang yang mengandung kista, seperti kambing atau tikus. Jenis penyakit yang ditimbulkan pada seorang penderita ditentukan oleh jenis Ekinokokus yang menyebabkan infeksi tersebut. Diagnosis biasanya dilakukan menggunakan ultrasound melalui tomografi komputer (computer tomography komputer /CT); pencitraan dengan resonansi magnet (magnetic resonance imaging /MRI) juga bisa digunakan. Tes darah untuk menemukan antibodi yang bisa melawan parasit tersebut bisa membantu, demikian pula biopsi.

3.       PENCEGAHAN DAN PERAWTAN
Ekinokokosis sistik bisa dicegah dengan cara mengobati anjing yang diduga membawa penyakit tersebut dan melakukan vaksinasi pada kambing. Melakukan perawatan sering kali tidaklah mudah. Ekinokokosis sistik bisa dikeringkan melalui kulit diikuti dengan pengobatan. Kadang kala jenis penyakit ini hanya ditonton. Jenis alveolar sering kali membutuhkan operasi yang diikuti dengan pemberian obat. Obat yang digunakan adalah albendazole yang bisa saja harus dikonsumsi selama bertahun-tahun. Ekinokokosis alveolar bisa menyebabkan kematian.

jangan lupa untuk KUNJUNGI dan SUBSCRIBE juga Channel YouTube "DUNIA KEPERAWATAN" untuk UPDATE VIDIO KESEHATAN, Klik: https://www.youtube.com/channel/UCWOkusdlKaop1F-3FLLMDBg


REFERENSI:
Muslim HM. 2005. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
World Health Organization. "Echinococcosis Fact sheet N°377". March 2014. Diakses tanggal 19 March 2014.
Lozano, R (Dec 15, 2012). "Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010". Lancet. 380 (9859): 2095–128. doi:10.1016/S0140-6736(12)61728-0. PMID 23245604.
Natadisastra D, Agoes R. 2005. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta : EGC.

Read more ...

Friday, November 30, 2018

MENGENAL HENTI JANTUNG, RESUSITASI JANTUNG, ALAT PACU JANTUNG DAN FREKUENSI JANTUNG NORMAL

DUNIA KEPERAWATAN | 10:31 AM | 2 Comments so far

MENGENAL HENTI JANTUNG, RESUSITASI JANTUNG, ALAT PACU JANTUNG DAN FREKUENSI JANTUNG NORMAL

Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba, dapat terjadi pada seseorang yang didiagnosa penyakit jantung maupun tidak
didagnosis penyakit jantung.

Resusitasi jantung paru atau tindakan bantuan hidup jantung (basic cardiac life support) sebagai bantuan pertama pada penderita henti jantung. tindakan bantuan
hidup dasar ini secara garis besar dikondisikan untuk kejadian henti jantung yang ada di luar rumah sakit sebelum mendapatkan pertolongan medis.

Alat pacu jantung adalah perangkat implan medis yang paling umum diketahui untuk pasien yang sakit jantung. komponen kecil ini dimasukkan dengan prosedur operasi melalui perut atau rongga dada seseorang yang menderita aritimia atau detak jantung yang tidak teratur. pasien aritimia dapat mengalami pola pernafasan yang terlalu cepat, lama atau tidak merata.
metode penanganan yang kurang invasif dapat meliputi obat-obatan, kejutan elektrik “cardioversion” atau terapi ablasi (prosedur kateter yang menghancurkan jaringan tidak normal yang berkontribusi pada pola detak jantung yang tidak teratur). alat pacu jantung merupakan solusi apabila pengobatan pertama tersebut gagal menstabilkan aritimia.
national heart lung and blood institute (nhlbi) mendeskripsikan alat pacu jantung sebagai sistem monitor internal pada jantung untuk mengukur aktivitas elektrik, pola denyut, detak jantung, dan bahkan temperatur darah. saat sistem elektrik jantung keluar dari jalur, alat pacu jantung yang menggunakan baterai menuntun jantung untuk kembali pada ritme normal dengan impuls elektrik. baterai dan generator alat pacu jantung bertahan sekitar 7 tahun dan perlu diganti.

