PESAN SEGERA

Dengan 50rb dapatkan : 1 ASKEP atau, 2 SAP+2Leaflet, atau 2 Artikel, atau 3 Askep Persentation dan Terima Pesanan
Showing posts with label Filsafat Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Filsafat Kesehatan. Show all posts

Saturday, September 7, 2013

BAB III : Penutup Makalah Idealisme

DUNIA KEPERAWATAN | 12:18 PM | | | | | | Be the first to comment!
BAB III
PENUTUP


1.      Kesimpulan
idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan idealisme personal.
a.       Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri.
b.      Idealisme objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
c.       Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Idealisme Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.
Tokoh-tokoh idealisme diantaranya: Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Wilhelm Josep Schelling, dan George Wilhelm Friedrich Hegel. Proses dialektika menurut Hegel terdiri dari tiga fase, yaitu: Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis).

2.      Kritik dan Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua, Amien...



Read more ...

Makalah Etika Kesehatan - Tokoh-Tokoh Idealisme

DUNIA KEPERAWATAN | 12:07 PM | | | | | | Be the first to comment!
TOKOH-TOKOH IDEALISME



1.      J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta.
Menurut Fichte, dasar kepribadian adalah kemauan; bukan kemauan irasional seperti pada Schopenhauer, melainkan kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya dengan melalui kepatuhan pada peraturan. Kehidupan moral adalah kehidupan usaha. Manusia dihadapkan kepada rintangan-rintangan, dan manusia digerakkan oleh rasa wajib bahwa ia berutang pada aturan moral umum yang memungkinkannya mampu memilih yang baik. Idealisme etis Fichte diringkaskan dalam pernyataan bahwa dunia aktual hanya dapat dipahami sebagai bahan dari tugas-tugas kita. Oleh karena itu, filsafat bagi Fichte adalah filsafat hidup yang terletak pada pemilihan antara moral idealisme dan moral materialisme. Substansi materialisme menurut Fichte ialah naluri, kenikmatan tak bertanggung jawab, bergantung pada keadaan, sedangkan idealisme ialah kehidupan yang bergantung pada diri sendiri.
Menurut pendapatnya subjek “menciptakan” objek. Kenyataan pertama ialah “saya yang sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku.

2.      F.W.J. Shelling (1775-1854 M)
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling sudang mencapai kematangan sebagai filosof pada waktu ia masih amat muda. Pada tahun 1789, ketika usianya baru 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu berkembang.
Seperti Fichte, Scelling mula-mula berusaha menggambarkan jalan dilalui intelek dalam proses mengetahui, semacam epistemology. Fichte memandang alam semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral. Schelling membahas realitas lebih objektif dan menyiapkan jalan bagi idealisme absolute Hegel. Dalam pandangan Schelling, realitas adalah proses rasional evolusi dunia menuju realisasinya berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir. Kita dapat mengetahui dunia secara sempurna dengan cara melacak proses logis perubahan sifat dan sejarah masa lalu. Tujuan proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna. Schelling menyebut proses iniidentitas absolute, Hegel menyebutnya ideal.
Idealisme Schelling agak lebih objektif, karena menurut dia bukan-aku (objek) ini sungguh-sungguh ada. Objek ini bukan hanya pertentangan belaka, melainkan mempunyai nilai yang positif. Bagi Schelling, yang menjadi dasar kesungguhan dan berpikir itu ialahaku. Dunia ini muncul daripada aku: dunia yang tak terbatas itu sebenarnya tidak lain daripada produksi dan reproduksi dari ciptaan aku.
Kemudian diakuinya kesungguhan alam, malahan dinyatakan bahwa subjek yang berpikir (aku) itu muncul daripada alam. Tetapi ini jangan dianggap sama sekali bertentangan dengan pendapatnya semula, sebab aku yang muncul dari alam itu ialah akuyang telah sadar. Alam itu merupakan proses evolusi, yang mengeluarkan budi yang sadar serta lambat laun sadar akan dirinya (aku) dalam alam yang tak sadar.
Begitulah ia meningkat lagi dalam pandangannya terhadap alam: budi dan dunia sama derajatnya hanya berhadapan sebagai subjek dan objek. Sebetulnya samalah keduanya, bertemu pada asal semula ialah Tuhan, identitas yang mutlak, juga disebutnya indiferensi yang mutlak. Ia tidak cenderung ke sana, maupun ke sini. Dari situ muncullah alam dalam bentuknya yang makin tinggi derajatnya: bahan, gerak, hidup, susunan-dunia, manusia. Dalam pada itu budipun sadar akan dirinya menjelmakan ilmu,moral, seni, sejarah, dan Negara.

