BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah
disepakati berdasarkan pada hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, dan
didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu
ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, dan memiliki empat
tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan
yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun
hakekat keperawatan adalah sebagai berikut: pertama, sebagai ilmu dan seni.
Kedua, sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan. Ketiga, mempunyai
tiga sasaran dalam pelayanan keperawatan (individu, keluarga dan masyarakat).
Keempat, pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan.
(Hidayat, 2008)
Berdasarkan
penggunaan asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan, maka keperawatan dapat
dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi tenaga kesehatan yang
lainnya. Keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karena memiliki : pertama, Landasan ilmu pengetahuan yang
jelas (scientific nursing). Kedua, Memiliki kode etik Profesi. Ketiga, Memiliki lingkup dan wewenang
praktek keperawatan berdasarkan standar praktik keperawatan atau standar asuhan
keperawatan yang bersifat dinamis. Keempat,
Memiliki organisasi profesi. Di dalam kode etik keperawatan Indonesia ada
tanggung jawab perawat dan profesi bahwa perawat mempunyai peran utama dalam
menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan nya
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. Sehingga dalam hal ini
profesi keperawatan memerlukan pendidikan yang khusus. (Hidayat, 2008)
Pendidikan keperawatan melalui sebuah
pendidikan yang khusus, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang menguasai
pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan serta memiliki dan menampilkan
sikap profesional. Untuk mencapai kemampuan tersebut harus dirancang strategi
belajar mengajar dalam bentuk pengalaman belajar praktek laboratorium dan
pengalaman belajar praktek klinik keperawatan. Salah satu bentuk pengalaman
yang perlu mendapat perhatian dalam
pengembangan dan pembinaan pendidikan keperawatan yang merupakan bentuk pengalaman belajar utama
dalam melaksanakan adaptasi proses belajar yaitu pengalaman belajar klinik.
Seperti yang terdapat dalam kurikulum program pendidikan diploma III keperawatan
memiliki lama studi 6 semester dengan batas
maksimal 10 semester. Kurikulum terdiri dari kurikulum
inti sebesar 96 SKS dan kurikulum institusional 14-24 SKS. Kurikulum inti terdiri dari teori 42 SKS (44 %), praktikum
dan klinik 56 SKS ( 56 %). Yang mempunyai pengalaman
belajar meliputi teori ( T ), praktikum ( P ) dan klinik (K) atau lapangan (L). Pengalaman belajar praktikum
merupakan prasyarat pengalaman belajar klinik, dimana mahasiswa melaksanakan
praktek di laboratorium terlebih dahulu dibawah bimbingan dosen untuk
selanjutnya belajar di klinik dibawah bimbingan instruktur klinik dan dosen.
Reilly dan Obermann dalam Nursalam
(2003) menyatakan bahwa pengalaman belajar klinik (Rumah sakit dan Puskesmas)
merupakan bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, karena
memberikan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa begaimana cara belajar yang
sesungguhnya. Kemudian Reilly menambahkan bahwa masalah nyata yang dihadapi di
lahan praktek membuat mahasiswa harus berespon terhadap tantangan dengan
mencari pengetahuan dan ketrampilan sebagai alternatif untuk menyelesaikannya. Mahasiswa mendapat
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan klinik yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara alamiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam keperawatan.
Pengalaman belajar klinik merupakan
salah satu pembelajaran yang sangat penting. Mahasiswa dapat melaksanakan teori
yang telah didapat dari proses belajar di dalam kelas. Berdasarkan hasil
pengamatan bahwa belajar praktek klinik
membutuhkan suatu adaptasi selain suasana baru, orang baru dan menghadapi klien
yang secara bio-psiko-sosio maupun spiritual harus di perhatikan dan juga
serangkaian tugas atau kompetensi yang harus dipenuhi yaitu tuntutan dari
program studi. setiap mahasiswa berbeda cara penyesuaiannya ada yang dapat
menyesuaikan dengan baik dan ada juga yang tidak dapat menyesuaikan hal ini
dapat menimbulkan stress.
Menurut Hans Selye dalam Hidayat (2008)
stress merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan
stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan
berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut
dapat mengalami stress. (Hidayat, 2008)
Respon
seseorang dalam menghadapi stress terdapat dua macam yaitu respon fisiologis
dan respon psikologis. Respon psikologis juga di sebut sebagai
mekanisme koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada
tugas dan mekanisme pertahanan ego. ( Perry & Potter, 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Juli
2011 terhadap mahasiswa semester II dan IV
Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi bahwa mahasiswa menyatakan mengalami stres ketika
dalam melaksanakan praktek klinik, sumber penyebab stress ini yaitu tindakan
yang mereka lakukan langsung terhadap klien dan menyangkut masalah nyawa
seseorang, merasa tidak percaya diri dalam melaksanakan tugas, takut melakukan
kesalahan, takut saat menghadapi klien yang sedang menghadapi sakaratul maut
dan takut terhadap perawat atau pegawai senior yang tidak bersahabat. Selain
itu setelah pulang kerumah banyak tugas yang harus dikerjakan seperti membuat Dokumen
Asuhan Keperawatan, Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan.
