ARTIKEL FILSAFAT TENTANG KONSEP ABSTRAK
STIKes DHARMA
HUSADA BANDUNG
Jl Terusan
Jakarta No. 71-75 Antapani Bandung
2012
FILSAFAT ABSTRAK
1.
Pengertian Filsafat
Filsafat
dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata:
philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia(hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta
kebijaksanaan.
Kata
falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para
filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis
adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga
memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
2.
Ciri-ciri berfikir
filosfi :
a.
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
b.
Berfikir secara sistematis.
c.
Menyusun suatu skema konsepsi, dan
d.
Menyeluruh.
3.
Pengertian
Abstrak
Inggris: abstract. Kata
Inggris ini berasal dari bahasa Latin abstractus. Kata absractus adalah bentuk
partisipium perfek dari kata kerja abstrahere. Kata abstrahere terbentuk dari dua
kata ab, yang berarti
"dari" dan trahere berarti
"menarik". Abstrak secara harfiah berarti ."terlepas dari",
"ditarik dari".
Abstrak ialah sifat dari pemahaman mengenai sebuah
kualitas atau hubungan. Pemahaman itu kurang lebih bersifat umum yang berada di
luar data yang ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada
kaitan dengan intuisi indrawi atau kalau penyajian-penyajian pemahaman itu
menggambarkan obyeknya tanpa ciri-ciri individual. Penyajian-penyajian abstrak mempunyai
dua peranan. Pertama berperan sebagai proses pembagian atau pemisahan yang
menghasilkan pandangan ringkas. Karena tanpa berkaitan dengan ciri-ciri khusus,
intelek sampai pada konsep-konsep yang lebih universal. Misalnya,
"manusia", "makhluk inderawi", "makhluk hidup",
dst. Ini disebut abstraksi total. Kedua, penyajian abstrak merupakan bantuan
dalam mengetahui struktur logis dari konsep-konsep dan struktur metafisis dari
realitas. Karena tanpa mempedulikan pendukung atau penyandang, intelek memisah-misahkan
bagian-bagian hakiki yang merupakan pemberi bentuk. Misalnya kebijaksanaan
dipisahkan dari manusia yang bijaksana. Ini dinamakan abstraksi formal.
Karena itu, representasi
abstrak dapat disebut sebagai konsep universal namun konkret, sejauh konsep
tersebut tersusun dari suatu penyandang (Subyek) dan suatu bentuk (misalnya
manusia). Representasi abstrak dapat juga disebut sebagai konsep formal. Konsep
semacam ini menggambarkan bentuk tanpa penyandang (misalnya kemanusiaan,
kepribadian).
4.
Pandangan Beberapa Filsuf Tentang Abstrak
Dalam pandangan Skolastik,
pemahaman disebut abstrak, kalau orang memahami suatu kualitas terlepas dari
subyek pendukung. Pemahaman disebut konkret, kalau tidak dilepaskan dari subyek
pendukung. Dalam pengertian Skolastik, manusia merupakan ide konkret, sedangkan
kemanusiaan merupakan ide abstrak.
Hegel memahami pengertian
abstrak sebagai sesuatu yang terlepas sama sekali dari relasi, yakni suatu
kesatuan yang bersifat eksklusif terhadap semua perbedaan. Sesuatu yang konkret
ialah sesuatu yang terpaut secara penuh dengan semua hubungan, yakni kesatuan
dengan merangkum semua perbedaan.
Berpikir
abstrak adalah berpikir pada tataran ide, konsep atau gagasan. Maksudnya,
pemikiran filsafat selalu berusaha meningkatkan taraf berpikir dari sekedar
pernyataan-pernyataan faktual tentang fakta-fakta fisik yang terbatas pada
keterbatasan jangkuan indera manusia untuk menempatkannya pada sebuah pangkalan
pemahaman yang utuh, integral (terfokus), dan saling melengkapi pada tataran
yang abstrak melalui bentuk –bentuk ide, konsep, atau gagasan-gagasan
pemikiran. Baginya, sebuah fakta fisik selalu terbatas pada apa adanya karena
sifatnya terbatas menurut sebuah penampakan inderawi yang sejauh dapat dilihat,
didengar, atau diraba. Justru, pikiran tersebut harus lebih ditingkatkan pada
taraf-taraf berpikir abstraktif dalam bentuk konsep atau gagasan-gagasan,
dengan menggunakan ide, kata, kalimat, dan kreatifitas budi sehingga orang
mampu memberi arti, memahami, menangkap, membedakan, dan menjelaskannya aneka
pencerapan inderawi tersebut dalam sebuah pemikiran yang tersusun secara
sistematis. Pemikiran abstraktif, berusaha membebaskan orang dari cara berpikir
terbatas dengan hanya “menunjukkan” untuk makin mendewasakan pemikiran itu pada
kemampuan “memahami dan “menjelaskan”. Pemikiran absatrak beruaha mengangkat
pikiran pada tataran kemampuan berimajinasi, membangun kohenrensi, dan korelasi
secara utuh dan terstruktur guna menunjukkan peta keutuhannya, dengan segala
fenomenanya secara detail sehingga dapat dijelaskan secara lengkap dan
sempurna.
5.
Abstraksi dalam
Filsafat
Dalam
filsafat, abstraksi dalam teminologi filosofisnya adalah proses berpikir di mana ide-ide jauh dari objek (filsafat), abstraksi
merupakan tindakan berpikir intelektual di mana ada metode yang mengisolasi generalisasi teoritis
masalah konkret untuk dipecahkan.
Abstraksi
menggunakan strategi penyederhanaan, di mana terdapat komunikasi
yang ambigu, samar-samar atau tidak terdefinisi, sehingga dapat secara efektif
menjelaskan tentang hal-hal abstrak yang memerlukan intuisi atau pengalaman
antara komunikator dan penerima komunikasi. Hal ini berlaku untuk semua bentuk
lisan / abstrak.
Melalui
abstraksi kita dapat membayangkan hasil dari keputusan atau tindakan tertentu
tanpa menggunakan mekanisme fisik atau mekanis resolusi.
Bila dalam
proses penciptaan mental, atau abstraksi, tidak dibebaskan dari fakta-fakta
tertentu yang merupakan pembentukan penalaran. Hal ini pada gilirannya berarti
merupakan visualisasi dari hasil pencitraan mental atau gambar dari
abstraksi.Abstraksi dalam filsafat merupakan proses (atau, bagi sebagian orang,
proses dugaan) dalam konsep-pembentukan dengan cara mengenali beberapa set ciri-ciri umum pada individu, dan membentuk konsep
ciri itu sendiri.
Gagasan
abstraksi penting untuk memahami beberapa hal-hal yang bersifat kontroversi
filosofis yang terjadi di sekitarnya misalnya hal-hal yang bersifat empirisme
dan masalah universal. Hal ini juga berhubungan
dedngan logika formal di bawah abstraksi predikat.
Dalam Buku
Urantia glossary Dr William S. Sadler berkomentar bahwa "filsuf
melakukan kesalahan mereka paling parah ketika mereka keliru kesalahan dari
abstraksi, dengan cara memfokuskan perhatian pada satu aspek dari realitas dan
kemudian terisolasi dengan aspek dari seluruh kebenaran yang ada. "
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1983.
Dr. K.
Bertens, Filsafat Barat Dalam Abad XX, jilid II, Jakarta: Gramedia, 1985.
Suriasumantri,
J.S., 1995, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
The Liang
Gie, 1996, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.
Keraf
Gorys, 1992, Argumentasi dan Narasi, Gramedia, Jakarta.
No comments:
Post a Comment