Angka detak jantung yang normal dan sehat bila merujuk ke National Institutes of Health, adalah:
Bayi baru lahir (0-1 bulan), detak jantung normalnya adalah 70-190 bpm
Bayi usia 1-11 bulan, detak jantung normalnya adalah 80-160 bpm
Anak-anak usia 1-2 tahun, detak jantung normalnya adalah 80-130 bpm
Anak-anak usia 3-4 tahun, detak jantung normalnya adalah 80-120 bpm
Anak-anak usia 5-6 tahun, detak jantung normalnya adalah 75-115 bpm
Anak-anak usia 7-9 tahun, detak jantung normalnya adalah 70-110 bpm
Anak-anak usia 10 tahun ke atas, termasuk orang dewasa dan orang tua, detak jantung normalnya adalah 60-100 bpm
Orang yang terbiasa latihan fisik seperti atlit, detak jantung normalnya adalah 40-60 bpm.

Referensi:
Artikel Kesehatan Kementrian Kesehatan. Resusitasi Jantung Dini Upaya Pertolongan Pertama Pada Henti Jantung. Dipublikasikan pada : senin, 03 desember 2012 17:00:00. www.depkes.go.id
American Heart Association. 2013, Guidelines for the Early Management of
Patient With Acute Ischemic Stroke A Guideline for Healthcare Professionals. Stroke, Publikasi online.

jangan lupa untuk KUNJUNGI dan SUBSCRIBE juga Channel YouTube "DUNIA KEPERAWATAN" untuk UPDATE VIDIO KESEHATAN, Klik: https://www.youtube.com/channel/UCWOkusdlKaop1F-3FLLMDBg
Read more ...

Sunday, April 29, 2018

Premature Ventricular Complex (PVC), Idioventricular Rhytm (IVR), Accelerated Idioventricular Rhytm (AIVR), Ventricular Tachicardia (VT),Ventricular Fibrilation (VFib), Agonal Rhytm

DUNIA KEPERAWATAN | 10:32 AM | 2 Comments so far
Premature Ventricular Complex (PVC), Idioventricular Rhytm (IVR), Accelerated Idioventricular Rhytm (AIVR), Ventricular Tachicardia (VT),Ventricular Fibrilation (VFib), Agonal Rhytm


Sinus Rhytm with Premature Ventricular Complex (NSR with PVC)
Premature ventricular complete (PVC) often represent increased ventricular automaticaly or recentry phenomenon. The presence of PVC may be benign but can indicated irritable ventricles. PVC’s arrive earlier than expected and is usually widw (0,12 second or more). Note that the T wave often points in an opposite direction from the QRS complex. A PVC every second complex is called ventricular bigeminy...every 3rd-ventricular trigeminy.


Idioventricular Rhytm (IVR)
Idioventricular rhytm (IVR) occurs when the SA and AV nodes are  either NOT fiiring or firing slower than the ventricular pacemaker rate. A common ventricular pacemaker rate is 20-40/minute, a rate that is often not sufficient to sustain an adequate cardiac output

Accelerated Idioventricular Rhytm (AIVR)
Accelerated Idioventricular Rhytm (AIVR) is a ventricular rhytm occuring at a rate between 41-100/minute – faster than typical pacemaker rates expected of the ventricles (20-40/minute) and less than what is considered a tachicardia (>100/minutes). Enhanced automaticity-possibly due to hipoxia or abundant sympathetic stimulation -  increases rate of ventricular electrical impulses. Note that this rhytm is often unstable and can move quickly to either asystole or ventricular tavhicardia (VT)


  
Ventricular Tachicardia (VT)
Ventricular Tachicardia (VT) often result in hemodynamic compromise (due to minimal ventricular filling time and the absence of atrial kick). What makes this rhytm more omnius is it tendency to transition into ventricular fibrilation. Causes of VT include myocardial ischemia, a PVC landing on a T wave (R-on-T), cardiac drug toxicity and electrolyte imbalance. Non-sustained VT (a group of 3 or more PVCs) is a run of VT.


