ASKEP VENTRIKEL SEPTAL DESEASE
(VSD)
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN VSD tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidaK lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini. Kami mohon maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi mahasiswa/i STIKES Dharma Husada, bagi penyusun sendiri maupun kepada
mahasiswa/i kesehatan lainnya di Indonesia
Penyusun
Tonton dan SUBSCRIBE & SHARE Channel YouTube "DUNIA KEPERAWATAN" dibawah ini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tubuh
manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system kardiovaskuler.
System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah.
Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung
yangjuga merupakan organ besar dalam tubuh. Jantung adalah organ berupa otot
berbentuk kerucut. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada
organ-organ yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi.
Sehingga muncullah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung
bawaan adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak lahir
dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung
yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah VSD yang paling sering
ditemukan, yaitu 30% dari semua jenis penyakit jantung bawaan. Pada
sebagian kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonatus,
karena pada minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar
oleh karena resistensi vascular paru masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10
minggu. Untuk menghindari atau mencegah penyebab dari penyakit ini semaksimal
mungkin perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang sedang
hamil untuk tidak mengkonsumsi alcohol ataupun pengobatan sembarangan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan VSD ?
2.
Apa penyebab VSD?
3.
Bagaimana perjalanan VSD?
4.
Apa gejala VSD?
5.
Apa komplikasi VSD?
6.
Apa saja yang teermasuk pemeriksaan
penunjang VSD?
7.
Bagaimana penanganan VSD?
C.
Tujuan
1.
Mampu mengetahui pengertian VSD.
2.
Mampu mengetahui penyebab VSD.
3.
Mampu mengetahui perjalanan VSD.
4.
Mampu mengetahui gejala VSD.
5.
Mampu mengetahui komplikasi VSD.
6.
Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang VSD.
7.
Mampu mengetahui penanganan VSD.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
VSD (Ventrikulare Septum Defek)
adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga
pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik
kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.
Ventrikel
septum defek (VSD) merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan, yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang padaseptum
interventrikuler, dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan
fungsi septum inter ventrikuler semasa janin dalam kandungan, sehingga darah
bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Kelainan ini
umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.
Defek
Septum Ventrikel (VSD, Ventricular Septal Defect) adalah suatu lubang pada
septum ventrikel yaitu suatu dinding yang memisahkan jantung bagianbawah
(memisahkan ventrikel kiri dan ventrikel kanan).
Ventricular
septal defect (VSD) merupakan suatu kelainan dimana terdapat adanya lubang atau
“defect” pada dinding pemisah antara ventrikel kiri dan kanan. Darah kaya
oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen, sehingga jantung memompa
sebagian darah miskin oksigen ke tubuh
dan juga darah kaya oksigen dipompa jantung keparu. Ini berarti kerja jantung
tidak efisien.
Kadangkala
VSD dapat menutup sendiri. Jika VSD besar biasanya selalu harus dioperasi. VSD
ini tergolongPenyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi
paru bertambah. VSD ini memiliki sifat khusus, yaitu: shunt pada daerah
ventrikel; aliran darah pada arteri pulmonalis lebih banyak; tidak ada
sianosis. Defek septum ventrikel biasa sebagai defek terisolasi dan
sebagai komponen anomaly gabungan. Lubang biasanya tunggal dan terletak pada
bagian membranosaseptum. Gangguan fungsional lebih tergantung pada ukurannya
dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada lokasi defek
Besarnya defek bervariasi mulai
dari dari ukuran millimeter (mm) sampai dengan centimeter (cm),
a. VSD kecil : diameter sekitar 1-5 mm, pertumbuhan anak dengan keadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
b. VSD sedang - sangat besar : diameter lebih dari setengah ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
a. VSD kecil : diameter sekitar 1-5 mm, pertumbuhan anak dengan keadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
b. VSD sedang - sangat besar : diameter lebih dari setengah ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
B.
