KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
(PJB)
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA
BANDUNG
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat IIIahi Robbi atas segala nikmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ANAK, makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen tugas pada mata kuliah ANAK di
Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada Bandung.
Makalah
ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak
dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusuanan makalah ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua
pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang
Demikian
akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih
Penulis
Tonton dan SUBSCRIBE & SHARE Channel YouTube "DUNIA KEPERAWATAN" dibawah ini
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Congenital
heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan
yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai
penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik,
tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung
dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus
dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah
dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada
masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis
jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah
dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor
genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008)
Congenital heart
diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang
sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab
utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik,
tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung
dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus
dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah
dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada
masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis
jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah
dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor
genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008).
Penyakit jantung
kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan
sosial ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000
kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini
pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital
merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari
kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan
jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung
merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira
40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung (Dikutip
dari IdeBagus : 2008)
Congenital heart
diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan
dan kematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan fasilitas medis
yang terbatas, problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak
dapat hidup. Kebanyakan orangtua bayi CHD adalah pasangan muda yang ekonominya masih
rendah. Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia diperkirakan 8/1000
kelahiran hidup. Data mengenai penyakit jantung bawaan sangat bervariasi
bergantung pada hasil penelitian terhadap anak atau orang dewasa, serta
berdasarkan autopsy dan pemeriksaan kateterisasi. Di Indonesia sekitar 40.000
bayi dengan penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2% penderita yang
bisa diselamatkan. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap
tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008).
Sebagai kalangan
mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui bahaya congenital heart diseases
(CHD) bagi kehidupan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka dan bisa
berujung pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya mampu
mengidentifikasi faktor penyebab serta tanda dan gejala dari Congenital heart
diseases (CHD), serta dapat bertindak dalam memberikan pelayanan terbaik pada
klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) khususnya dalam
pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) ?”
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dapat
memberikan
informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases
(CHD).
D.
Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini
diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan elektronik.
E.
Sistematika
Secara umum
makalah ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya; BAB I tentang Pendahuluan,
BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Congenital
heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi
struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila
tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung
bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut
mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda (IPD FKUI : 1996)
Congenital
heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang
sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir.
Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah
bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur
beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997).
B.
Etiologi
Penyebab
penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik,
pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1.
Faktor
Prenatal :
a.
Ibu
menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b.
Ibu
alkoholisme.
c.
Umur
ibu lebih dari 40 tahun.
d.
Ibu
menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e.
Ibu
meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin).
f.
Terpajan
radiasi (sinar X).
g.
Gizi
ibu yang buruk.
h.
Kecanduan
obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
2.
Faktor
Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya
menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit
jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom
Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang
lain
C.
Klasifikasi
Terdapat
berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang
sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta
vaskuiarisasi paru.
§
Congenital
Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus
persisten (DAP).
§
Congenital
Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada
penggolongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan
koartasio aorta.
§
Congenital
Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada
penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
§
Congenital
Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
transposisi arteri besar (TAB).
§
CHD/
PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1. Defek Septum Ventrikel (VSD)
DSV
terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah
dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.
Manifestasi klinik : Pada pemeriksaan selain
didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran,
ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat
pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada
jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus
terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan : Pasien dengan DSV besar perlu
ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan
digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan,
yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka
operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong
karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang
2. Duktus Arteriosus Persisten (PDA)
DAP
adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri
pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di
sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup
bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada
ibu dan prematuritas.
Manifestasi klinik : Neonatus menunjukan tanda-tanda
respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan
pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar,
hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan
volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akibat aliran darah
turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin
tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan : Karena neonatus tidak
toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau
idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus.
Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
3. Tetralogi fallot
Tetralogi
fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:
a) stenosis pulmonal
b) hipertropi ventrikel kanan
c) kelainan septum ventrikuler
d) kelainan aorta yang menerima
darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum
ventrikel.
Manifestasi klinik : Bayi baru lahir dengan TF
menampakkan gejala yang nyata yaitu adanya sianosis, letargi dan lemah. Selain
itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing,
bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia,
bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya
dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa
berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan
kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan : Pembedahan paliatif dilakukan
pada usia awal anak-anak, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam
masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara :
a) Blalock-Tausing, dilakukan pada
ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau arterikarotis menuju arteri
pulmonalis kanan.
b) Waterson dikerjakan padasisi ke
sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan
ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala
penyakit jantung sianosis.
D.
Patofisiologi
Kelainan
jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan
tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada
sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang
abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir kedalam
sirkulasi sistemik.