Berdasarkan uraian sebelumnya penting untuk diteliti
tentang Gambaran Umum Mekanisme Koping pada Mahasiswa Tingkat II dan III
Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam
Melaksanakan Praktik Belajar Lapangan di Rumah Sakit.
B.
Perumusan
dan Identifikasi Masalah
Dari
uraian di atas peneliti mengidentifikasi masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah
gambaran umum mekanisme koping pada mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi
D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik
belajar lapangan di Rumah Sakit?”
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
umum
Mengetahui
gambaran umum mekanisme koping pada Mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi
D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik
belajar lapangan di Rumah Sakit.
2.
Tujuan
khusus
Diketahuinya :
a.
Proporsi mahasiswa yang menggunakan
mekanisme koping yang berorientasi pada tugas
b.
Proporsi mahasiswa yang menggunakan
mekanisme koping pertahanan ego
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Pelayanan
Sebagai
bahan acuan bagi mahasiswa keperawatan
dalam menghadapi praktik lapangan di Rumah Sakit sehingga dapat
mempersiapkan diri sebelum melakukan praktik. Dan dapat menyiapkan suasana yang
kondusif untuk belajar.
2.
Pendidikan
Keperawatan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu ilmu baru dan bermanfaat bagi
dunia pendidikan sebagai suatu referensi tentang mekanisme koping yang
digunakan oleh mahasiswa dalam melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah
Sakit. Dan persiapan untuk proses belajar mengajar.
3.
Perkembangan
Ilmu Keperawatan
Diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk lebih meningkatkan
informasi mengenai praktik belajar lapangan di Rumah Sakit.
4.
Peneliti
Selanjutnya
Dan hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian
keperawatan tentang mekanisme koping mahasiswa dalam melaksanakan praktik
belajar lapangan di Rumah Sakit.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
Stres
adalah segala situasi dimana tuntutan
non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan
pendapat. (Selye, 1976 dalam Perry & Potter, 2005).
Respon seseorang dalam menghadapi stress terdapat dua macam yaitu respon
fisiologis dan respon psikologis. Di dalam respon fisiologis terdapat LAS
dan GAS. LAS adalah respon dari jaringan, organ atau bagian tubuh terhadap
stres karena trauma, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. Dan GAS adalah
respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress. Respon ini melibatkan
beberapa system tubuh, terutama system saraf otonom dan system endokrin. GAS
terdiri atas reaksi peringatan, tahap resistens, dan tahap kehabisan tenaga. (
Perry & Potter, 2005)
Respon
psikologis perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang
untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan stress
dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu
mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan berhasil. Perilaku adaptif
psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu
individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat
konstruktif ; misalnya ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman
sehingga seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan
masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Ansietas dapat juga bersifat destruktif, misalnya jika seseorang tidak mampu
bertindak melepaskan diri dari stressor. Perilaku adaptif psikologis juga di
sebut sebagai mekanisme koping. ( Perry & Potter, 2005)
A.
Mekanisme
Koping
1.
Pengertian
Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan
pada penataaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen,
1998). Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam. (Keliat, 1999)
.
Sedangkan
menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara
konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus
yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Dan menurut suliswati, Dkk
(2005) dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang
mengganggu ekuilibrium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami
perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri
dengan cara negative. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan
perilaku pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredekan
ketegangan tersebut.
2.
Rentang
Respon Koping
Rentang respon koping adalah suatu kisaran respon
manusia yang adaptif ke maladaptif
3.
Penggolongan
Mekanisme Koping
Berdasarkan
penggolongannya mekanisme koping dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Mekanisme koping adaptif
Mekanisme
koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan
orang lain, memecahkan masalah secara efektif, tekhnik relaksasi, latihan
seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme
koping maladaptif
Mekanisme
koping maladaptif adalah koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasi lingkungan. Kategorinya
adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan dan menghindar.
(Stuart
& Sundeen 1995).
4.
Jenis-Jenis
Mekanisme Koping
a. Perilaku
berorientasi tugas
Perilaku
Berorientasi Tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi
stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan memenuhi kebutuhan
(Stuart & Sundeen, 1991). Perilaku berorientasi tugas memberdayakan
seseorang untuk secara realistic menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum
perilaku berorientasi pada tugas, yaitu :
1)
Perilaku menyerang adalah tindakan untuk
menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor atau untuk memuaskan kebutuhan.
2)
Perilaku menarik diri adalah menarik
diri secara fisik atau emosional dari stressor.
