1.
Gambaran Klinis Hirschprung Desease Pada
Anak Usia 4-5 Tahun
a.
Konstipasi Psikogenik
Komplikasi
ini akan nampak pada usia 4-5 tahun dimana anak malas atau tidak membiasakan
diri untuk berdefekasi (factor kejiwaan).
b.
Meconium Plug sundrome
Riwayat
seperti penyakit Hirschprung tetapi setelah colok dubur meconium dapat keluar
dan selanjutnya defekasi tidak terjadi.
c.
Akalasia Rekti
Kegagalan
relaxasi oto-otot spincter dengan gejala serupa penyakit Hirschprung tetapi
pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan sel ganglion meissner dan aurbach.
2. Komplikasi
1)
Bocor anastomose
2)
Obstruksi saluran cerna
3)
Enterokolitis (infeksi usus)
4)
Sepsis
5)
Perforasi
6)
Kecipirit
7)
Kematian
3. Pemeriksaan penunjang
1)
Radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan
pemeriksaan yang penting pada penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen
dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit
untuk membedakan usus halus dan usus besar (Gambar. 11). Pemeriksaan yang
merupakan standard dalam menegakkan diagnosa Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan
dijumpai 3 tanda khas:
1.
Tampak daerah
penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi.
2.
Terdapat daerah
transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi;
3.
Terdapat daerah
pelebaran lumen di proksimal daerah transisi
(Kartono,1993).
Apabila dari foto barium enema
tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan
dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan
membaur dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur
dengan feces kearah proksimal kolon. Sedangkan pada penderita yang bukan
Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium terlihat
menggumpal di daerah rektum dan sigmoid (Kartono,1993, Fonkalsrud
dkk,1997; Swenson dkk,1990).
2)
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Diagnosa histopatologi penyakit
Hirschsprung didasarkan atas absennya sel ganglion pada pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus
sub-mukosa (Meissner).
Disamping itu akan terlihat dalam jumlah banyak penebalan serabut syaraf
(parasimpatis). Akurasi pemeriksaan akan semakin tinggi jika menggunakan pengecatan
immunohistokimia asetilkolinesterase,
suatu enzim yang banyak ditemukan pada serabut syaraf parasimpatis,
dibandingkan dengan pengecatan konvensional denganhaematoxylin eosin.
Disamping memakai asetilkolinesterase, juga digunakan pewarnaan protein S-100, metode peroksidase-antiperoksidase dan pewarnaanenolase. Hanya
saja pengecatan immunohistokimia memerlukan ahli patologi anatomi yang
berpengalaman, sebab beberapa keadaan dapat memberikan interpretasi yang
berbeda seperti dengan adanya perdarahan (Kartono, 2004).
Biasanya biopsi hisap dilakukan pada 3 tempat : 2, 3, dan 5
cm proksimal dari anal verge. Apabila hasil biopsi hisap meragukan, barulah
dilakukan biopsi eksisi otot rektum untuk menilai pleksus Auerbach. Dalam
laporannya, Polley (1986) melakukan 309 kasus biopsi hisap rektum tanpa ada
hasil negatif palsu dan komplikasi (Kartono,1993; Swenson dkk,1990;
Swenson,2002).
3)
Manometri Anorectal
Pemeriksaan manometri anorektal adalah suatu pemeriksaan
obyektif mempelajari fungsi fisiologi defekasi pada penyakit yang melibatkan
spinkter anorektal. Dalam prakteknya, manometri anorektal dilaksanakan apabila
hasil pemeriksaan klinis, radiologis dan histologis meragukan. Pada dasarnya,
alat ini memiliki 2 komponen dasar : transduser yang sensitif terhadap tekanan
seperti balon mikro dan kateter mikro, serta sisitem pencatat seperti poligraph atau komputer (Shafik, 2000; Wexner,
2000; Neto et al, 2000).
Beberapa hasil manometri anorektal
yang spesifik bagi penyakit Hirschsprung adalah :
1.
Hiperaktivitas pada segmen
yang dilatasi;
2.
Tidak dijumpai
kontraksi peristaltik yang terkoordinasi pada segmen usus aganglionik;
3.
Sampling reflex tidak berkembang. Tidak dijumpai relaksasi spinkter interna
setelah distensi rektum akibat desakan feces. Tidak dijumpai relaksasi spontan
(Kartono, 1993).
No comments:
Post a Comment