Ventricular Fibrilation (VFib)
Ventricular Fibrilation (Vfib) is a chaotic rhytm originating in the ventricles, resulting in no cardiac output. Coarse Vfib is noted when the amplitude (height) of the rhytm is equal to or more than 3 mm. Fine Vfib is less than 3 mm in height and signifies less electrical energi within the myocardium-less opportunity for a successful defibrilation.


Agonal Rhytm
Agonal Rhytm-typically an extreme ventricular bradycardia-is considered an end stage cardiac rhytm with asystole quickly ensuing. The  QRS complexes tend to be very wide and flattened. The relative absence of cardiac output often results in a pulseless patient.

Jangan lupa LIKE & SUBSCRIBE Chanel You Tube DUNIA KEPERAWATAN Untuk Update VIDIO KESEHATAN Berikutnya, Klik https://youtu.be/QyzjjBXlkWU


Sumber Pustaka: SkillStat Learning.Inc. 2005

Read more ...

Sunday, March 25, 2018

Belajar EKG PREMATURE JUNCTIONAL COMPLEX (PJC), JUNCTIONAL RHYTM, ACCELERATED JUNCTIONAL, JUNCTIONAL TACHICARDIA

DUNIA KEPERAWATAN | 7:51 AM | 2 Comments so far

Belajar EKG PREMATURE JUNCTIONAL COMPLEX (PJC),  JUNCTIONAL RHYTM, ACCELERATED  JUNCTIONAL, JUNCTIONAL TACHICARDIA

NSR WITH PJC

A Premature junctional Complex (PJC) arises an irritable focus within the AV junction. Characteristic of a PJC include: 1) an absent or inverted P wave in lead II; 2) a shortened PR interval - less than 0,12 second; and 3) the complex comes early or premature.


JUNCTIONAL RHYTM

Junctional Rhytm - also called junctional escape rhytm- originates from the AV Junction (AV node and Bundle of HIS). The expected pacemaker rate of the AV junction 40-60/minute. in lead II, a junctional rhytm presents with inverted or absent P waves. Note: an Absent P wave in junctional rhytm is also associated with loss of atrial kick.

ACCELERATED JUNCTIONAL

Accelerated Junctional rhytm results from enhanced automaticity, increased symphatetic nervous system activity (catecholamines) or ischemia. key features of this rhytm include a rate between 60-100/minute, inverted or absent P waves (in lead II), shortened PR interval, And QRS complexes that are usually narrow.

JUNCTIONAL TACHICARDIA

Junctional Tachicardia results from enhanced automaticity, increased sympathetic activity (cathecolamines) and ischemia. Key features of this rhytm include a rate over 100/minute, inverted or absent P wave buried in each QRS complex displayed here in this ECG.

Referensi @SkillStatLearning.inc.2005.


KUNJUNGI & SUBSCRIBE channel YouTube DUNIA KEPERAWATAN Dibawah Ini..!!!

Read more ...

Wednesday, March 21, 2018

Learning ECG NSR WITH FIRST DEGREE AV BLOCK, SECOND DEGREE AV BLOCK TYPE I & II, THIRD DEGREE AV BLOCK

DUNIA KEPERAWATAN | 9:39 AM | 2 Comments so far

LEARNING ECG



SUBSCRIBE & SHARE this vidio


NSR WITH FIRST DEGREE AV BLOCK
First degree AV Block result from a prolonged transmission of the electricals impulse through the AV junction (AV Node and the Bundle of His). The significant finding of this rhytm is a prolonged PR interval of more than 0.20 second. The underlying rhytm should be identified and named prior to claiming a first degree AV block. For example, this rhytm is a normal sinus rhytm with a first degree AV block.

 
SECOND DEGREE AV BLOCK TYPE I
Second degree AV Block Type I (Wenckebach or Mobitz Type I) results from a cylcical progressive conduction delay through the AV junction. The ECG presents with a cyclical lengthening of the PR interval followed by a dropped QRS-a P wave not partnered with a QRS . the QRS complexes yield and irreguler rhytm. Second degree AV block type I may be caused by enchanced vagal tone, myocardial ischemia or the effects of effects of drugs such as calcium-channel blockers, digitalis and beta-blockers.



