KONSEP DASAR
PENGERTIAN
KECEMASAN
Kecemasan adalah
perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan kemungkinan
peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa
dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai “mengerikan”( Sivalitar,
2007 ).
Kecemasan adalah
sesuatu yang menimpa hampuir setiap orang pada waktu tertentu dalam
kehidupannya. Kecemasan meruakan suatu reaksi normal terhadap situasi yang
sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama.
Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung gejala- gejala lain dari berbagai
gangguan emosi. ( Savitri, 2003 )
Kecemasan merupakan suatu “ tanda bahaya
“ yang membuat orang yang bersangkutan waspada dan bersiap diri melakukan upaya
untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal tidak jelas dan
konfliktual.(Kartijo, 2002)
Kecemasan adalah
perasaan yang tidak jelas tentang kepribadian dan khawatir karena ancaman pada
sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
Kecemasan adalah sebab
dari resepsi dimana terdapat konflik emosional antara id dan super ego (Freund,
2002).
PENYEBAB
KECEMASAN
A. Faktor
predisposisi
1)
Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari
tiga elemen yaitu ide, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan
impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator
antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional antara
id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya
yang perlu diatasi.
2)
Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan
seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak
berhahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah
untuk mengalami kecemasan
3)
Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk menghindarkan rasa sakit.
Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupanya dihadapkan pada
rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat
pada kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya
4)
Teori Biologis
Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk
benzo diazepine reseptor ini membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino
butirikgamma neuro regulator juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi reseptor.
Menurut W. B. Cannon sentrum-sentrum dalam otak yang
diduga mempunyai pengaruh penting dalam masalah emosi adalah hipotalamus
retikuler aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi dari sisteni aktivasi
retikuler adalah untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak untuk rangsangan
yang akan datang. Sistem limbik adalah bagian dari otak yaitu viceral brain
(otak dalam) yang merupakan kesatuan integritas dan menerima impuls dari organ
tubuh. Impuls dan viceral dapat sampai ke korteks melalui sistem limbik. Salah
satu aspek yang penting dalam penyaluran impuls adalah zat-zat Catecholamines
Neurotransmitter tidak secara homogen tersebar di seluruh otak akan tetapi
berkonsentrasi di bagian-bagian otak tertentu.
Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan
bahwa kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar
adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan diperhatikan
tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.
Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmitter
meningkat, dia akan merasakan suatu emosi (menangis, tertawa, takut. dan
cernas) dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang dapat sebagai
predisposisi kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya mcnurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
B. Faktor
Presipitasi
1)
Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
terhadap kebutuhan dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi
lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor
internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem kekebalan,
pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
2)
Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri
dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran.
Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik,
tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
3)
Faktor Lain Menurut Model Integritas
Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk
menyelamatkan dari stimulus yang mengancam adalah dengan cara menghindar.
Individu lahir mempunyai sistem saraf otonom yang
lebih peka terhadap ancaman atau stressor.
Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari
pengalaman mungkin dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada
dasarnya akan menimbulkan kecemasan.
Ketidakmampuan mengatasi situasi berbaya dengan
adaptif bisa menimbulkan kecenderungan untuk berespon terhadap kecemasan.
Fungsi kognitif dapat berkesinambungan yang berfokus
pada kecemasan sehingga fungsi tersebut mempunyai antisipasi untuk menahan
stimulus yang menimbulkan kecemasan.
Seseorang mungkin lebih mudah terancam rasa amannya
terutama trauma intelegensi dan mawas diri.
TINGKAT
KECEMASAN
Menurut Stuart and Sundeen, 1991,
tinngkat kecemasan dibagi empat, yaitu :
1. Kecemasan
Ringan
Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan kreativitas.
2. Kecemasan
Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah
3. Kecemasan
Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada orang lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena
mengalami kehilangan kendali Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian,
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.
KARAKTERISTIK
TINGKAT KECEMASAN
1. Kecemasan
Ringan
Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, gejala ringan berkeringat.
Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima
rangsang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang,
tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan
Sedang
Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole,
tekanan darah meningkat. Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah
Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu
menerima rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya
Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak,
meremas tangan,bicara lebih banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak
aman
3. Kecemasan
Berat
Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah
meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat,
verbalisasi cepat.
4. Kecemasan
Panik
Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi
sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.
Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak
dapat berpikir logis.
Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah
ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.