3)
Perilaku kompromi adalah mengubah metoda yang
biasa digunakan, mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap
kebutuhan lain atau untuk menghindari stress.
b. Mekanisme
pertahanan ego
Mekanisme
Pertahanan Ego yang pertama kali diuraikan Sigmund freud, adalah perilaku tidak
sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang
menegangkan. Mekanisme ini digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi
terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri
dapat menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu seseorang dalam
mengadaptasi stressor. Ada banyak mekanisme pertahanan ego, contohnya seperti
dibawah ini :
1)
Kompensasi adalah penutupan suatu
defisiensi dalam suatu aspek citra diri dengan secara kuat menekankan suatu
gambaran yang dianggap sebagai suatu asset.
2)
Konversi adalah secara tidak sadar
menekan suatu konflik emosional yang menghasilkan ansietas dan memindahkannya
menjadi gejala non-organik.
3)
Menyangkal adalah penghindaran konflik
emosional dengan menolak untuk secara sadar mengakui segala sesuatu yang
mungkin menyebankan nyeri emosional yang tidak dapt ditoleransi.
4)
Pemindahan tempat adalah memindahkan
emosi, ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya
yang lebih sedikit mengakibatkan ansietas.
5)
Identifikasi adalah pemolaan perilaku
yang dilakukan oleh orang lain dan menerima kualitas, karakteristik dan
tindakan orang tersebut.
6)
Regresi adalah koping terhadap stressor
melalui tindakan dan perilaku yang berkaitan dengan periode perkembangan
sebelumnya.(Perry & Potter, 2005)
7)
Disosiasi adalah pemisahan dari setiap
kelompok mental atau proses perilaku dari seluruh kesadaran atau identitas.
8)
Intelektualisasi adalah alasan atau
logika yang berlebihan yang digunakan untuk menghindari perasaan-perasaan
mengganggu yang dialami.
9)
Introyeksi adalah tipe identifikasi yang
hebat dimana individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau kelompok ke dalam struktur egonya
sendiri; salah satu mekanisme terdini pada anak-anak; penting dalam pembentukan
hati nurani.
10) Isolasi
adalah memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang dapat temporer atau
jangka panjang.
11) Projeksi
adalah mengkaitkan pikiran atau impuls dirinya, terutama keinginan yang tidak dapat
ditoleransi, perasaan emosional atau motivasi kepada orang lain.
12) Rasionalisasi
adalah memberikan penjelasan yang diterima secara social atau tampaknya masuk
akal untuk menyesuaikan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat
diterima.
13) Reaksi
formasi adalah pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
dengan apa yang benar-benar dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain.
14) Represi
adalah dorongan involunter dari pikiran yang menyakitkan atau konflik, atau
ingatan dari kesadaran; pertahanan ego yang primer, yang lebih cenderung
memperkuat mekanisme ego lainnya.
15) Splitting
adalah memandang orang dan situasi sebagai “semuanya baik atau semuanya buruk”
gagal untuk mengintegrasikan kualitas negatif dan positif seseorang.
16) Sublimasi
adalah penerimaan tujuan pengganti yang
diterima secara social karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi
terhambat.
17) Supresi
adalah suatu proses yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan diri,
tetapi benar-benar merupakan analogi reprsi; pencetusan kesadaran bertujuan;
suatu ketika dapat mengarak kepada represi.
18) Undoing
adalah bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan yang sudah
ada sebelumnya; mekanisme pertahanan diri primitif. ( Gail W. Stuart &
Sandra J. Sundeen, 1998)
B
Pembelajaran
Klinik
Dalam kurikulum program pendidikan diploma III keperawatan
memiliki lama studi 6 semester dengan batas
maksimal 10 semester. Kurikulum terdiri dari kurikulum
inti sebesar 96 SKS dan kurikulum institusional 14-24 SKS. Kurikulum inti terdiri dari teori 42 SKS (44 %), praktikum
dan klinik 56 SKS ( 56 %).
1.
Pengalaman Belajar
Yang mempunyai pengalaman
belajar meliputi teori ( T ), praktikum ( P ) dan klinik (K) atau lapangan (L). Kegiatan praktikum dilaksanakan di
laboratorium kelas atau klinik dengan menggunakan metode simulasi, demonstrasi,
role play dan bedside teaching. Kegiatan pembelajaran klinik atau lapangan
dilaksanakan langsung di lahan praktek dengan metoda bedside teaching, conference(konferensi)
dan nursing round (ronde keperawatan). Pengalaman
belajar praktikum merupakan prasyarat pengalaman belajar klinik, dimana
mahasiswa melaksanakan praktek di laboratorium terlebih dahulu dibawah
bimbingan dosen untuk selanjutnya belajar di klinik dibawah bimbingan
instruktur klinik dan dosen.