SECOND DEGREE AV BLOCK TYPE II
Second Degree AV Block type II is tipically caused by an intermittent block (interrupted supraventricular impulse) bellow the AV node. One or more QRS complexes are dropped with PR intervals that do not change (fixed PR interval). This irreguler rhytm requires close monitoring: 1) low cardiac output is likely when multiple dropped QRS complexes occur; and 2) this rhytm can progress to complete heart block (third degree AVB).


SECOND DEGREE AV BLOCK WITH 2:1 CONDUCTION
Second degree AV Block with 2:1 Conduction is a special case of second degree AV block with each alternative P wave NOT paired with a QRS complex. The PR interval remains constant. This rhytm requires close monitoring due to risk of: 1) low cardiac output associated with a slow heart rate; and 2) the potential to progress to third degree AV blok.



THIRD DEGREE AV BLOCK
Third degree AV Block (complete heart block) is often an ominous rhytm requiring close monitoring for hemodynamic compromise, progression to ventricular standstill or asystole and other lethal dysrjytmias. Significant characteristics of this rhytm are: 1) Lonely P waves- P wave without an accompanied QRS complex; and 2) chaotic PR intervals. A narrow QRS denotes a higher juntional block while a wide QRS points more towards a sub nodal block high in the bundle branches.


Literature: SkillStat Learning Inc, 2005.
Read more ...

Tuesday, March 13, 2018

SOP CARA MENGUKUR SUHU TUBUH AKSILA

DUNIA KEPERAWATAN | 4:47 PM | 4 Comments so far

CARA MENGUKUR SUHU TUBUH AKSILA


A.    Pengertian
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan panas yang hilang (Berman dkk., 2009). Suhu normal tubuh manusia berkisar 36,5°C sampai 37°C tapi, dalam kondisi tertentu suhu manusia bisa meningkat yang tidak seperti biasanya. Tubuh dapat mengalami peningkatan suhu (Heat Exhaustion) hingga mencapai 40°C (Sherwood, 2001).
Suhu tubuh adalah Keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan pelepasan panas dalam tubuh manusia (Chris Brooker, 2008).
Dari pengertian diatas diambil kesimpulan bahwa mengukur suhu tubuh adalah kegiatan pemeriksaan panas tubuh melalui oral, axila, rektal atau membran timpani menggunakan alat termometer.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui suhu tubuh
2.      Untuk mengetahui adanya kelainan pada suhu tubuh
3.      Untuk mengetahui perkembangan penyakit
4.      Untuk membantu dalam menegakan diagnosis

C.    Prosedur Pemeriksaan Suhu Tubuh
Menurut (Aziz Alimul, 2006), mengatakan bahwa metode pengukuran suhu tubuh adalah sebagai berikut:
1.      Persiapan alat
a.       Termometer
b.      Kapas alkhol 70 % /tissu
c.       Bengkok
d.      Sarung Tangan
e.       Buku Catatan Suhu dan pensil
f.       Jam tangan berdetik
g.      Tiga buah botol:
1)      Botol pertama berisi larutan sabun
2)      Botol kedua berisi larutan disenfektan
3)      Botol ketiga berisi air bersih
2.      Pelaksanaan
a.       Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
b.      Cuci tangan
c.       Keringkan dengan handuk
d.      Gunakan sarung tangan
e.       Atur posisi pasien
f.       Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tissu
g.      Turunkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi di atas dada
h.      Setelah 3-10 menit termometer diangkat dan dibaca hasilnya
i.        Catat hasil
j.        Bersihkan termometer dengan kertas tisu
k.      Cuci dengan air sabun, disenfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan
l.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Berman A, 2009, Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb, Alih Bahasa Meiliya dkk, EGC, Jakarta.
Brooker C, 2009, Ensiklopedia Keperawatan, EGC, Alih Bahasa Hartono dkk, Jakarta
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC.

LIKE, SUBSCRIBE dan SHARE channel YouTube DUNIA KEPERAWATAN
Klik: https://youtu.be/QyzjjBXlkWU


Read more ...