Etiologi
Kelainan ini merupakan kelainan
terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah
antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya
congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.VSD lebih sering ditemukan
pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada
anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali
menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang
lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa
ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
Factor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
2. Gizi ibu hamil yang buruk, Ibu yang alkoholik
3. Usia ibu diatas 40 tahun
4. Ibu menderita diabetes.
Factor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
2. Gizi ibu hamil yang buruk, Ibu yang alkoholik
3. Usia ibu diatas 40 tahun
4. Ibu menderita diabetes.
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung
bawaan penyebabnya adalah multi factor. Factor yang berpengaruh adalah
1. Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu ( rubella,IDDM ), ibu hamil dengan alkoholik
2. Faktor endogen : penyakit genetik (dowm sindrom)
1. Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu ( rubella,IDDM ), ibu hamil dengan alkoholik
2. Faktor endogen : penyakit genetik (dowm sindrom)
C.
Patofisiologi
Darah
arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui
defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat
darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan
bising. Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin
besar defek, semakin banyak darah masuk ke arteri pulmonalis. Tekanan yang
terus-menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan menaikan tekanan pada
kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini masih reversibel (belum ada
perubahan pada endotel dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru), tetapi
kemudian pembuluh darah paru menjadi sklerosis dan akan menyebabkan naiknya
tahanan yang permanen. Bila tahanan pada arteri pulmonalis sudah tinggi
danpermanen, tekanan pada ventrikel
kanan juga jadi tinggi dan permanen. VSD ditandai dengan adanya hubungan septal
yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke
kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm.
Kira – kira 20% dari defek ini pada anak adalah defek sederhana,
banyak diantaranya menutup secara spontan. Kira – kira 50 % - 60% anak – anak menderita defek
ini memiliki defek sedang dan menunjukkan gejala pada masa
kanak – kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan dengandefek jantung
lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikei kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkannaiknya tahanan vaskular pulmonar.
3. Jika tahanan pulmonar ini besar, tekananventrikel kanan meningkat menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskinoksigen dari ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( syndrome isenmenger).
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikei kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkannaiknya tahanan vaskular pulmonar.
3. Jika tahanan pulmonar ini besar, tekananventrikel kanan meningkat menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskinoksigen dari ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( syndrome isenmenger).
Adanya defek pada ventrikel,
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resestensi sirkulasi arteri
sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek
septum. Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh
darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya
shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan
mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan sehingga akan
berdampak pada peningkatan workload sehingga atrium kanan tidak dapat
mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan
untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak
sempurna
D.
Manifestasi
Klinis
VSD Kecil :
1. Tidak
memperlihatkan keluhan.
2. Pertumbuhan
perkembangan pada umumnya normal.
3. Bising
jantung biasanya terdeteksi umur 2-6 bulan.
3. Pada
auskultasi biasanya bunyi jantung normal.
4. Defek
muskular ditemukan bising sistolik dini,pendek, dan mungkin didahului oleh
early sistolik click.
5. Ditemukan
bising pansistolik di sela iga 3 – 4 garis sternal kemudian menjalar
sepanjang garis sternum kiri bahkan ke seluruh prekordium.
VSD Sedang :
Pada Bayi :
1. Sesak
nafas pada waktu makan dan minum atau tidak mampu menghabiskan makanan dan
minumnya.
2. Peningkatan
berat badannya terhambat.
3. Seringkali
menderita infeksi paru yang memerlukan waktu yang lama untuk sembuh.
4. Gagal
jantung mungkin terjadi sekitar 3 bulan.
5. Fisik
bayi tampak kurus dengan dyspnoe-takipnoe serta retraksi sela iga. Pada
pasien besar dapat terjadi penonjolan dada.
VSD Besar :
1. Gejala
dan gagal jantung sering terlihat.
2. Pasien
tampak sesak,pada saat istirahat kadang pasien biru,gagal tumbuh dan
banyak keringat.
3. Sering
terkadi infeksi saluran nafas bagian bawah.
4. Aktifitas
prekardium meningkat.
5. Bising
yang terdengar nada rendah,pansistolik dan tidak terlokalisir.