Aliran
darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan
normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan
vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal
dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke
kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari
penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, Perfusi tidak adekuat
dan kongesti pulmonal.
4.
Pathway/ Pathoflow (terlampir)
5.
Manifestasi Klinis
1. Infants
§
Dyspnea
§
Difficulty
breathing (Kesulitan Bernafas)
§
Pulse
rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit)
§
Recurrent
respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
§
Failure
to gain weight (kesulitan penambahan berat badan)
§
Heart
murmur
§
Cyanosis
§
Cerebrovasculer
accident/ CVA
§
Stridor
and choking spells/ mencekik
2. Children
§
Dyspnea
§
Poor
physical development ( perkembangan fisik yang kurang)
§
Decrease
exercise tolerance (aktitas menurun)
§
Recurrent
respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
§
Heart
murmur and thrill
§
Cyanosis
§
Squatting
§
Clubbing
of fingers and toes
§
Elevated
blood pressure (tekanan darah tinggi)
6.
Komplikasi
Pasien
dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai komplikasi
antara lain:
1.
Gagal
jantung kongestif / CHF.
2.
Renjatan
kardiogenik/ Henti Jantung.
3.
Aritmia.
4.
Endokarditis
bakterialistis.
5.
Hipertensi.
6.
Hipertensi
pulmonal.
7.
Tromboemboli
dan abses otak.
8.
Obstruksi
pembuluh darah pulmonal.
9.
Hepatomegali
(jarang terjadi pada bayi prematur).
10.
Enterokolitis
nekrosis.
11.
Gangguan
paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner).
12.
Perdarahan
gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13.
Hiperkalemia
(penurunan keluaran urin).
14.
Gagal
tumbuh.
7.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto
thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara
signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2.
Echokardiografi
: Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume
atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3.
Pemeriksaan
laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2)
dan penurunan PH.
4.
Pemeriksaan
dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
5.
Elektrokardiografi
(EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6.
Kateterisasi
jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler
yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
7.
Diagnosa
ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.
8.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1)
Riwayat
terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah
rubella, influenza atau chicken pox.
2)
Riwayat
prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan
pada insulin.
3)
Kepatuhan
ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak
kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4)
Proses
kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktor memperlama proses
persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus
dilakukan SC.
5)
Riwayat
keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga
mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetik yang
menunjang.
6)
Riwayat
pertumbuhan, biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit.
7)
Riwayat
psikososial/ perkembangan :
-
Kemungkinan
mengalami masalah perkembangan.
-
Mekanisme
koping anak/ keluarga.
-
Pengalaman
hospitalisasi sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap
pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data yang
dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital
ini adalah:
§
Riwayat
keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas).
§
Observasi
adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
§
Observasi
adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
§
Observasi
adanya hiperemia pada ujung jari.
§
Observasi
pola makan, pola pertambahan berat badan.
§
Bayi
baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
§
Observasi
apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari
hiperemik.
§
Observasi
diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.
§
Tanda
yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal
dan region epigastrium.
§
Pada
anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
§
Observasi
anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan,
sedangkan neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi.
§
Observasi
apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum.
§
Observasi
apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
dan temporal.
§
Pengkajian
psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Penurunan
cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan
tekanan jantung.
b.
Tidak
efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru,
kongesti pulmonal.
c.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
d.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
e.
Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen
dan nutrisi ke jaringan.
f.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
g.
Peningkatan
volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
h.
Kurang
pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya
inforrnasi.
i.
Koping
keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang
diagnosis/prognosis penyakit anak.
3. Rencana Keperawatan
a.
Penurunan
cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan
tekanan jantung.
Tujuan : Pasien dapat mentoleransi
gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung, dan setelah
dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga
keadaan normal.
Kriteria Hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda
membaiknya curah jantung/ cardiac output.
Intervensi
§
Bina
hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Rasional
: Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
§
Berikan
health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional
: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§
Observasi
tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional:
permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda
vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat,
peningkatan tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untuk penanganan
lebih lanjut.
§
Informasikan
dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.
Rasional:
istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat
mempertahankan energi yang ada.
§
Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional
: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untuk melawan efek
hipoksia/iskemia.
§
Observasi
keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional
: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan
curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
§
Monitor
tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah,
periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali.
Rasional
: untuk mengetahui sejauhmana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan
dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
§
Observasi
perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.
Rasional:
dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan
curah jantung.
§
Kolaborasi
dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan
digoxin.
Rasional
: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan
kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi
dan memperlambat periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan
efisiensi curah jantung.
b.
Tidak
efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru,
kongesti pulmonal.
Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan
pola nafas.