2.
Lahan
Praktik
Lahan praktik yang digunakan mendukung
pencapaian kompetensi mahasiswa Diploma III Keperawatan dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Ketersediaan
kasus yang mendukung pembelajaran
b. Memiliki
Instruktur klinik yang memenuhi Kriteria
Lahan
praktek yang dapat digunakan meliputi rumah sakit umum kelas A,B dan C, rumah
sakit khusus, puskesmas, panti asuhan, panti wredha, keluarga dan masyarakat.
dan kelompok khusus.
3. Tenaga
Pendidik
Tenaga
pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Tenaga
pendidik terdiri atas dosen dan instruktur klinik
a.
Dosen
Dosen adalah seseorang
yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat sebagai dosen dengan tugas
melaksanakan tri darma perguruan tinggi . Dosen terdiri dari dosen tetap dan
dosen tidak tetap. Dosen tetap adalah dosen yang diangkat sebagai tenaga
pendidik tetap pada insitusi yang bersangkutan.
b.
Instruktur
klinik
Instruktur adalah tenaga pendidik yang
berasal dari lahan praktek yang bertugas untuk membantu pencapaian tujuan
belajar mahasiswa. Instruktur klinik memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1)
Pendidikan minimal DIII Keperawatan
2)
Memiliki sertifikat instruktur klinik
atau AKTA III/IV
3)
Pengalaman kerja di bidangnya minimal 3
tahun
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode
Penelitian
1.
Rancangan
penelitian
Jenis
penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
eksploratif yang merupakan penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan
atau status fenomena yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. (Arikunto,
2006). Pada penelitian ini menunjukan gambaran
umum mekanisme koping pada mahasiswa tingkat II dan III Program Studi D III
keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik
belajar lapangan di Rumah Sakit.
2.
Variabel
penelitian
Variabel menurut Nursalam (2008) adalah perilaku atau
karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap suatu (benda, manusia, dan
lain-lain). Dan Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Arikunto (2006)
mendefinisikan variabel adalah objek penelitian yang bervariasi misalnya jenis
kelamin, berat badan, dan sebagainya.
Variabel
dalam penelitian ini yaitu mekanisme koping pada mahasiswa Tingkat II dan III
Program Studi D III keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam
melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah Sakit. Sub variabel dalam
penelitian ini adalah mekanisme koping yang berorientasi pada tugas, mekanisme
koping pertahanan ego.
3.
Definisi
operasional
Definisi
Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu
yang mendefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).
Definisi
operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi
operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian.
Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan
ditentukan karakteristiknya. (Hidayat, 2007)
Tabel
3.1
Definisi
Operasional
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
Mekanisme
koping pada mahasiswa tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah
sakit
|
Mekanisme koping cara yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping
terbagi 2 yaitu:
a.
Mekanisme koping berorientasi pada tugas
b.
Mekanisme koping pertahanan ego
|
Kuesioner
|
a.
Banyak
digunakan apabila skor ≥3
Kurang
digunakan apabila skor <3
b.
Banyak
digunakan apabila skor ≥10
Kurang
digunakan apabila skor <10
|
Ordinal
|
B.
Populasi
Dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi
adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
Dan populasi menurut Arikunto (2006) adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Tingkat II dan III Program
Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi sebanyak 81 orang.
Alasan peneliti mengambil populasi mahasiswa tingkat II dan III karena sudah
melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah Sakit, sedangkan tingkat I belum
melaksanakan.
2.
Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi yang
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling
(Nursalam, 2008). Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Tekhnik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan total sampling.
Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
dikarenakan jumlah populasi yang diteliti dianggap tidak terlalu banyak. Selain
itu peneliti ingin mendapatkan gambaran umum mekanisme koping pada
mahasiswa tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah
Sakit secara menyeluruh.
Pada pelaksanaan penelitian jumlah mahasiswa yang
menjadi responden sebanyak 72 orang. Sebagian mahasiswa yaitu 9 orang tidak dapat di temui karena ada
berbagai halangan seperti sakit dan tidak masuk pembelajaran dikelas.
C.
Teknik
Pengumpulan Data Dan Prosedur Penelitian
1.
Teknik
Pengumpulan Data
Alat pengumpul
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner. Kuesioner tersebut
berisi pernyataan untuk mendapatkan gambaran mekanisme koping yang perilaku
berorientasi tugas dan mekanisme pertahan ego yang digunakan oleh mahasiswa.
Yang terdiri dari 23 pernyataan yaitu
mekanisme koping perilaku berorientasi pada tugas sebanyak 5 soal dan
mekanisme koping pertahanan ego 18 soal, dengan pilihan jawaban “ya” dan
“tidak” menggali isi subvariabel yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi
instrumen dengan system scoring yang dijumlahkan dengan penskalaan ordinal
berdasarkan arah pernyataan.