6. Gejala
sering timbul setelah minggu ke 3 sampai dengan minggu ke 4 pada saat
resistensi paru sudah menurun.
VSD dengan resistensi
paru tingi atau Sindrom Eisenmenger :
1. Terlihat
dada menonjol akibat pembesaran ventrikel kanan yang hebat.
2. Terjadi
pirau terbalik dari kanan ke kiri sehingga pasien sianotik.
3. Sering
terjadi batuk dan infeksi saluran nafas berulang
4. Terjadi
gangguan pertumbuhan yang makin hebat.
5. Terlihat
adanya jari-jari tabuh.
6. Pada
pemeriksaan auskultasi,bunyi jantung dengan split yang sempit.
7. Pada
pemeriksaan palpasi,hepar terasa besar akibat bendungan sistemik.
E.
Komplikasi
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan PVMsesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi PVODmaka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akanmembesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Gagal jantung
8. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
9. Aritmia
10. Henti jantung
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan PVMsesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi PVODmaka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akanmembesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Gagal jantung
8. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
9. Aritmia
10. Henti jantung
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1. EKG :Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :
1. EKG :Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :
·
Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadang-kadang di
jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran perikardial atau peningkatan
ringan gelombang R di V5 dan V6.
·
Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat
pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan arteri
pulmonal.
·
Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi
ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri dan
kanan disertai deviasi aksis ke kanan (RAD).Defek septum ventrikel membranous
inlet sring menunjukkan deviasi aksis ke kiri. (LAD)
2.
Gambaran Radiologi Thorax :
·
Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal
dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.
·
Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus
pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru meningkat.
·
Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma
eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan vaskularisasi paru
yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di perifer
3. Echocardiografi :
·
Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua dimensi
doppler.Pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar dan arah pirau.
·
Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua
dimensi defek kecil sulit dideteksi.
· Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
· Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
·
Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya
pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.
G.
Penatalaksanaan
Medis
1. Umum
1. Umum
a.
Tirah baring, posisi setengah duduk.
Pengurangan aktivitas fisik merupakan sandaran utama pengobatan gagal jantung dewasa,
namun sukar pada anak. Olahraga kompetitif, yang memerlukan banyak tenaga atau
isometrik harus dihindari, namun tingkat kepatuhan anak dalam hal ini sangat
rendah. Jika terjadi gagal jantung berat, aktivitas fisik harus sangat
dibatasi. Saat masa tirah baring seharian, sebaiknya menyibukkan mereka dengan
kegiatan ringan yang mereka sukai yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur
(menghindari anak berteriak-teriak tidak terkendali). Sedasi kadang
diperlukan: luminal 2-3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.
b.
Penggunaan oksigen.
Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita
gagal jantung dengan edema paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari
kanan ke kiri yang mendasari dengan hipoksemia kronik.(3) Diberikan oksigen
30-50%dengan kelembaban tinggi supaya jalan nafas tidak kering dan
memudahkansekresi saluran nafas keluar.2 Namun, oksigen tidak mempunyai peran
padapengobatan gagal jantung kronik.
c.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan dan elektrolit.
d.
Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar
70-80% (2/3) dari kebutuhan. Sebelum ada agen diuretik kuat, pembatasan diet
natrium memainkan peran penting dalam penatalaksanaan gagal jantung. Makanan
rendah garam hampir selalu tidak sedap, lebih baik untuk mempertahankan diet
adekuat dengan menambah dosis diuretik jika diperlukan. Sebaiknya
tidak menyarankan untuk membatasi konsumsi air kecuali pada gagal jantung
yang parah.
e.
Diet makanan berkalori tinggi
Bayi yang sedang menderita gagal jantung kongestif banyak
kekurangan kalori karena kebutuhan metabolisme bertambah dan pemasukan kalori
berkurang. Oleh karena itu, perlu menambah kalori harian. Sebaiknya memakan
makanan berkalori tinggi, bukan makanan dengan volume yang besar karena anak
ini ususnya terganggu. Juga sebaiknya makanannya dalam bentuk yang agak cair
untuk membantu ginjal mempertahankan natrium dan keseimbangan cairan yang cukup
f.