3.      G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Hegel  lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).
Pokok-pokok pikiran (filsafat) Hegel
Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa).

a.       Rasio, ide, dan roh
Hegel sangat mementingkan rasio, tentu saja karena ia seorang idealis. Yang dimaksud olehnya bukan saja rasio pada manusia perseorangan, tetapi rasio pada subjek absolut karena Hegel juga menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subjek. Dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi: “ Semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real.” Maksudnya, luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja beraksi terhadap kecenderungan intelektual ketika itu yang mencurigai rasio sambil mengutamakan perasaan.
Pusat fisafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.
Demi alam kembalilah idea atau roh kepada diri sendiri. Dalam fase ini, mula-mula roh itu merupakan roh subjektif, kemudian roh objektif, dan akhirnya roh mutlak.
Sebagai roh subjektif, roh itu mengenal dirinya dan merupakan tiga tingkatan: antropologi, fenomologi, dan psikologi. Dalam antropologi, kenallah roh itu akan dirinya dalam penjelmaan pada alam. Dalam fenomenologi, kenallah ia akan dirinya dalam perbedaannya dengan alam. Adapun pada psikologi, roh mengenal dirinya dalam kemerdekaan terhadap alam, mula-mula teoritis, kemudian praktis dan akhirnya merdekalah roh itu.
Maka meningkatlah kepada roh objektif. Roh objektif ini roh mutlak yang menjelma pada bentuk-bentuk kemasyarakatan manusia, hak dan hukum kesusilaan dan kebajikan. Dalam hak dan hukum terdapat penjelmaan roh merdeka itu pada hukum-hukum umum. Di samping itu adalah kesusilaan yang merupakan kebatinan. Pada sintesis keduanya itu terlahirlah kebajikan. Sampailah sekarang kepada roh mutlak. Roh mutlak itu ialah idea yang mengenal dirinya dengan sempurna itu merupakan sintesis dari roh subjektif dan objektif. Tak ada lagi, pertentangan antara subjek dan objek antara berpikir dan ada.Oleh karena roh mutlak ini sebenarnya gerak juga, maka ia menunjukkan perkembangan juga: seni (tesis), agama (antitesis) dan kemudian filsafat (sintesis). Seni itu memperlihatkan idea dalam pandangan indera terhadap dunia, objeknya masih di luar subjek. Adapun agama tidak lagi mempunyai subjek di luar objek, melainkan di dalamnya. Tetapi segala pengertian dan gambaran agama itu dianggap ada. Filsafat akhirnya merupakan sintesis dari seni dan agama,merupakan paduan yang lebih tinggi. Di sinilah idea mengenal dirinya dengan sempurna. Dalam sejarah filsafat ternyata benar gerak idea itu, yaitu tesis, antitesis, dan akhirnya sintesis. Misalnya: Parmenides (tesis), Heraklitos (antitesis), dan Plato (sintesis).

b.      Dialektika
Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Yang dimaksud oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengompromikan hal-hal yang berlawanan.
Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, ia masih ada, tetapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan seterusnya.
Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.
Contoh tesis, antitesis, dan sintesis
1)      Yang “ada” (being) merupakan tesis kemudian berkontraksi dengan “tak ada” (not being) sebagai antitesis, kemudian menghasilkan menjadi (becoming) sebagai sintesis.
2)      Dalam keluarga,suami-istri adalah dua makhluk berlainan yang dapat berupa tesis dan antitesis. Anak dapat merupakan sintesis yang mendamaikan tesis dan antitesis.
3)      Mengenai bentuk Negara
Tesis        :   Negara diktator. Di Negara ini hidup kemasyarakatan diatur dengan baik, tetapi para   warganya tidak mempunyai kebebasan apapun juga.
Antitesis:     :    Negara anarki. Dalam Negara anarki para warganya mempunyai kebebasan    tanpa batas, tetapi hidup kemasyarakatan menjadi kacau.