2.
Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini antara lain melalui
3 tahap, yaitu :
a.
Tahap persiapan
Tahap persiapan pertama, peneliti mendapatkan masalah
yaitu mekanisme
koping pada Mahasiswa Tingkat II dan III Program Studi D III keperawatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi dalam melaksanakan praktik belajar lapangan
di Rumah Sakit, peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan
teori-teori yang berhubungan dengan mekanisme koping mahasiswa dalam melaksanakan
praktik belajar lapangan di Rumah Sakit dengan melakukan studi pendahuluan,
studi kepustakaan dan metodelogi penelitian.
Peneliti mendapatkan Dari hasil
studi pendahuluan data dari hasil wawancara pada mahasiswa tingkat II dan III
mengalami stress jika melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah Sakit.
Sehingga peneliti tertarik bagaimana gambaran mekanisme koping yang
digunakannya. Untuk studi kepustakaan, peneliti mencari dari buku sumber,
penelitian sebelumnya dan internet.
Selanjutnya peneliti membuat
instrument penelitian yaitu berupa kuesioner, agar kuesioner tidak menyimpang
dari tujuan penelitian, peneliti menyusun kisi-kisi yaitu menjadi dua indikator
yaitu mekanisme koping yang berorientasi pada tugas dan mekanisme koping
pertahanan ego
b.
Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari langkah mengumpulkan data
melalui kuesioner
yaitu dengan cara peneliti mendatangi mahasiswa yang
sedang berkumpul di dalam kelas kemudian menjalin hubungan trust dengan
cara menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, setelah
mahasiswa bersedia menjadi responden dalam penelitian ini kemudian membuat kontrak waktu dan tempat yang
ditentukan dan disepakati bersama.
Peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat
yang sebelumnya telah disepakati bersama. Konfirmasi ulang ini dilakukan untuk memastikan responden
hadir semua dan tidak berhalangan saat pembagian kuesioner. Pembagian kuesioner
dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 20 september sampai 22 september
2011.
Peneliti mengumpulkan responden dalam satu
kelas sesuai dengan kontrak waktu dan tempat yang telah disepakati yaitu
setelah jam mata kuliah berakhir. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara
pengisisan kuesioner supaya responden mengerti dalam cara pengisiannya. Selain
itu peneliti juga meminta responden untuk menandatangani persetujuan menjadi
responden (informed concent), yang
menyatakan bahwa responden memahami tujuan dari penelitian, bersedia mengisi
kuesioner, dan mengetahui bahwa informasi ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Setelah itu, peneliti membagikan kuesioner
langsung ke responden. Pengisian kuesioner dilakukan bersama-sama dengan
didampingi peneliti. selanjutnya responden diminta untuk
mengisi kuesioner dengan cara memberikan cheklist (√) dengan menggunakan balpoint pada jawaban yang telah disediakan. Rata-rata
responden mengisi kuesioner selama 20 menit.
c.
Tahap akhir
Tahap akhir,
peneliti memeriksa lembar kuesioner yang diisi oleh responden apakah telah
diisi semua atau belum. Setelah itu peneliti memberikan no pada setiap lembar
kuesioner supaya memudahkan dalam pentabulasian. Kemudian peneliti memberikan
skor pada setiap pernyataan yang dijawab oleh responden, jika menjawab ”ya”
diberi skor 1 dan jika “tidak” diberi skor 0. Kemudian dijumlahkan dan dibuat
persentasenya.
D.
Pengolahan
Data dan Analisis Data
1.
Pengolahan
Data
Pengolahan
data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Editing
(penyuntingan data)
Hasil
wawancara atau kuesoiner yang diperoleh dikumpulkan kemudian disunting terlebih
dahulu. Dari semua kuesioner yang sudah diisi memenuhi syarat sehingga tidak
ada kuesioner yang dikeluarkan.
b.
Membuat lembaran kode (Coding Sheet)
Membuat
lembaran kode berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran
kode berisi no responden dan no pernyataan. Setiap kuesioner yang sudah diisi
masing-masing diberi no responden untuk memudahkan peneliti dalam
pentabulasian.
c.
Scoring
Memberikan
nilai (Scoring) pada setiap lembar
kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan memberikan nilai jawaban “ya” diberi
nilai 1dan jawaban ”tidak” diberi
nilai 0. Dimasukkan kedalam lembaran kode (coding
sheet) sesuai dengan no responden dan no pernyataan. Setelah memberikan
nilai selesai peneliti memasukkan hasil data ke perangkat lunak komputer.
d.
Cleaning
Melakukan
pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke perangkat lunak komputer
ternyata tidak terdapat kesalahan memasukan data.
e.