Pemantauan hemodinamik yang ketat
Pengamatan dan pencatatan secara teratur terhadap denyut
jantung, napas,nadi, tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena sentralis,
kelainan paru, derajat edema, sianosis, kesadaran dan keseimbangan asam basa
g.
Hilangkan faktor yang memperberat (misalnya demam, anemia,
infeksi) jika ada.Peningkatan temperatur, seperti yang terjadi saat
seorang menderitademam, akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung,
kadang-kadangdua kali dari frekuensi denyut normal. Penyebab pengaruh ini
kemungkinankarena panas meningkatkan permeabilitas membran otot ion
yangmenghasilkan peningkatan perangsangan sendiri. Anemia dapat
memperburuk gagal jantung, jika Hb < 7 gr % berikan transfusi PRC.
Antibiotika seringdiberikan sebagai upaya pencegahan terhadap miokarditis/
endokarditis,mengingat tingginya frekuensi ISPA (Bronkopneumoni) akibat udem
parupada bayi/ anak yang mengalami gagal jantung kiri.12 Pemberian
antibiotikatersebut boleh dihentikan jika udem paru sudah teratasi. Selain itu,
antibiotikaprofilaksis tersebut juga diberikan jika akan dilakukan
tindakan-tindakan khusus misalnya mencabut gigi dan operasi. Jika seorang anak
dengan gagal jantung atau kelainan jantung akan dilakukan operasi, maka tiga
hari sebelumnya diberikan antibiotika profilaksis dan boleh dihentikan tiga
harisetelah operasi.
h.
Penatalaksanaan diit pada penderita yang disertai
malnutrisi,Memberikan gambaran perbaikan pertumbuhan tanpa memperburuk
gagal jantung bila diberikan makanan pipa yang terus-menerus.Karena
penyebab gagal jantung begitu bervariasi pada anak, maka sukaruntuk membuat
generalisasi mengenai penatalaksanaan medikamentosa. Walaupun demikian,
dipegang beberapa prinsip umum. Secara farmakologis, pengobatan adalah
pendekatan tiga tingkat, yaitu:
1)
Memperbaiki kinerja pompa jantung
2)
Mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan
3)
Mengurangi beban kerja
Pendekatan pertama
adalah memperbaiki kinerja pompa denganmenggunakan digitalis, jika gagal
jantung tetap tidak terkendali maka digunakandiuretik (pegurangan prabeban)
untuk mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan.
Jika kedua cara tersebut tidak efektif, biasanya dicoba penguranganbeban kerja
jantung dengan vasodilator sistemik (pengurangan beban pasca). Jikapendekatan
ini tidak efektif, upaya lebih lanjut memperbaiki kinerja pompa jantung
dapat dicoba dengan agen simpatomimetik atau agen inotropik positif lain.
Jika tidak ada dari cara-cara tersebut yang efektif, mungkin
diperlukantransplantasi jantung. Untuk menilai hasilnya harus ada pencatatan
yang teliti danberulangkali terhadap denyut jantung, napas, nadi, tekanan
darah, berat badan,hepar, desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema,
sianosis, dan kesadaran.
2.
Pembedahan
Pada
VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada keadaan
menderita gagal jantung, dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada
anemia diberi transfuse eritrosit selanjutnya diteruskan dengan terapi besi.
Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan
dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
Pada
VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen: operasi paliatif atau operasi
koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami aterosklerosis.
Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan
akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan
tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
a.
Antibiotic
profilaksis à mencegah endokarditis pada tindakan tertentu
b.
Penanganan
gagal jantung jika terjadi operasi pada umur 2-5 tahun
c.
Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien
dalam keadaan baik, BB 15 kg. Bila sudah
terjadi sindrom Eisenmenger maka tidak dapat dioperasi. Sindrom Eisenmenger
diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel
kanan sama dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya
telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit vaskuler
pulmonal
d.