Sintesis        :    Negara konstitusional. Sintesis ini mendamaikan antara pemerintahan diktator dengan anarki menjadi demokrasi.[18]
Read more ...

Makalah Etika Idealisme - BAB II Pengerian Idealisme

DUNIA KEPERAWATAN | 6:37 AM | | | | | | | Be the first to comment!
BAB II
PEMBAHASAN



      Pengertian Idealisme
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Idealisme adalah ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan
Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:         
1.      Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya.
2.      Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi, materialisme mengatakan sebaliknya. Materialisme mengatakan bahwa materi itulah hal yang rill atau yang nyata. Adapun akal (mind) hanyalah fenomena yang menyertainya. Idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang rill dan materi hanyalah merupakan produk sampingan. Dengan demikian, idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya sebagai sebuah mesin besar yang harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja.
Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.

Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia.
Read more ...

Makalah Etika Idealisme : BAB I Pendahuluan

DUNIA KEPERAWATAN | 6:28 AM | | | | | | | Be the first to comment!
BAB I
PENDAHULUAN


                                                                          
A.      Latar belakang
Ilmu filsafat sebetulnya banyak aliran atau paham, diantaranya seperti aliran renaissance, rasionalisme, idealisme, empirisme, pragmatisme, existentialisme, dan masih banyak lagi. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pa­s dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti penyelesaian masalah yang sederhana misalnya, kita bisa menggunakan logika klasik, untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa menggunakan paham rasionalisme, dan untuk persoalan yang kompleks kita dapat menggunakan teorinya idealisme (dialektika).
Penulis sengaja membatasi dalam pembahasan makalah ini, yakni terfokus pada aliran filsafat idealisme, agar pembahasan mengenai hal-hal di luar itu tidak terlalu mendetail.
B.       Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, serta mencoba menuangkan informasi yang didapat ke dalam sebuah tulisan.




Read more ...

Thursday, September 5, 2013

Pemakaian Istilah Humanisme Dalam Sejarah Filsafat

DUNIA KEPERAWATAN | 9:22 PM | | | | | | | Be the first to comment!
PEMAKAIAN ISTILAH HUMANISME DALAM SEJARAH FILSAFAT


1.        Doktrin protagoras mengangkat manusia sebagai ukuran. Dengan begitu kontras dengan bermacam bentuk absolutisme, khususnya yang bersifat epistemologis.
2.        Dalam renaisance, istilah ini menunjukan gerak balik kepada sumber-sumber Yunani, dan kritik individual serta interpretasi individual kontras dengan tradisi skolatisisme dan otorita religius.
3.        Pada abad kemudian istilah itu dipakai dalam kontras dengan teisme dan menempatkan manusia sumber kebaikan dan kreativitas. August Comte adalah contoh yang ekstrim penggunaan seperti ini, ia memformulasikan suatu kerangka eklesialistikal untuk agama humanis.

4.        Dalam penggunaan F.C.S. Schiller dan William James humanisme diangkat sebagai pandangan yang bertolak belakang dengan absolutisme filosofis. Ini tidak kembali ke pandangan Protagoras, alasannya pandangan Schiller dan James dipandang melawan hal-hal absolut metafisis dan bukan epistemologis yaitu melawan dunia tertutup idealisme absolut. Oleh karena itu penekanannya pada alam atau dunia yang terbuka, pluralisme dan kebebasan manusia.
Read more ...

Filsafat dan Etika Keperawatan - Jenis Humanistik

DUNIA KEPERAWATAN | 1:43 PM | | | | | | Be the first to comment!
Filsafat dan Etika Keperawatan - Jenis Humanistik

1.      Humanisme klasik
Dalam arti klasik humanisme adalah gerakan pemikiran yang berkembang di Italia selama Renaisans, sebagai tanggapan terhadap dogmatisme yang kaku pada Abad Pertengahan. Ini bermaksud untuk menghidupkan kembali nilai-nilai, filsafat, sastra dan seni zaman klasik ia menganggap sebagai dasar pengetahuan.
Para humanis adalah para ulama Renaissance yang haus akan pengetahuan. Mereka menegaskan iman mereka dalam manusia bahwa mereka menempatkan di tengah-tengah keprihatinan mereka dan mereka mencari pemenuhan. Humanisme mengusulkan nilai baru berdasarkan akal dan kehendak bebas. Berkat penemuan percetakan, telah berkembang di Eropa dan khususnya menyebabkan Reformasi. Kata humanisme muncul pada paruh kedua abad 19. Beberapa tokoh humanis klasik: Petrarch (1304-1374), Boccacio(1313-1375), Leonardo da Vinci(1452 - 1519), Giovanni Pico della Mirandola(1463-1494), Erasmus(1466-1536), Guillaume Bude (1467-1540), Thomas More (1478-1535)
2.      Humanisme modern

