ARTIKEL FILSAFAT KESEHATAN TENTANG KONSEP ALTRUISME
STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG
Jl Terusan Jakarta No. 71-75 Antapani Bandung
2012
KONSEP ALTRUISME
A.
Pengertian
Altruisme
Altruisme berasal dari bahasa Perancis yaitu autrui
yang artinya "orang lain"turunan dari kata latin Alter.
Secara epistimologis,
altruisme berarti:
- Loving
others as one self.
- Behaviour
that promotes the survival chances of others at a cost to ones own.
- Self-sacrifice
for the benefit of others.
Istilah Altruisme diciptakan oleh Auguste Comte --
Penggagas filsafat positivisme. Dalam karyanya, Catechisme Positiviste,
Altruisme merupakan kehendak pengorbanan kepentingan
pribadi. Tindakan ini seringkali disebut sebagai peniadaan diri atau pengosongan
diri. Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk berkorban demi sebuah nilai yang
lebih tinggi, entah bersifat manusiawi atau ketuhanan. Tindakan altruis dapat
berupa loyalitas. Kehendak altruis berfokus pada motivasi untuk menolong sesama
atau niat melakukan sesuatu tanpa pamrih, berupa ketetapan moral.
Altruisme adalah perbuatan mengutamakan orang lain
dibanding diri sendiri. perbuatan ini adalah sifat murni dalam banyak budaya,
dan merupakan inti dalam banyak agama. Dalam budaya Inggris, konsep ini sering
diperihalkan sebagai peraturan keemasan etika. Dalam Buddhisme, ia dianggap
sebagai sifat asas bagi fitrah manusia.
Orang yang altruist adalah orang yang lebih
mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Orang yang mau mengorbankan (kepentingan)
dirinya sendiri demi kebaikan orang lain. Orang yang punya motivasi untuk
menolong orang lain dan berbuat kebaikan tanpa pamrih.
Altruisme sering kita lihat dalam wujud
‘unconditional love’ seorang ibu terhadap anaknya. Dalam skala yang lebih luas, mungkin juga
bisa dilihat pada kecintaan seorang guru terhadap muridnya, kecintaan seorang
pemimpin terhadap rakyatnya, atau juga kecintaan seorang Nabi terhadap umatnya.
Bagaimana dengan pengorbanan seorang hamba terhadap
Tuhannya? Termasuk altruisme sejati kah?
Mengingat sang hamba ini mengharapkan ‘pamrih’ berupa surga.. Ternyata
menurut para ahli, keduanya bukan bentuk altruisme sejati, melainkan lebih
kepada kewajiban dan kesetiaan (duty & loyalty). Selama seseorang mengharapkan reward (pamrih)
dari perbuatan baiknya, maka itu tidak bisa disebut altruisme
Comte mengatakan bahwa setiap individu memiliki
kehendak moral untuk melayani kepentingan orang lain atau melakukan kebaikan
kemanusiaan tertinggi ("greater good" of humanity). Kehendak hidup
untuk sesama merupakan bentuk pasti moralitas manusia, yang memberi arah suci
dalam rupa naluri melayani, yang menjadi sumber kebahagiaan dan karya. Sebagai
sebuah doktrin etis, altruisme berarti melayani orang lain dengan menempatkan
kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.
Perilaku altruistik tidak hanya berhenti pada
perbuatan itu sendiri. sikap dan perilaku ini akan menjadi salah satu indikasi
dari moralitas altruistik. Moralitas altruistik tidak sekadar mengandung
kemurahan hati atau belas kasihan. Ia diresapi dan dijiwai oleh kesukaan
memajukan sesama tanpa pamrih. Karena itu, tindakannya menuntut kesungguhan dan
tanggung jawab yang berkualitas tinggi.
B.
Jenis
altruistic berdasarkan pemahamannya ada 2, yaitu ;
1. Altruistic
as behaviour, pemahamannya adalah menolong orang lain, membuat orang lain
senang. Tetapi membuat orang lain senang itu didasari oleh dua faktor. Yang
pertama saya benar-benar tidak peduli siapa kamu, dari mana kamu, pokoknya saya
menolong. Ketika saya melihat kamu tidak nyaman maka saya akan menolong. Ini
dinamakan eksosentris. Yang kedua saya menolong kamu kalau saya mempunyai suatu
keuntungan dari menolong kamu tersebut. Ini dinamakan endosentris.
2. Altruistic
as motive berarti menolong orang lain betul-betul murni berasal dari dalam
dirinya dia dan ditujukan untuk kepuasan orang lain tanpa memperhitungkan atau
memperdulikan apa-apa. Dan hal inilah yang saya lebih tekankan dalam bahasan
tentang altruisme.“
C.
Teori
Tentang Altruisme
1.
Teori Behaviorisme → Kondisioning klasik
(Pavlo): manusia menolong karena dibiasaka oleh masyarakat dan masyarakat
menyediakan ganjaran positif.
