MENGENAL DIFTERI SECARA SINGKAT
1. PENGERTIAN
Penyakit
difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas.
2. BAGIAN TUBUH YANG DISERANG
Tonsil
(amandel), faring hingga laring (tenggorokan) yang merupakan saluran pernafasan
bagian atas, namun tidak menutup kemungkinan menyerang organ lain seperti vulva
(kemaluan wanita), kulit dan mata walaupun jarang terjadi.
3. PENYEBAB
Bakteri
Corynebacterium diphteriae, bakteri berbentuk batang gram negatif. Selain itu
ada 3 spesies dari genus Corynebacterium yang diketahui dapat menghasilkan
toksin difteri yang dikenal dengan potentially toxigenic Corynebacteria, yaitu:
·
Corynebacteria diphtheria,
·
Corynebacteria ulcerans, dan
·
Corynebacteria pseudotuberculosis
4. CARA PENULARAN
·
Kontak langsung:bersentuhan dengan mediator/pasien yang terkontaminasi bakteri
difteri
·
Tidak langsung: air ludah yang
berterbangan saat berbicara, batuk, bersin.
TONTON VIDIONYA
5. GAMBARAN KLINIS DAN TANDA GEJALA
·
Masa inkubasi 1-10 hari dan paling
sering 2-5 hari
·
Terbentuknya pseudomemberan (selaput)
pada tonsil (bercak keputihan pada amandel dan daerah tenggorokan)
·
Timbulnya demam
·
Pembengkakan kelenjar limfe sekitar
leher
·
Kesulitan menelan dan bernafas
·
Sakit tenggorokan
·
Suara serak
·
Batuk, mual, muntah, sakit kepala
·
Badan lemas dan pucat
·
Kadang disertai keluaran cairan
bercampur darah dari mulut atau hidung
6. AKIBAT DAN KOMPLIKASI
·
Pada saluran pernapasan : terjadi
obstruksi jalan napas dengan segala akibatnya, bronkopneumonia, atelektasis
·
Kardiovaskular ; miokarditis, yang dapat
terjadi akibat toksin yang dibentuk kuman difteria
·
Kelainan pada ginjal : nefritis
·
Kelainan saraf : kira-kira 10% pasien
difteria mengalami komplikasi yang mengenai susunan saraf terutama sistem
motorik, dapat berupa :
·
Paralisis/parelisis palatum mole
sehingga terjadi rinolalia (suara sengau), tersedak/sukar menelan. Dapat terjadi
pada minggu I-II
·
Paralisis/paresis otot-otot mata : dapat
mengakibatkan strabismus, gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis yang
timbul pada minggu III.
·
Paralisis umum yang dapat terjadi
setelah minggu ke-IV. Kelainan dapat mengenai otot muka, leher, anggota gerak
dan yang paling berbahaya bila mengenai otot pernapasan. (1)
7. PENCEGAHAN
·
Imunisasi
·
Isolasi ; pasien difteria harus dirawat
dengan isolasi dan baru dapat pulang setelah pemeriksaan sediaan langsung tidak
ditemukan corynebacterium diphteriae 2 kali berturut-turut.
·
Pencarian seorang karier difteria dengan
dilakukan Uji Shick. Bila diambil hapusan tenggorok dan ditemukan C. diphteriae
pasien diobati ; bila perlu dilakukan tonsilektomi (ini ideal sekarang belum
dapat dilaksanakan).
8. PENATALAKSANAAN
·
Medik
1. Pengobatan umum
2. Pengobatan spesifik
a. Antidiphtheria serum
b. Antibiotik
c. Kortikosteroid
·
Keperawatan
1. Pasien
diffteria harus dirawat dikamar isolasi yang tertutup. Petugas harus memakai
gaun khusus (celemek) dan masker yang harus diganti tiap penggantian tugas atau
sewaktu-waktu bila kotor (jangan dari pagi sampai malam). Sebaiknya penunggu
pasien juga harus memakai gaun tersebut untuk mencegah penularan ke luar
ruangan. Harus disediakan perlengkapan cuci tangan : desinfektan.
2. Masalah
yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadi komplikasi obstruksi jalan napas,
miokarditis, komplikasi pada ginjal, komplikasi susunan saraf pusat, gangguan
masukan nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi efek samping
dari pengobatan, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit, dan jika
pasien perlu dilakukan trakeostomi/perawatan trakeostomi.
9. CATATAN KHUSUS
·
Orang yang sudah divaksin tidak menjamin
terbebas dari difteri.
·
Pengobatan difteri membutuhkan
Antitoksin Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik dan diberikan secara
bersama.
·
Anti Difteri Serum (ADS) memiliki
kelemahan yaitu hanya menetralisir toksin yang beredar atau belum berikatan
dengan sel/jaringan.