Dalam arti modern, humanisme berarti setiap gerakan pemikiran idealis dan optimis bahwa tempat manusia di atas segalanya, yang bertujuan untuk pengembangan dan yakin pada kemampuannya untuk berkembang positif. Manusia harus melindungi diri dari perbudakan dan semua yang menghambat perkembangan pikiran. Ini harus dibangun secara independen dari setiap referensi supranatural.
Read more ...

Wednesday, September 4, 2013

Makalah Filsafat dan Etika Kesehatan - Pengertian Humanisme

DUNIA KEPERAWATAN | 11:26 PM | | | | | | Be the first to comment!
PENGERTIAN HUMANISME


Humanisme berasal dari bahasa latin, humanis berarti manusia, dan isme berarti paham atau aliran. Mangun Harjana mengatakan, pengertian humanisme adalah pandangan yang menekankan martabat manusia dan kemampuannya. Menurut pandangan ini manusia bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepatuhan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepenuhan eksistensinya menjadi paripurna.
Semula humanisme adalah gerakan dengan tujuan untuk mempromosikan harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran etis yang menjunjung tinggi manusia. Humanisme menekankan harkat, peran, tanggung jawab menurut manusia. Menurut humanisme manusia mempuyai kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih dari mahluk lainnya karena mempunyai rohani.
Pandangan humanisme membuat manusia sadar kembali tentang harkat dan martabat manusia sebagai mahluk rohani. Etika rohani mendasari manusia untuk bertangungjawab dalam kehidupan di dunia.

Dalam pengunaan F.C.S Schiller dan William James, humanisme diangkat sebagai pandangan yang bertolak belakang dengan absolutisme filosofis. Ini tidak kembali kepandangan protagoras. Alasannya pandangan Schiller dan James dipandang melawan hal-hal absolut metafisis dan bukan yang epistemologis, yaitu melawan dunia tertutup idealisme absolut. Oleh karena itu, penekanannya pada alam atau dunia yang terbuka, pluralisme dan kebebasan manusia.
Read more ...

Makalah Etika dan Filsafat Keperawatan - Sejarah Humanisme

DUNIA KEPERAWATAN | 11:18 PM | | | | | | Be the first to comment!
SEJARAH HUMANISME



1.    Zaman Antik
Orang romawi 2000 tahun yang lalu menggunakan kata humanis untuk menunjukan cita-cita yang mengusahakan pengembangan tertinggi etis kultural kekuatan-kekuatan manusia dalam bentuk secara estetik sempurna, bersama dengan sikap baik hati dan kemanusiaan. Tokoh Cicero (106-43 SM) cita-cita humanisme berkembang dalam stoa dengan tokoh Seneca dan Marcus Aurelius.

2.    Pra-Renaisance
Tahap inilah barangkali kunci kelahiran abad modern, abad ke- 14 Italia dunia kristiani mulai menemukan cita kemanusiaan Yunani dan Romawi. Seni klasik mulai berkembang terutama patung-patung tubuh manusia memberi sumbangan besar seni di zaman itu. Manusia mulai ditempatkan sebagai pusat perhatian. Pendidikan dipandang sebagai pengembangan manusia, manusia dianggap tolak ukur kewajaran kehidupan, pada waktu itu teknologi kuno dalam filsafat mulai diteliti sastra dan diterjemah.
Peran Paus di Roma ikut dalam gerakan diusahakan mendamaikan agama kristiani dengan kebudayaan kuno (Socrates dan Plato). Ciri periode ini adalah wawasan yang luas, optimis penolakan terhadap kepicikan dan keadilan usaha. Dua tahap humanisme itu merupakan tahap pertama kearah sekularisasi dunia eropa tengah dan barat tokoh puncak humanisme adalah Trasmus dan Rotterdam (1466-1536).