Penatalaksanaan bedah: Perbaikan defek septum ventricular
Perbaikan dini lebih
disukai jika defeknya besar. Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin
memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan atau
penyatuan arteri pulmoner jika mereka tidak dapat distabilkan secara medis.
Karena kerusakan yang ireversibel akibat penyakit vaskular paru, pembedahan
hendaknya tidak ditunda sampai melewati usia pra sekolah atau jika terdapat
resistensi vaskular pulmoner progresif. Dilakukan sternotomi median dan bypass
kardiopulmoner, dengan penggunaan hipotermia pada beberapa bayi. Untuk
defek membranosa pada bagian atas septum, insisi atrium kanan memungkinkan
dokter bedahnya memperbaiki defek itu dengan bekerja melalui katup trikuspid.
Jika tidak, diperlukan ventrikulotomi kanan atau kiri. Umumnya Dacron atau
penambal perikard diletakkan di atas lesi, meskipun penjahitan langsung juga
dapat digunakan jika defek tersebut minimal. Pengikatan yang dilakukan tadi
diangkat dan setiap deformitas karenanya diperbaiki. Respon bedah harus
mencakup jantung yang secara hemodinamik normal, meskipun kerusakan yang
disebabkan hipertensi pulmoner itu bersifat irreversibel. Berikut ini adalah
komplikasi darigangguan tersebut :
1)
Kemungkinan insufisiensi aorta (terutama jika sudah ada sebelum
pembedahan
2)
Aritmia
Ø Blok cabang ikatan
kanan (ventrikulotomi kanan)
Ø Blok jantung
3)
Gagal jantung kronik, terutama pada anak dengan hipertensi
pulmoner dan ventrikulotomi kiri
4)
Perdarahan
5)
Disfungsi ventrikel kiri
6)
Curah jantung rendah
7)
Kerusakan miokardium
8)
Edema pulmoner
3.
Non bedah
Menutup
defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung diperlukan pada :
·
VSD kecil dan sedang yang diduga ada peningkatan tahanan paru.
·
VSD besar dan atau gagal jantung.
Tujuan kateterisasi
jantung
terutama untuk mengetahui :
Ø Jumlah defek.
Ø Evaluasi besarnya pirau.
Ø Evaluasi tahanan
vaskular paru.
Ø Evaluasi beban kerja
ventrikel kanan dan kiri.
Ø Mengetahui defek lain
selain VSD.
Kateterisasi jantung
kanan untuk mengukur tekanan dan saturasi pada aliran darah pulmonal sedangkan
kateterisasi jantung kiri untuk aliran darah sistemik.
4.
Farmakologi
a.
Vasopresor atau vasodilator adalah obat-obat yang dipakai untuk
anak dengan defek septum ventricular dan gagal jantung kronik berat
b. Dopamine (intropin)
memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah
jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit sekali
atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolic, digunakan untuk mengobati
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
c. Isoproterenol
(isuprel) memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung,
menurunkan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan
sistolik
H.
Penatalaksanaan
Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian Umum
1. Ukur barat badan,panjamg badan,lingkar kepala secara teratur.
2. Gambarkan secara umum ukuran dan bentuk tubuh,postur saat istirahat,adanya edema dan lokasi.
3. Bentuk wajah untuk melihat kelainan seperti : Syndrome Down.
1. Ukur barat badan,panjamg badan,lingkar kepala secara teratur.
2. Gambarkan secara umum ukuran dan bentuk tubuh,postur saat istirahat,adanya edema dan lokasi.
3. Bentuk wajah untuk melihat kelainan seperti : Syndrome Down.
- Pengkajian Pernafasan
- Gambarkan bentuk dada,simetris,adanya insisi,selang di dada atau penyimpa ngan lain.
- Gambarkan penggunaan otot-otot pernafasan tambahan : gerakan cuping hidung,retraksi sub sternal dan interkostal atau sub clavia.
- Tentukan rata-rata pernafasan dan keteraturannya.
- Auskultasi dan gambarkan bunyi nafas,kesamaan bunyi nafas,berkurangnya / tidak adanya udara nafas,stridor,crakles,wheezing.