UKURAN
SKALA KECEMASAN
Ukuran skala kecemasan
rentang respon kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang ada dengan
menggunakan Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991) dengan
skala HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :
Perasaan Cemas meliputi
Cemas, takut, mudah tersinggung dan firasat buruk
Ketegangan meliputi
lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah terkejut dan mudah menangis
Ketakutan meliputi akan
gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian lalulintas,
kerumunan orang banyak
Gangguan Tidur meliputi
sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangun lesu, sering mimpi buruk,
dan mimpi menakutkan
Gangguan kecerdasan
meliputi daya ingat buruk
Perasaan depresi
meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesenangan
pada hobi, perasaan berubah – ubah sepanjang hari
Gejala somatic meliputi
nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara tidak stabil
Gejala Sensorik
meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas,
perasaan di tusuk – tusuk
Gejala kardiovakuler
meliputi tachicardi , berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa
lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap
Gejala Pernapasan
meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas pendek atau
sesak, sering menarik napas panjang
Gejala Saluran
Pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah, enek, konstipasi,
perut melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, rasa panas di perut, berat badan menurun, perut terasa panas
atau kembung
Gejala Urogenital meliputi
sering kencing, tidak dapat menahan kencing
Gejala Vegetatif atau
Otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah berkeringat , sering pusing
atau sakit kepala, bulu roma berdiri
Perilaku sewaktu wawancara meliputi
gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang,
tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah
Adapun cara penilaiannya adalah dengan
sistem scoring yaitu :
Nilai 0 = Tidak ada gejala
Nilai 1 = Gejala Ringan (Satu gejala
dari pilihan yang ada)
Nilai 2 = Gejala Sedang (separo dari
gejala yang ada)
Nilai 3 = Gejala Berat (Lebih dari
separo gejala yang ada)
Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (Semua
gejala ada)
Bila :
Skor kurang dari 14 = Tidak ada
kecemasan
Skor 14 - 20 = Kecemasan ringan
Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang
Skor 28 – 41 = Kecemasan berat
Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali
MEKANISME
KOPING
Ketika mengalami
kecemasan individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dalam bentuk ringan, mekanisme koping, dapat diatasi dengan
menangis. tidur. tertawa, olah raga, melamun, dan merokok. Namun bila bentuknya
lebih berat seperti panik, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara
konstruktif merupakan awal penyebab perilaku patologis yang mengancam ego
dimana individu menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman
tersebut.
Mekanisme koping
seseorang yang digunakan untuk mengatasi kecemasan ringan biasanya akan
digunakan juga apabila mengalami kecemasan yang lebih berat. Kecemasan sedang
dan berat dapat menimbulkan mekanisme koping sebagai berikut :
1. Reaksi
Orientasi
Pemecahan masalah secara sadar yang berorientasi
terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistik,
dapat berupa konstruktif atau destruktif :
Perilaku menyerang (agresif), biasanya untuk
menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan
sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara
melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
2. Mekanisme
Pertahanan Ego
Membantu seseorang; untuk mengatasi kecemasan ringan
dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak
sadar untuk memper tahankan keseimbangan.
FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN
Tidak semua kecemasan
dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat normal
Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut
Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :
1. Faktor
Internal
a.
Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan
bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan,
reasurance dan nasehat- nasehat.
b.
Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman
menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap
stres yang bertapun sebagai masalah yang bisa diseleseikan. Tiap pengalaman
merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari pengalaman dapat meningkatkan
ketrampilan menghadapi stres.
c.
Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang
akan menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang datang mengganggu.
2. Faktor
Eksternal
a.
Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan
kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri
dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
diri akan banyak menolong individu tersebut.
b.
Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa
tidak mampu untuk menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan
mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang ada.
c.
Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan
menyebabkan individu tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila
hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya terbatas.
d.
Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga,
peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan
anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi
suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stres suaminya.
e.
Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang
tergolong dalam kelompok anti ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat
mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.
f.
Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta
lingkungan sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi
stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan tukar pendapat dengan orang
disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi stres yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedure
penelitian suatu pendekatan Praktek. Jogya : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini. (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Aziz Alimul H,S. kwp, Ners. (2003).
Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Adikusuma. (1999). Penatalaksanaan
Stres.http://www.kabefarma.com 123.htm (diakses 5 maret 2007)
Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko
Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.
Burns & Grove (1999), Metodology
Research . Jakarta : Rineka Cipta
Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan
Edisi III. Jakarta.EGC
Departemen kesehatan dan Kesejahteraan
sosial Republik Indonesia. 2008. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Timur
Freund, Sigmund. (2002). Psicoanalis A
General Intruduction to Psicoanalisis
Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga
pernafasan Bio Energy Power terhadap derajat Ansietas dan depresi,www/http:
bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses 8 pebrruari 2007)
Mocthar, Rustam. (1998). Sinopsis
Obstetri Jilid I Ed. 2. Jakarta : EGC
Manuaba, (1998), Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Notoatmojo, Soekidjo (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2000). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam dan Pariani. (2001). Metodologi
Riset Keperawatan. Jakarta: S.Agung Seto.
Nuryanto, 2008. Kecemasan dalam
Persalinan. Jakarta : EGC.
Santoso, Singgih. (2001).Buku Latihan
SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gremedia
Sugiono. (2005). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabet
Suhaeni. (2009). Kecemasan dalam
Persalinan. Jakarta : EGC.
Susenas, (2006). Buku Peran Bidan Dalam
Menolong Persalinan. Jakarta : Rineka Cipta.
Stuart & Sundeen (1991), Buku saku
keperawatan jiwa,buku kedokteran jiwa. Jakarta EGC
Sivalintar,2007,Rasa takut dan Ansietas,
www//http:sivalintar.com.ansietas.htm (diakses 28 pebruari 2007)
Savitri,2003. Kecemasan.Jakarta. Pustaka
Popular Obor.
No comments:
Post a Comment