2.
Teori Pertukaran Sosial → Sosial
Exchange Theory dengan prinsip sosial — ekonomi bahwa setiap tindakan dilakukan
dengan pertimbangan untung rugi (material, terutama psikologis
- Memperoleh
informasi, pelayanan, status, penghargaan, perhatian, dan kasih sayang,
dll).
Teori
ini menggunakan strategi minimax sehingga perilaku menolong biasanya mengikuti
pola-pola tertentu (sedikit pengorbanan hasilnya maksimal → untung)
- Orang yang
menarik (disukai, agar tidak terganggu) kepuasan diri (penyumbang darah)
3.
Teori Empati (Batson, 1991, 1995):
Egoisme dan simpati berfungsi bersama-sama dalam perilaku menolong.
· Egoisme
: perilaku menolong dapat mengurangi penderitaan orang lain.
· Simpati
: perilaku menolong dapat mengurangi penderitaan orang lain.
Gabungannya keduannya = empati yaitu merasakan
penderitaan orang lain sebagai penderitaannya sendiri.
Empati yang kuat dapat melanggar prinsip moral dan
keadilan => rea membunuh, mencuri dari seseorang atau bangsa.
4.
Teori Norma Sosial → menolong karena
keharusan dari norma masyarakat. Ada 3 macam norma yang jadi acuan :
a. Norma
timbal balik (Reciprocity norrn) : intinya pertolongan dibalas pertolongan.
Norma ini berlaku untuk orang yang setara. Sekelas, seimbang.
b. Norma
tanggung jawab sosial (Social responsibility norm), initnya kita wajib menolong
orang lain atau tanpa mengaharapkan balasan apapun. Jika harus memilih siapa
yang ditolong → tergantung pada atribusi yang kita berikan.
· Eksternal
=> miskin karena cacat, kecelakaan → ditolong.
· Internal
=> miskin karena malas → tidak ditolong.
c. Norma
keseimbangan (Harmonic norm) berlaku di dunia timur, intinya seluruh alam
semesta harus berada dalam keadaan seimbang, serasi, selaras. Dalam pandangan
ini norma tertinggi: great intelligence yaitu kemampuan untuk menetapkan
sesuatu tanpa penilaian atau prasangka → lebih altruis.
5.
Teori Evolusi → Altruis atau menolong
demi survive atau mempertahankan jenis dalam proses evolusi.
a.
Perlindungan kerabat (kin protection)
- Orang tua
bekerja keras untuk menyekolahkan anak → untuk meneruskan keturunan.
Secara
alamiah orang cenderung membantu pada orang yang pertalian darah, dekat dengan
diri kita, ada skala prioritas.
- Dalam
bencana: anak-anak lebih dulu, keluarga, teman, tetangga.
Naluri
perlindungan yang kuat dapat melewati batas moral dan keadilan => Nepotisme.
b. Timbal
balik biologik (biological reciprocity) → ada keseimbangan altruis dan egois
prinsipnya orang yang suka menolong akan ditolong, yang suka mementingkan diri
sendiri → dibiarkan.
c. Orientasi
seksual: kaum minoritas dalam seks (homo, lesbi) lebih memerlukan pertolongan
untuk mempertahankan kelompok sehingga lebih alturis daripada heteroseks.
6.
Teori Perkembangan Kognisi → berhubungan
dengan tingkat perkembangan kognitif. Piaget bahwa semakin tinggi kemampuannya
berfikir abstrak → semakin mampu mempertimbangkan antara usaha atau biaya
(cost) yang harus dikorbankan untuk menolong dengan hasil atau perolehan.
Anak-anak meminjamkan mainan yang mahal untuk suatu yang nilainya rendah
(keuntungan).
D.
Altruistik
Dipandang Menurut Agama
Altruistik diajarkan dalam agama. Dari sudut pandang
teologi, altruistik merupakan suatu tindakan yang dijiwai oleh panggilan ilahi.
sedangkan dalam tasawwuf, altruistik merupakan salah satu tujuan.
- Pandangan
Islam
Kualitas iman atau agama justru harus diukur dari
tindakan altruistik seseorang. sebagaimana hadis Rasulullah saw: “Berkorban
untuk orang lain adalah kebajikan yang paling baik, dan merupakan derajat iman
yang tertinggi.”
Seorang yang mengaku beragama atau beriman mestilah
jiwa dan ruhaninya diresapi kasih sayang terhadap sesama tanpa bersikap
diskriminatif dan primordialistik. orang beriman adalah orang yang diri dan
apapun yang dimilikinya telah diberikan hanya untuk berjuang dijalan Allah.
mereka bertindak hanya berdasar pada pertimbangan keimanan dan kepasrahan
kepada Allah semata.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang
laki-laki menghadap Rasulullah saw, dan berkata: “Ya Rasulullah! saya lapar.”