- Gambarkan adanya tangisan bila tidak di intubasi.
- Bila diintubasi catat ukuran pipa endotrakeal,jenis dan setting ventilator.
- Ukur saturasi oksigen dengan menggunakan oximetri pulse dan analisa gas darah.
Pengkajian Kardiovaskular
1. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
2. Gambarkan bunyi jantung termasuk murmur.
3. Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ),poin dimana bunyi jantung terdengar paling keras.
4. Tentukan tekanan darah.Sebutkan ekstremitas yang digunakan dan ukuran yang dipakai.
Pemeriksaan tidak boleh lebih dari 1 kali.
5. Kaji warna kuku,membran mukosa bibir.
6. Gambarkan warna bayi atau anak ( mungkin dapat menunjukkan latar belakang masalah
jantung,pernafasan atau darah ).Sianosis,pucat,jaundice, mouting,
7. Gambarkan nadi perifer,pengisian kapiler ( kurang dari 3 detik )
8. Pastikan monitor,parameter dan alarm posisi “On”
1. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
2. Gambarkan bunyi jantung termasuk murmur.
3. Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ),poin dimana bunyi jantung terdengar paling keras.
4. Tentukan tekanan darah.Sebutkan ekstremitas yang digunakan dan ukuran yang dipakai.
Pemeriksaan tidak boleh lebih dari 1 kali.
5. Kaji warna kuku,membran mukosa bibir.
6. Gambarkan warna bayi atau anak ( mungkin dapat menunjukkan latar belakang masalah
jantung,pernafasan atau darah ).Sianosis,pucat,jaundice, mouting,
7. Gambarkan nadi perifer,pengisian kapiler ( kurang dari 3 detik )
8. Pastikan monitor,parameter dan alarm posisi “On”
Pengkajian
gastrointestinal
1. Tentukan adanya distensi abdomen,meningkatnya lingkar perut,kulit yang terang ( bright ),adanya eritema dinding abdomen,tampaknya peristaltik, bentuk usus yang dapat dilihat,status umbilikus..
2. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi,waktu yang berhubungan dengan pemberian makan,bila memakai NGT tentukan karakter,jumlah residu,warna, konsisten,PH vairan lambung.
3. Palpasi area hati.
4. Gambarkan bising usus,ada atau tidak ada.
5. Gambarkan jumlah,warna,konsistensi feces.
1. Tentukan adanya distensi abdomen,meningkatnya lingkar perut,kulit yang terang ( bright ),adanya eritema dinding abdomen,tampaknya peristaltik, bentuk usus yang dapat dilihat,status umbilikus..
2. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi,waktu yang berhubungan dengan pemberian makan,bila memakai NGT tentukan karakter,jumlah residu,warna, konsisten,PH vairan lambung.
3. Palpasi area hati.
4. Gambarkan bising usus,ada atau tidak ada.
5. Gambarkan jumlah,warna,konsistensi feces.
Pengkajian genitourinari
1. Gambarkan bentuk abnormal dari genetalia.
2. Gambarkan jumlah ( ditentukan oleh berat badan ), PH dan berat jenis untuk menggambarkan status cairan.
3. Timbang berat badan ( tindakan yang paling sering dilakukan untuk mengkaji status cairan.
1. Gambarkan bentuk abnormal dari genetalia.
2. Gambarkan jumlah ( ditentukan oleh berat badan ), PH dan berat jenis untuk menggambarkan status cairan.
3. Timbang berat badan ( tindakan yang paling sering dilakukan untuk mengkaji status cairan.
Pengkajian
neuromuskuloskeletal
1. Gambarkan gerakan bayi : random,bertujuan,twitching,spontan,tingkat akti fitas dengan stimulasi,evaluasi saat kehamilan dan persalinan.