·
Antibiotik tidak mampu menetralisir
bakteri difteri
·
ADS efektif efektif billa diberikan pada
3 hari pertama sejak timbul gejala. Penundaan pemberian ADS akan meningkatkan
risiko komplikasi dan kematian.
·
Pada pasien tetrtentu ADS dapat
menyebabkan alergi. Antitoksin difteri diproduksi dari serum darah kuda yang
sudah diimunisasi difteri sebelumnya. Karena berasal dari kuda, maka wajar saja
ada risiko reaksi penolakan atau hipersensitifitas setelah penyuntikan pada
tubuh manusia, meskipun tidak semua orang mengalaminya.
·
Kekebalan tubuh terhadap difteri terbentuk
skitar 10-14 hari setelah pemberian vaksin.
BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT, klik:
http://macrofag.blogspot.co.id/2017/12/laporan-pendahuluan-difteri.html
Jangan lupa LIKE, SUBSCRIBE dan SHARE agar bermanfaat dan dapat INFO KESEHATAN lainnya INFORMASI TERKAIT: 1. Materi Laporan pendahuluan DIFTERI, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2017/1... 2. Materi DIFTERI DAN PENANGANANNYA, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2017/1... 3. Makalah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2013/0... 4. SAP Alat Pelindung Diri, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2017/1... 5. Mengenal FLU BURUNG, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2013/0... Jangan lupa LIKE & SUBSCRIBE Chanel You Tube DUNIA KEPERAWATAN: VIDIO BERITA PENYAKIT DIFTERI: https://youtu.be/2VZ15E1sCDM VIDIO CARA MEMASANG INFUS: https://youtu.be/5ph17Qv3J9M VIDIO CARA MEMBUAT BOTOL WSD versi plabot: https://youtu.be/U8aTWS7xivM VIDIO HAND HYGINE DANCE: https://youtu.be/Jz9GmwUQHN8 VIDIO PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGINE: https://youtu.be/c118TT8oxsA VIDIO MENGETAHUI BAGIAN INFUS & TRANFUSI SET: https://youtu.be/gAiBL0Eyhjg VIDIO CARA PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH: https://youtu.be/KFueosbrwaA VIDIO HAND HYGINE VERSI HANDRUB & AIR MENGALIR: https://youtu.be/cS999xl30tE VIDIO CARA MEMASANG ALAT PELINDUNG DIRI UNTUK PASIEN ISOLASI DIFTERI, MDR, FLU BURUNG dll, Klik: https://youtu.be/6MOj9i-UITQ
Jangan lupa LIKE, SUBSCRIBE dan SHARE agar bermanfaat dan dapat INFO KESEHATAN lainnya INFORMASI TERKAIT: 1. Materi Laporan pendahuluan DIFTERI, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2017/1... 2. Materi DIFTERI DAN PENANGANANNYA, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2017/1... 3. Makalah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2013/0... 4. SAP Alat Pelindung Diri, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2017/1... 5. Mengenal FLU BURUNG, Klik: http://macrofag.blogspot.co.id/2013/0... Jangan lupa LIKE & SUBSCRIBE Chanel You Tube DUNIA KEPERAWATAN: VIDIO BERITA PENYAKIT DIFTERI: https://youtu.be/2VZ15E1sCDM VIDIO CARA MEMASANG INFUS: https://youtu.be/5ph17Qv3J9M VIDIO CARA MEMBUAT BOTOL WSD versi plabot: https://youtu.be/U8aTWS7xivM VIDIO HAND HYGINE DANCE: https://youtu.be/Jz9GmwUQHN8 VIDIO PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGINE: https://youtu.be/c118TT8oxsA VIDIO MENGETAHUI BAGIAN INFUS & TRANFUSI SET: https://youtu.be/gAiBL0Eyhjg VIDIO CARA PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH: https://youtu.be/KFueosbrwaA VIDIO HAND HYGINE VERSI HANDRUB & AIR MENGALIR: https://youtu.be/cS999xl30tE VIDIO CARA MEMASANG ALAT PELINDUNG DIRI UNTUK PASIEN ISOLASI DIFTERI, MDR, FLU BURUNG dll, Klik: https://youtu.be/6MOj9i-UITQ
REFERENSI:
Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
2000 jilid 2 edisi ke-3: Jakarta; EGC.
Nelson dkk. 2001. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15. EGC
: Jakarta.
Obi Andareto, 2015, Penyakit Menular di Sekitar
Anda: Jakarta; Pustaka Ilmu Semesta.
Setiawan. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Sunarno, dkk. 2015. Pengembangan metode diagnostik
cepat laboratorium untuk identifikasi penyebab difteri : aplikasi PCR
multipleks untuk identifikasi cepat penyebab difteri. Edisi 1: Jakarta; Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Suriadi, SKp, Rita Yuliani, SKp. 2001. Asuhan
Keperawatan Pada Anak Edisi I. EGC : Jakarta. CV Agung Seto.
No comments:
Post a Comment