Tabulasi
Membuat
tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mekanisme koping yang
berorientasi pada tugas dan mekanisme koping pertahanan ego.
2.
Analisis
data
Analisis
data dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel kemudian data dianalisis dengan
menggunakan tekhnik kuantitatif dan tekhnik statistik yang digunakan untuk
mengolah data sebagai hasil pengukuran.
Memindahkan
data dari data kuesioner ke dalam tabel , selanjutnya diadakan presentasi
tersebut dengan membagi jumlah jawaban dengan jumlah seluruh responden kemudian
dikalikan 100% atau dengan rumus:
|
Keterangan
:
P : Persentase
F : Jumlah jawaban
N: Jumlah seluruh responden
E.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Kampus Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Alasan pemilihan
lokasi dikarenakan peneliti menemukan masalah pada mahasiswa Program Studi D
III Keperawatan yang mengalami stress
saat melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah Sakit, sehingga peneliti
tertarik untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai dengan
Oktober 2011. Adapun pengumpulan data dilaksanakan selama 3 hari dengan
perincian sebagai berikut : (a) Selasa, 20 September 2011, Pukul 09.15 WIB ;
(b) Rabu, 21 September 2011, Pukul 12.15 WIB; (c) Kamis, 22 September 2011,
Pukul 09.40 WIB.
F.
Etika
Penelitian
1.
Informed Consent
Informed
consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini berupa lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek besedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati keputusan tersebut. (Hidayat, 2007)
Peneliti
dalam pelaksanaan Informed consent yang
pertama dilakukan yaitu menjelaskan tujuan dan manfaat. Setelah itu memberikan
waktu untuk responden untuk bertanya apabila ada yang kurang paham mengenai
tujuan dan manfaat penelitian. Semua responden bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian. Setelah itu peneliti meminta responden untuk menandatangani
persetujuan menjadi responden.
2.
Anonimity (tanpa nama)
Anonymity,
berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner).
Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. (Hidayat,
2007).
Peneliti
hanya mencantumkan kode responden pada setiap lembar kuesioner.
3.
Kerahasiaam
(Confidentiality)
Subbab
ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam
penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti , hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian. (Hidayat, 2007)
Peneliti
memberikan penjelasan kepada responden bahwa informasi yang berkaitan dengan
responden dijamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil
penelitian terhadap mahasiswa tingkat II dan tingkat III yang dilaksanakan
mulai tanggal 20-22 September 2011 di Program Studi D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi diperoleh beberapa data berdasarkan hasil uji
analisis bahwa mahasiswa yang menggunakan mekanisme koping perilaku
berorientasi tugas dan mekanisme koping pertahanan ego dapat dilihat dalam
table sebagai berikut :
Tabel
4.1
Distribusi Frekuensi Responden Yang
Menggunakan Mekanisme Koping Perilaku Berorientasi
Tugas Dan Mekanisme Koping Pertahanan Ego
Dimensi
|
Indikator
|
Menggunakan
|
Tidak Menggunakan
|
||
F
|
%
|
F
|
%
|
||
Mekanisme
Koping Perilaku Berorientasi Tugas
|
Perilaku Menyerang
|
72
|
100
|
0
|
0
|
Perilaku Menarik Diri
|
12
|
17
|
60
|
83
|
|
Perilaku Kompromi
|
70
|
97
|
2
|
3
|
|
Mekanisme
Koping Pertahanan Ego
|
Kompensasi
|
67
|
93
|
5
|
7
|
Konversi
|
47
|
65
|
25
|
35
|
|
Menyangkal
|
16
|
22
|
56
|
78
|
|
Pemindahan Tempat
|
39
|
54
|
33
|
46
|
|
Identifikasi
|
42
|
58
|
30
|
42
|
|
Regresi
|
31
|
43
|
41
|
57
|
|
Disosiasi
|
4
|
6
|
68
|
94
|
|
Intelektualisasi
|
67
|
93
|
5
|
7
|
|
Introyeksi
|
71
|
99
|
1
|
1
|
|
Isolasi
|
67
|
93
|
5
|
7
|
|
Projeksi
|
60
|
83
|
12
|
17
|
|
Rasionalisasi
|
36
|
50
|
36
|
50
|
|
Reaksi Formasi
|
36
|
50
|
36
|
50
|
|
Represi
|
30
|
42
|
42
|
58
|
|
Splitting
|
62
|
86
|
10
|
14
|
|
Sublimasi
|
65
|
90
|
7
|
10
|
|
Supresi
|
50
|
69
|
22
|
31
|
|
Undoing
|
14
|
19
|
58
|
81
|
Dari
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa semua mahasiswa menggunakan mekanisme koping
perilaku berorientasi pada tugas dengan perilaku menyerang yaitu 72 orang
(100%) dan responden banyak menggunakan mekanisme koping pertahanan ego dengan
introyeksi sebanyak 71 orang (99%).