2. Gambarkan sikap dan posisi bayi/anak : fleksi ayau ekstensi.
3. Observasi reflek moro,sucking,babinski,plantar dan reflek lain yang diharapkan.
4. Tentukan tingkat respon.
5. Gambarkan adanya perubahan pada lingkar kepala ( bila ada indikasi ) ukuran, tahanan fontanel, dan garis sutura.
6. Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
1. Gambarkan gerakan bayi : random,bertujuan,twitching,spontan,tingkat akti fitas dengan stimulasi,evaluasi saat kehamilan dan persalinan.
2. Gambarkan sikap dan posisi bayi/anak : fleksi ayau ekstensi.
3. Observasi reflek moro,sucking,babinski,plantar dan reflek lain yang diharapkan.
4. Tentukan tingkat respon.
5. Gambarkan adanya perubahan pada lingkar kepala ( bila ada indikasi ) ukuran, tahanan fontanel, dan garis sutura.
6. Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
Pengkajian kulit
1. Gambarkan beberapa perubahan warna,daerah kemerahan,tanda iritasi,abrasi, khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau alat yang lain kontak dengan bayi/anak,juga observasi dan catat bahan yang digunakan untuk perawatan kulit.
2. Tentukan tekstur dan turgor kulit : kering,lembut, dan lain-lain.
3. Gambarkan adanya rash,luka kulit atau tanda lahir.
4. Gambarkan kateter infus dan jarum yang digunakan dan observasi adanya tana infiltrasi.
5. Gambarkan adanya infus parenteral : lokasi;arteri,vena perifer, umbilical, sentral. Jenis infus (bat, saline, dektrose, elektrolit, lemak, TPN ).
1. Gambarkan beberapa perubahan warna,daerah kemerahan,tanda iritasi,abrasi, khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau alat yang lain kontak dengan bayi/anak,juga observasi dan catat bahan yang digunakan untuk perawatan kulit.
2. Tentukan tekstur dan turgor kulit : kering,lembut, dan lain-lain.
3. Gambarkan adanya rash,luka kulit atau tanda lahir.
4. Gambarkan kateter infus dan jarum yang digunakan dan observasi adanya tana infiltrasi.
5. Gambarkan adanya infus parenteral : lokasi;arteri,vena perifer, umbilical, sentral. Jenis infus (bat, saline, dektrose, elektrolit, lemak, TPN ).
Temperatur
1. Gambarkan suhu kulit dan axilla.
2. Gambarkan hubungan dengan suhu lingkungan.
Faktor Prenatal
1. Ibu menderita infeksi : rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit diabetes yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
1. Gambarkan suhu kulit dan axilla.
2. Gambarkan hubungan dengan suhu lingkungan.
Faktor Prenatal
1. Ibu menderita infeksi : rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit diabetes yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
Faktor Genetik
1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
2. Ayah / ibu menderita PJB.
3. Kelainan kromosom misalnya Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
2. Ayah / ibu menderita PJB.
3. Kelainan kromosom misalnya Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
2. Inroleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
5. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap keadaan post op
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
7. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin jantung
8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op
9. Resiko komplikasi
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
2. Inroleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
5. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap keadaan post op
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
7. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin jantung
8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op
9. Resiko komplikasi
Rencana
Keperawatan (Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi, Rasional
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Intervensi
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Intervensi
a. Monitor
tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang
sama dan didokumentasikan dalam bentuk grafik
Rasional: mengetahui perubahan berat badan
b. Anjurkan
anak untuk berisitirahat dan hindarkan gangguan pada saat tidur
Rasional: tidur dapat
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Inroleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh
tubuh dan suplai oksigen ke sel
intervensi
a. Anjurkan
klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan
Rasional: melatih klien
agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya
b. Bantu
klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan
Rasional: melatih klien
