SATUAN
ACARA PENYULUHAN
Pokok
bahasan : Sistem
muskuloskeletal
Sub
pokok bahasan : Mobilisasi pada pasien
post operasi
Sasaran : Pasien dan
keluarga post op
Waktu : 15 menit
Tempat : RSUD R Syamsudin, SH
Kota Sukabumi
Penyuluh : Pepi H. Pu
I.
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan tindakan pendidikan
kesehatan diharapkan klien dan/atau keluarga dapat memahami mengenai mobilisasi
post operasi.
II.
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah
mengikuti pendidikan kesehatan selama 15 menit, diharapkan pasien dan
keluarga post op dapat mengetahui tentang :
1.
Pengertian Mobilisasi
2.
Tujuan Mobilisasi
3.
Macam-macam Mobilisasi
4.
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi
5.
Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
6.
Manfaat Mobilisasi Post Operasi
7.
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
8.
Kontra Indikasi Mobilisasi
9.
Tahap-Tahap Mobilisasi Pada Pasien
10. Latihan
mobilisasi pada pasien pasca pembedahan
11. Dampak
tidak mobilisasi
III.
Strategi Pelaksanaan :
Metode :
Ceramah dan diskusi
IV.
Proses
Pelaksanaan
Waktu
|
Tahap Kegiatan
|
Kegiatan
|
|
Penyuluh
|
Sasaran
|
||
5 Menit
|
Pembukaan
|
1.
Membuka acara
2.
Menyampaikan topik
3.
Kontrak waktu
|
1.
Menjawab salam
2.
Mendengarkan
3.
Menyetujui kontrak
|
30 Menit
|
Kegiatan Inti
|
1.
Mengkaji ulang tingkat pengetahuan sasaran
2.
Memberikan materi
3.
memberikan feed back
|
1.
Mendengarkan
2.
Menanyakan.
3.
Menanggapi
|
10 Menit
|
Evaluasi / Penutup
|
1.
Memberikan pertanyaan
2.
Menyimpulkan materi
3.
Menutup (mengucapkan
salam)
|
1.
Menjawab
2.
Menyimak
3.
Menjawab salam
|
V. Setting
Tempat :
Peserta
penyuluhan duduk berhadapan dengan perawat
VI. Kriteria
Evaluasi :
1. Mampu
menyebutkan tujuan mobilisasi
2. Mampu
menyebutkan macam-macam mobilisasi
3. Mampu
menyebutkan faktor yang mempengaruhi mobilisasi
4. Mampu
menyebutkan rentang gerak dalam mobilisasi
5. Mampu
menyebutkan manfaat mobilisasi post operasi
6. Mampu
menyebutkan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
7. Mampu
menyebutkan kontra indikasi mobilisasi
8. Mampu
menyebutkan tahap-tahap mobilisasi pada pasien
9. Mampu
mendemonstrasikan latihan mobilisasi pada pasien pasca pembedahan
10. Mampu
menyebutkan dampak tidak mobilisasi
VII. Referensi
1.
Brunner&Suddarth.2002.Keperawatan
medical bedahVol 1.Jakarta:EGC
2.
Beyer, Dudes (1997). The
Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2 nd : Brown Co Biston.
3. Carpenito, Linda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Kperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC
4. Dini, Kasdu. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara
5. Kozier, Barbara, (1995). Fundamental of Nursing, Calofornia : Copyright by. Addist Asley Publishing Company
6. Mochtar, Rustam. (1992). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
7. Roper, N., Logan, W.W., Tierney, A.J. (1996)The Elements of Nursing: A model for nursing based on a modelfor living. (4th edn). London: Churchill Livingstone.
8. Susan J. Garrison, 2004. Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarata : Hypocrates. Syahlinda, 2008
Lampiran : Materi
Penyuluhan
MOBILISASI PASIEN
POST OPERASI
1.
Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995).
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses
aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas
tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke
kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002)
Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi Post
Operasi merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal
itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa mobilisasi Post Operasi adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita
untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Konsep mobilisasi mula – mula berasal
dari ambulasi Post Operasi yang merupakan pengembalian secara berangsur –
angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper,1996).
2.
Tujuan Mobilisasi Post Operasi
Tujuan dari mobilisasi menurut Susan J.
Garrison (2004), antara lain :
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4. Mempertahankan tonus otot
5. Memperlancar eliminasi urin
6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
3.
Macam-macam Mobilisasi
Menurut
Bayer dan Dubes (1997) mobilisasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
b. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi:
1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel.
4.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
mobilisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995), antara lain :
a. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
b. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
d. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja.
5.
Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
Menurut
Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1) Rentang
gerak pasif
Rentang
gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien
2) Rentang
gerak aktif
Hal
ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3) Rentang
gerak fungsional
Berguna
untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
6.
Manfaat Mobilisasi Post Operasi
Menurut
Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :
1) Penderita
merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot
–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot p[erutnya menjadi
kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa
sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
2) Faal
usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang
peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat
organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
3) Mempercepat
pemulihan missal kontraksi uterus post secarea, dengan demikian pasien akan
cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan cepat
4) Mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.
7.
Kerugian Bila Tidak Melakukan
Mobilisasi
1) Penyembuhan
luka menjadi lama
2) Menambah
rasa sakit
3) Badan
menjadi pegal dan kaku
4) Kulit
menjadi lecet dan luka
5) Memperlama
perawatan dirumah sakit
8. Kontra Indikasi Mobilisasi
Pada pasien tertentu baiknya mobilisasi tidak terlalu lama bahkan baiknya tidak dilakukan mobilisasi, seperti pasien dengan ;
· Miokard akut,
· Disritmia jantung,
· syok sepsis,
· kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang.
9.
Tahap-tahap Mobilisasi Post Operasi
Sebagai pedoman pelaksanaan sebelum melakukan tindakan
mobilisasi sebaikanya dilakukan penilaian tolerasi aktifitas sangat penting
terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris,
Infark Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.
Tanda - tanda yang di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon,
1976) :
· Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
· Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
· Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal
· Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
· Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh
· Status emosi labil.
Menurut
Kasdu (2003) mobilisasi Post Operasi dilakukan secara bertahap berikut ini akan
dijelaskan tahap mobilisasi Post Operasi pada pasien post operasi seksio
sesarea :
1) Setelah
operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio sesarea harus tirah
baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa dilakukan adalah menggerakkan
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
2) Setelah
6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis
dan trombo emboli
3) Setelah
24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
4) Setelah
pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan
Sedangkan
Menurut Beyer, 1997
1) Tahap
I : mobilisasi atau gerakan
awal : nafas dalam dan batuk, ekstremitas
2) Tahap
II : mobilisasi atau gerak
berputar
3) Tahap
III : mobilisasi atau gerakan
duduk tegak
4) Tahap
IV : mobilisasi atau gerakan turun
dari tempat tidur (3x/hr)
5) Tahap
V : mobilisasi atau gerakan
berjalan dengan bantuan (2x/hr)
6) Tahap
VI : mobilisasi atau gerakan naik
ke tempat tidur
7) Tahap
VII : mobilisasi atau gerakan
bangkit dari duduk ditempat tidur.
10. Latihan Mobilisasi Pada Pasien Pasca Pembedahan
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ).
Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan menurut Rustam Muchtar (1992), meliputi :
1) Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring kiri sudah dapat dimulai.
2) Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.
3) Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.
11. Dampak
imobilisasi :
·
Atelektasis
·
Pneumonia
·
Sulit buang air besar (BAB dan buang air
kecil (BAK).
·
Distensi
lambung
No comments:
Post a Comment