B.
Pembahasan
Pada
pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan apa yang mendasari masalah dan tujuan
penelitian yaitu Bagaimanakah gambaran umum mekanisme koping pada mahasiswa Tingkat
II dan III Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi
dalam melaksanakan praktik belajar lapangan di Rumah Sakit. Berdasarkan
analisis subvariabel pada mekanisme koping yang terdapat pada table 4.1 yaitu bahwa
semua mahasiswa menggunakan mekanisme koping perilaku berorientasi pada tugas
dengan perilaku menyerang yaitu 72 orang (100%) dan mahasiswa banyak
menggunakan mekanisme koping pertahanan ego dengan introyeksi sebanyak 71 orang
(99%).
Mekanisme
koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penataaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Stuart dan Sundeen
(1991) dalam Perry dan Potter (2005)
mekanisme koping terdiri dari dua jenis yaitu mekanisme koping perilaku
berorientasi pada tugas dan mekanisme koping pertahanan ego.
Mekanisme
koping yang pertama yaitu mekanisme koping perilaku berorientasi pada tugas
mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan
masalah, menyelesaikan konflik, dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen,
1991). Perilaku berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara
realistik menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum perilaku berorientasi
pada tugas yaitu :
1.
Perilaku Menyerang, adalah tindakan
untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor atau untuk memuaskan
kebutuhan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua mahasiswa menggunakan
mekanisme koping dengan perilaku menyerang sebanyak 72 orang (100%). Bahwa mahasiswa itu dengan secara sadar
mengklarifikasi terhadap masalah yang muncul dan menyampaikan apa yang
dirasakannya itu adalah benar, sehingga masalah itu dapat dielesaikan dengan
baik.
2.
Perilaku Menarik Diri, adalah menarik
diri secara fisik atau emosional dari stressor. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan
perilaku menarik diri sebanyak 12 orang (17%). Pada kenyataannya masih ada
mahasiswa yang secara fisik dan emosional menghindari stressor yang muncul
dengan secara sengaja tidak mengikuti proses pembelajaran praktik di Rumah
Sakit, dan dengan sengaja tidak mengerjakan tugas kompetensi yang seharusnya
dipenuhi.
3.
Perilaku Kompromi, adalah mengubah
metoda yang biasa digunakan, mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan
terhadap kebutuhan lain atau untuk menghindari stress. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa hampir seluruh mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan
perilaku kompromi sebanyak 70 orang (97%). Faktanya mahasiswa dengan secara
sadar melakukan bargaining dengan dirinya sendiri bahwa stressor itu
bukan masalah yang harus ditakuti bahkan harus diterima karena merupakan suatu
jalan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Mekanisme
koping yang kedua yaitu mekanisme koping pertahanan ego yang diuraikan Sigmund
freud, adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan oleh setiap orang
dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kadang
mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu
seseorang dalam mengadaptasi stressor. Mekanisme koping pertahanan ego menurut
Perry dan Potter, (2005) dan Gail W. Stuart & Sandra J. Sundeen, (1998)
terdapat 18 macam mekanisme koping pertahanan ego yaitu :
a.
Kompensasi, adalah penutupan suatu
defisiensi dalam suatu aspek citra diri dengan secara kuat menekankan suatu
gambaran yang dianggap sebagai suatu asset. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa hampir seluruh mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan kompensasi
sebanyak 67 orang (93%). Kompensasi ini bersifat positif karena dapat
meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa tanpa harus melihat kekurangan yang
dimilikinya.
b.
Konversi, adalah secara tidak sadar
menekan suatu konflik emosional yang menghasilkan ansietas dan memindahkannya
menjadi gejala non-organik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
besar mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan konversi sebanyak 47 orang
(65%). Secara tidak sadar menekan suatu stressor dan mengakibatkan mahasiswa
itu bingung apa yang harus dilakukan sehingga masalah itu tidak apat
diselesaikan. Seperti pertama kali menghadapi klien dengan suatu penyakit yang
baru pertama kali ditemui.
c.
Menyangkal , adalah penghindaran konflik
emosional dengan menolak untuk secara sadar mengakui segala sesuatu yang
mungkin menyebankan nyeri emosional yang tidak dapt ditoleransi. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan
menyangkal sebanyak 16 orang (22%). Kenyataannya masih ada mahasiswa yang
secara sadar menerima suatu stressor tanpa menghiraukan dampak yang akan
terjadi. Seperti mahasiswa mengatakan bisa melakukan suatu tindakan walaupun
tindakan itu belum pernah diajarkan.
d.
Pemindahan tempat, adalah memindahkan
emosi, ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya
yang lebih sedikit mengakibatkan ansietas. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan pemindahan
tempat sebanyak 39 orang (54%). Ketika mahasiswa tidak bisa mengerjakan tugas
sebagian mahasiswa mengatasinya dengan melakukan hal lain seperti makan,
jalan-jalan, dll
e.