3.    Tahap Humanisme Modern
Humanisme untuk sebagian bangsa Eropa berpengaruh terutama dalam kehidupan rohani. Mendorong gereja mentranformasikan diri dari dalam dan mencoba kedalam kehidupan batin disisi lain.
Di abad 15 dan renaisance diabad 16 kita menyaksikan gerakan pembaharuan religius Eropa. Di Eropa Utara Devotia Moderne mengusahakan pendalaman mistis, kita menyaksikan kelompok yang melakukan tapa. Kehidupan katolik di abad 16 ditandai oleh kelompok mistik dan hidup rohani, Santa Theresia dan Avila, Santo Johanes dan Cruz dan Santo Ignasius dari Yolala.
Abad pertengahan berakhir sesudah abad pencerahan abad 15 dan 16. Pada saat orang mencari alternatif untuk kebudayaan tradisional (yang sama sekali diresapi suasana kristiani perhatian diarahkan kepada satu-satunya kebudayaan yang lain yang meraka kenal, yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi. Kebudayaan itu sangat mereka dewa-dewakan dan diambil sebagai contoh untuk segala bidang kultural.
Humanisme barat berkembang dalam dua bentuk sebagai humanisme moderat dan sebagai humanisme anti agama. Humanisme moderat menjunjung tinggi keutamaan manusia yang luhur seperti kebaikan hati, kebebasan hati, wawasan yang luas, keterkaitan dengan seni, universalisme (Nilai budi dijunjung tinggi). Merasa dekat dengan alam, penolakan fatalisme, toleransi positif. Tokohnya penyair Jerman Goeth, Schiller serta Wilhelm Von Humbold.
Humanisme anti agama dipahami sebagai takhayul atau keterikatan manusia pada irasionalitas sehingga manusia dapat menemukan dirinya jika ia melepaskan diri dari agama. Tokoh humanisme atheis Ludwig Feurbach (1804-1872) yang memakai agama sebagai keterangan manusia. Karx Marx memandang agama sebagai candu masyarakat. Disebut juga Friederic Nietzsche, Sigmund Freud (agama sebagai ilusi) dan Jean Paul Sartre.
Rasio dipandang sebagai kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk mengenali realitas, untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi, moralitas, estetika, menentukan arah hidup, perkembangan sejarah, memecahkan masalah ekonomi.

Antroposentrisme humanisme muncul dengan datangnya rasionalisme yang tidak lagi percaya bahwa hukum alam besifat mutlak. Rasionalisme inilah yang melahirkan renaisance suatu gerakan membangun kembali manusia dari kungkungan mitologi dan dogma. Cita-cita renaisance adalah mengembalikan kedaulatan manusia yang selama berabad-abad dirampas oleh dewa dan mitologi untuk mengusai nasibnya sehingga kehidupan berpusat pada manusia bukan pada Tuhan. 



Read more ...

Penutup Makalah Etika - Naturalisme

DUNIA KEPERAWATAN | 10:57 AM | | | | | | Be the first to comment!
BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Dari pembahasan Teori Naturalisme dapat kami simpulkan sebagai berikut  :
Naturalisme berasal dari kata Nature artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran Naturalisme yaitu suatu aliran yang berpendapat bahwa anak itu lahir dengan “nature”nya sendiri-sendiri dengan “sifat-sifat”nya sendiri, sesuai dengan “aliran”nya sendiri. Aliran Naturalisme berpendapat bahwa pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negatif yang hanya akan merusak saja. Dalam aliran Naturalisme, pendidikan dianggap tidak/ kurang berkuasa. Dalam  perkembangannya, anak diberi keleluasaan (kebebasan) dalam  mencari dan menemukan dirinya sendiri sehingga anak akan berkembang secara optimal.
B.     Saran

Demi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, hendaknya anak tersebut diberi kebebasan, kesempatan untuk mencari dan menemukan diri sendiri sehingga tumbuh rasa tanggung jawabnya dan tidak menggantungkan pada orang lain. Namun, juga harus memperhatikan faktor penunjang lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu memanfaatkan lingkungan yang baik, sehingga tercipta suasana yang harmonis dan edukatif.


Daftar Isi :


Read more ...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search