Sunday, March 11, 2018

SPO PEMBERIAN OBAT INJEKSI

DUNIA KEPERAWATAN | 5:42 PM | 2 Comments so far

SPO PEMBERIAN OBAT INJEKSI


A.     Pengertian
Penyiapan obat injeksi adalah memindahkan obat dari vial/ampul/flacon kedalam spuit dan mengeluarkan udara dari spuit (SPO Penyiapan Obat Injeksi RSUD R Syamsudin, SH, 2016)
Jalur pemberian obat parenteral merupakan jalur dimana obat dimasukkan ke dalam tubuh pasien menggunakan jarum suntik. Ada empat rute parenteral yang umum digunakan, yaitu: intradermal (ID), subkutan (SC), intramuskular (IM), dan intravena (IV). Pilihan jalur parenteral yang akan digunakan ditentukan oleh resep berdasarkan sifat obat, onset efek terapeutik yang diinginkan, dan kebutuhan pasien (Kamienski dan Keogh, 2015).

B.     Tujuan
Injeksi intravena digunakan untuk memberikan onset obat yang cepat karena obat langsung disuntikkan ke sistem sirkulasi. Area injeksi dapat di vena sefalika, atau kubiti di lengan, atau vena dorsal di tangan. Injeksi intravena menggunakan jarum berukuran 21-23 gauge dengan panjang 1 sampai 1,5 inci. Obat dapat diberikan langsung ke pembuluh darah dengan jarum suntik, melalui kateter intermiten yang diinsersikan ke pembuluh darah pasien, serta dapat
disuntikkan dalam cairan infus atau diberikan sebagai infus (piggyback) (Kamienski dan Keogh, 2015).
Larutan bervolume besar atau kecil dapat diberikan ke dalam vena untuk mendapatkan efek lebih cepat, tetapi pemberian melalui rute ini potensial berbahaya karena obat tidak dapat dikeluarkan kembali setelah diberikan (Agoes, 2009).

C.     Prosedur
1.      Persiapan
a.       Lakukan penyiapan obat injeksi di ruang penyimpanan obat pasien dalam area yang bersih
b.      Verifikasi data
c.       Persiapkan alat
2.      Pelaksanaan
a.       Cuci tangan
b.      Pakai sarung tangan
c.       Vial/flacon
1)      Buka tutup metal/plastik
2)      Desinfeksi tutup karet dengan alcohol swab, mendesinfeksi tutup karet
3)      Tusukkan jarum dengan posisi tegak lurus ke tengah karet penutup vial. Memasukkan udara kedalam vial tanpa menyentuh cairan obat
4)      Balik vial, dan tarik jarum sampai bagian lebih rendah dari permukaan
5)      Hisap obat sesuai dosis sejajar mata, bila ada udara dalam spuit ketuk perlahan dan masukkan kembali dalam vial kemudian hisap obat kembali sampai sampai dengan dosis yang tepat.
6)      Lepas jarumdari vial dan segera ttutup
d.      Ampul
1)      Putar ampul agar obat yang berada diatas leher ampul masuk kedalam ampul
2)      Lindungi ampul dengan kassa dan patahkan leher ampul kearah menjauh dari tubuh, jika perlu gunakan gergaji ampul
3)      Masukkan jarum, jangan menyentuh dinding ampul
4)      Hisap obat sesuai kebutuhan , tutup jarum spuit segera
e.       Ganti jarum sesuai kebutuhan dan keluarka udara yang ada di spuit dengan hati-hati
f.       Letakkan obat yang sudah disiapkan dalam bak injeksi bersama alcohol swab

SUBSCRIBE & SHARE channel YouTube
 "DUNIA KEPERAWATAN"

untuk update VIDIO KESEHATAN lainnya


DAFTAR PUSTAKA:
1.      RSUD R Syamsudin, SH. 2016. SPO Penyiapan Obat Injeksi. No. Doc. RSSYAMSPO/01.23/060. Sukabumi. Tidak terbitkan.
2.      Kamienski, M., dan Keogh, J. (2015). Farmakologi DeMYSTiFied. Edisi Kesatu. Yogyakarta: Rapha Publishing.
3.      Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: ITB.
Read more ...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search