agar dapat toleran terhadap aktifitas
c. Berikan
periode istirahatsetelah melakukan aktifitas
Rasional: mencegah
kelelahan berkepanjangan
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan anak
Intervensi
a. Hindarkan
kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien
Rasional: menghindari
kelelahan pada klien
b. Libatkan
keluarga dalam pelaksanaan aktivitas klien
Rasional: klien
diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan latihan aktifitas
c. Hindarkan
kelelahan yang sangat ketika makan
Rasional: jika
kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan lebihmudah diterima dan nutrisi
dapat terpenuhi
d. Sediakan
diet yang seimbang, tinggi nutrisi
Rasional: untuk
mencapai pertumbuhan yang adekuat
e. Jangan
batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan
Rasional: anak yang
mendapat terapi diuretic akan kehilangan cairan cukup banyak sehingga secara
fisiologis akan merasa sangat haus
4. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
Intervensi
a. Observasi
kulit dan kekuatan denyut jantung, nadi perrifer, warna dan keehangatan kulit
Rasional: memberikan
data untuk evaluasi intervensi dan memungkinkan deteksi dini terhadap adanya
komplikasi
b. Tegakkan
derajat cianosis (missal: warna membrane mukosa derajat finger)
Rasional: mengetahui
perkembangan kondisi klien serta menentukan intervensi yang tepat selanjutnya
c. Berikan
obat-obat digitalis sesuai indikasi
Rasional: memperkuat
kontraktilitas otot jantung sehingga cardiac output meningkat/
sekurang-kurangnya klien bias beradaptasi dengan keadaan
d. Berikan
obat-obat diuretic sesuai indikasi
Rasional:mengurangi
timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung menjadi lebih
ringan
5. Cemas
berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap keadaan post op
Intervensi:
Intervensi:
a. Orientasikan
klien dengan lingkungan
b. Jelaskan
keadaan fisiologis pada klien post op
6. Resiko
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
Intervensi
a. Berikan
respirasi support (24 jam post op)
b. Lakukan
analisa gas darah
c. Berikan
chest terapid
d. Batasi
cairan
e. Lakukan
cairan suction trache bronch
7. Resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin
jantung
Intervensi
Intervensi
a. Batasi
cairan
b. Monitor,
catat intake dan output
c. Monitor
tanda-tanda penurunan cairan dari drain toraks pada 4-6 jam pertama, tidak
lebih dari 200 cc/ jam
8. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op
Intervensi
a. Periksa
sternotomi
b. Catat
lokasi dan lamanya nyeri
c. Bedakan
nyeri insisi dan angina
d. Kolaborasi
dengan dokter dengan memberikan obat-obat analgetik
9. Resiko
komplikasi
Intervensi:
a. Berikan
keluarga pendidikan kesehatan dalam rangka persiapan pulang/ rehabbilitasi
b. Diskusikan
tentang penyakit klien selama fase penyembuhan
c. Tingkatkan
aktifitas secara bertahap
d. Berikan
diet rendah garam
e. Timbang
BB setiap hari
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lebih dari
90% kasus penyakit
jantung bawaan penyebabnya
adalah
multifaktor. Ventrikel
septum defek ditandai dengan
adanya hubungan septal
yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, yang biasanya dari
kiri ke kanan.
Pada anak dengan ventrikel septum
defek sederhana gambaran klinisnya
dapat meliputi
adanya murmur, intoleransi
latihan ringan, keletihan,
dispnue
selama
beraktivitas dan infeksi saluran nafas yang berulang ± ulang dan berat. Keseriusan gangguan
ini tergantung dari
pada ukuran dan
derajat hipertensi
pulmonar, jika
anak asimptomatik masih tidak diperlukan pengobatan tetapi jika
timbul gagal jantung kronik diperlukan untuk penutupan defek atau pembedahan.
Resiko bedah kira-kira 3 % idealnya pada anak umur 3 sampai 5 tahun.
B.
Saran
1.
Mahasiswa
diharapkan lebih memahami konsep dari ventrikel septum defek sebagai dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
2.
Mahasiswa harus mampu memberikan penjelasan atas pemahaman tentang penyakit kelainan pada jantung, khususnya pada kelainan VSD (Ventrical Septum Defek).
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Anak 2, Bagian ilmu Kesehatan FKUI, Staf
pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.
Judith M. Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keparawatan
dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, edisi 7 jakarta, EGC, 2007.
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan
Pediatri, Edisi 3, Jakarta : EGC, 2002.
No comments:
Post a Comment