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan
tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru dan efektif pola
nafasnya
Intervensi
§
Berikan
health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional
: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§
Evaluasi
frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.
Rasional
: pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
§
Observasi
penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
Rasional
: udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu
sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
§
Observasi
ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi.
Rasional:
pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.
§
Minimalkan
menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.
Rasional
: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
c.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
Tujuan
: Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.
Kriteria
hasil : Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada
Intervensi
§
Berikan
health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan
penanganannya.
Rasional
: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§
Observasi
adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering
menangis.
Rasional:
Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
§
Observasi
perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.
Rasional
: Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya
ketidaknyamanan pasien.
§
Evaluasi
respon terhadap obat/terapi yang diberikan.
Rasional:
penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan
penggunaan nitrat.
§
Berikan
lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan.
Rasional:
aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja
tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
§
Ajarkan
teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.
Rasional
: dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat
menurunkan respon nyeri.
§
Anjurkan
ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.
Rasional:
ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
§
Kolaborasi
dengan team medis dalam pemberian analgesic.
Rasional
: analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya,
sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.
d.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu
dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi perubahan status
nutrisi.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan intake
makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dalam menopang pertumbuhan
Intervensi:
§
Berikan
health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi
sendiri.
Rasional:
lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§
Anjurkan
ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional:
air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
§
Pada
anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Rasional
: meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
§
Jika
anak menunjukkan kelemahan akibat ketidakadekuatannya nutrisi yang masuk maka
pasang infuse.
Rasional:
infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi melalui oral.
§
Observasi
selama pemberian makan atau menyusui.
Rasional:
selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
§
Timbang
berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.
Rasional
: mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
§
Observasi
dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.
Rasional
: mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
§
Berikan
dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila
mukosa oral luka.
Rasional
: meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi.
e.
Peningkatan
volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
Tujuan
: Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,tanda-tanda
vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Kriteria
hasil : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi
badan.
Intervensi:
§
Berikan
health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.
Rasional
: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§
Pantau
pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan, timbangberat
badan anak setiap hari.
Rasional
: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi
diuretic, keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menunjukkan makin
buruknya gagal jantung.
§
Kaji
adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi,
penambahan berat badan.
Rasional:
menunjukan kelebihan cairan tubuh.
§
Berikan
batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.
Rasional
: menurunkan retensi natrium.
§
Kolaborasi
dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai indikasi.
Rasional:
menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan dan menurunkan
kelebihan cairan total tubuh.
f.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
Tujuan
: Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Kriteria
hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Intervensi:
§
Berikan
health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.
Rasional
: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§
Kaji
perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak.
Rasional:
menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi lebih
sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
§
Bantu
pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.
Rasional:
teknik penghematan energi.
§
Support
dalam pemberian nutrisi anak.
Rasional
: nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akan meningkatkan
produksi energi.
§
Batasi
aktifitas anak yang berlebihan.
Rasional
: meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
g.
Kurang
pengetahuan ibu/ keluarga tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan
: Ibu/ keluarga tidak mengalami kecemasan dan mengetahui proses penyakit dan penatalaksanaan
keperawatan yang dilakukan.
Kriteria
hasil : Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan
kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan
bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
Intervensi:
§
Berikan
pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit
serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan.
Rasional:
informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/ keluarga sehingga cemas yang dialami
ibu/ keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
9.
Lampiran
a. Pathoflow VSD/PDA
b. Pathoflow TOF
c. Abstrak Jurnal
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asuhan
keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau
penyakit jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang
melibatkan aspek biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup
besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Asuhan
keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional
agar dapat memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen
keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai
tingkat optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat
penyakit congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD)
B.
Saran
Untuk menjadikan
makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran yang
bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1.
Kita
hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit
jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.
Kita
hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan
CHD”, demi untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan
dibidang pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan pada umumnya.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
Doenges,
Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. ed.03. Jakarta : EGC. Gusty. Reni Prima, dkk. (2010).
Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot
www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc.
(akses tanggal 6 April 2010)
IdeBagus.
(2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan.
http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).
Madiyono,
Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI
Mansjoer
Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Ngastiyah.
(1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Tim
Keperawatan Anak. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Heart
Diseases (CHD).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ%3Ainherent.brawijaya.ac.id%2Fvlm%2Ffile.php%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+bawaan+pada+anak&hl=id&gl=id.
(akses tanggal 6 April 2010)
Tyo.
(2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan.
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2010/04/askep-anak-dengan-penyakit-jantung.html.
(akses tanggal 6 April 2010).
http://www.docguide.com/patients-poor-knowledge-heart-conditions-may-have-harmful-consequences (akses tanggal 17 april 2012)
No comments:
Post a Comment