Rasulullah meminta makanan dari istri-istrinya, akan tetapi tak ada makanan
sama sekali. kemudian Rasulullah saw bersabda: “siapa di antara kalian yang
pada malam ini bersedia memberi makan kepada tamu ini? Mudah-mudahan Allah
memberi rahmat kepadanya. Seorang Anshar menjawab: “saya, ya Rasulullah.” Ia
pun pergi kepada istrinya dan berkata: “suguhkan makanan yang ada kepada tamu
Rasulullah!” Istrinya menjawab: “demi Allah tidak ada makanan kecuali sedikit
untuk anak-anak.” suaminya berkata: “bila mereka ingin makan, tidurkan mereka
dan padamkan lampunya. biarlah kita menahan lapar pada malam ini.” Istrinya
melaksanakan apa yang diminta suaminya. Keesokan harinya Rasulullah bersabda:
“Allah kagum dan gembira karena perbuata suami istri itu.” Ayat ini turun
berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan perbuatan orang yang
memperhatikan kepentingan orang lain.
- Pandangan
Kristen
Altruisme merupakan ajaran utama Yesus dalam Kitab
Suci. Hukum tertinggi dalam ajaran Yesus menekankan kasih terhadap sesama,
seperti kasih terhadap diri sendiri.
Ajaran yang dapat disebut sebagai suatu etika
altruis. Suatu tindakan altruis adalah tindakan kasih yang dalam bahasa Yunani
disebut agape.
Agape adalah tindakan mengasihi atau memperlakukan
sesama dengan baik semata-mata untuk tujuan kebaikan orang itu, tanpa dirasuki
oleh kepentingan orang yang mengasihi. Maka, tindakan altruis pastilah selalu
bersifat konstruktif, membangun, memperkembangkan dan menumbuhkan kehidupan
sesama.
E.
Faktor
yang pengaruhi altruisme ;
1.
Pengaruh situasi
a.
Bystanders (tempat kejadian)
·
Semakin banyak orang semakin kecil
kecenderungan menolong >< orang yang sendirian cenderung lebih bersedia.
·
Di kota besar jarang orang suka menolong
karena (ja vine) orang kota mengalami gejala kejenuhan mental (compassion
fatigue atau sensory overload).
b.
Menolong jika orang lain menolong
Daftar
sumbangan jika sudah ada yang memulai → akan diikuti dengan jumlah yang hampir
sama.
c.
Desakan waktu → orang santai lebih mau
menolong.
d.
Kemampuan yang dimiliki.
2.
Pengaruh dari dalam diri
a.
Perasaan.
b. Sifat
atau Trait → adentic disposition sudah tertanam dalam kepribadian sosial =>
Ibu Theresa.
c. Agama
→ berkaitan dengan ketaatan, keyakinan atau kepercayaan, untuk menolong seperti
ajaran agama.
d.
Tahapan moral.
e.
Orientasi seksual => homo.
f.
Jenis kelamin → perempuan lebih banyak
dari laki-laki.
3.
Siapa yang ditolong
a. Jenis
kelamin. Budaya yang menghargai perempuan diutamakan.
b. Kesamaan
penolong dan yang ditolong (busana, sex, ras, agamaan, dll).
c. Tanggung
jawab korban → hukuman lebih berat dari pada tidak melawan apalagi pelacur.
d. Menarik
atau daya tarik atau rasa tertarik penolong.
F.
Hubungan perilaku menolong dengan altruisme
1.
Mengurangi kendala yang menghambat
alturisme.
a. Mengurangi
keraguan atau ketidakjelasan (ambiguitas) dan meningkatkan tanggung jawab.
=> ada pencuri motor (itu miliknya atau mencuri).
b. Peningkatan
rasa tanggung jawab dapat dipancing dengan ajakan secara pribadi (Foss, 1978)
atau mempribadiakn hubungan => dengan menyebut nama.
c. Meningkatkan
rasa bersalah yaitu dengan mengingat kesalahan seseorang.
d. Memanipulasi
gengsi atau harga diri seseorang. => Cialdin, dkk, 1975 → butuh uang Rp
10.000 katakan Rp. 50.000 jika ia tidak punya minta seadanya.
2.
Memasyarakatkan alturisme.
a.
Mengajarkan inklusi moral, bahwa orang
lain adalah golongan kita juga.
·
Fogelman, 1994: Inklusi moral
meningkatkan perilaku menolong.
·
Staub, Aoptoum, Tyler dan Lind, 1990:
Inklusi moral merupakan sumber diskriminasi bahkan agresi.
b. Memberikan
atribusi “menolong” pada perilaku altruis => setelah dibantu: terima kasih
atas pertolongannya (Batson, 1979).
c. Mengajarkan
altruisme di sekolah, keluarga, masyarakat, dll dengan memberi contoh.
DAFTAR PUSTAKA
Hamersma,
Harry,. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Lanur,
Alex ,. 1985. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sonny
Keraf, A. dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
No comments:
Post a Comment