Identifikasi, adalah pemolaan perilaku
yang dilakukan oleh orang lain dan menerima kualitas, karakteristik dan tindakan
orang tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa
menggunakan mekanisme koping dengan identifikasi sebanyak 42 orang (58%).
Mahasiswa selalu mengikuti cara-cara yang dilakukan perawat senior yang
dikagumi untuk melakukan tindakan.
f.
Regresi, adalah koping terhadap stressor
melalui tindakan dan perilaku yang berkaitan dengan periode perkembangan
sebelumnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa
menggunakan mekanisme koping dengan regresi sebanyak 31 orang (43%). Mahasiswa
mengetahui suatu tindakan yang sesuai dengan prosedur tetapi saat di Rumah
Sakit apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur mahasiswa
mengikutinya.
g.
Disosiasi, adalah pemisahan dari setiap
kelompok mental atau proses perilaku dari seluruh kesadaran atau identitas. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa menggunakan
mekanisme koping dengan disosiasi sebanyak 4 orang (6%). Ketika mahasiswa
diminta untuk melakukan tindakan yang kurang dipahami mahasiswa berpura-pura
bisa melakukan tindakan itu.
h.
Intelektualisasi, adalah alasan atau
logika yang berlebihan yang digunakan untuk menghindari perasaan-perasaan
mengganggu yang dialami. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa
menggunakan mekanisme koping dengan intelektualisasi sebanyak 67 orang
(93%). Mahasiswa meyakini suatu tindakan
yang dilakukan itu benar sesuai dengan prosedur.
i.
Introyeksi, adalah tipe identifikasi
yang hebat dimana individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau kelompok ke dalam struktur egonya
sendiri. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya mahasiswa
menggunakan mekanisme koping dengan introyeksi sebanyak 71 orang (99%).
Mahasiswa mengalihkan stresornya dengan meyakini bahwa setiap tindakan yang
dilakukan kepada klien merupakan suatu ibadah.
j.
Isolasi, adalah memisahkan komponen
emosional dari pikiran, yang dapat temporer atau jangka panjang. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan mekanisme
koping dengan isolasi sebanyak 67 orang (93%). Mahasiswa mengalihkan stresornya
dengan meyakini bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan mahasiswa benar-benar
menganggap sebagai suatu tugas bukan mengharapkan imbalan.
k.
Projeksi, adalah mengkaitkan pikiran
atau impuls dirinya, terutama keinginan yang tidak dapat ditoleransi, perasaan
emosional atau motivasi kepada orang lain. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan projeksi
sebanyak 60 orang (83%). Pengalihan stressor mahasiswa dengan projeksi yaitu
dengan menyangkal bahwa dalam melakukan tindakan ada keterbatasan alat sehingga
tidak dapat melakukan sesuai dengan prosedur.
l.
Rasionalisasi, adalah memberikan
penjelasan yang diterima secara sosial atau tampaknya masuk akal untuk
menyesuaikan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan
rasionalisasi sebanyak 36 orang (50%). Pengalihan stressor yang dilakukannya
yaitu mahasiswa merasa pembimbing akademik maupun pembimbing klinik kurang
membimbing saat praktik sehingga tidak bisa mengerjakan tugas di Rumah Sakit.
m. Reaksi
formasi, adalah pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
dengan apa yang benar-benar dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan
reaksi formasi sebanyak 36 orang (50%). Pengalihan stressor yang dilakukan
mahasiswa yaitu menginginkan klien sembuh tetapi dalam setiap tindakan tidak
memperhatikan respon negatif yang dirasakan klien.
n.
Represi, adalah dorongan involunter dari
pikiran yang menyakitkan atau konflik, atau ingatan dari kesadaran; pertahanan
ego yang primer, yang lebih cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mahasiswa menggunakan
mekanisme koping dengan represi sebanyak 30 orang (42%). Pengalihan stressor
yang dilakukan mahasiswa yaitu tidak mengingat lagi ketika melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan prosedur.
o.
Splitting, adalah memandang orang dan
situasi sebagai “semuanya baik atau semuanya buruk” gagal untuk
mengintegrasikan kualitas negatif dan positif seseorang. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan
splitting sebanyak 62 orang (86%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa
yaitu mahasiswa menyadari bahwa dalam melaksanakan tindakan sangat menyenangkan
tetapi dalam situasi tertentu malah sebaliknya.
p.
Sublimasi, adalah penerimaan tujuan pengganti yang diterima
secara social karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan
mekanisme koping dengan sublimasi sebanyak 65 orang (90%). Pengalihan stressor
yang dilakukan mahasiswa yaitu mahasiswa mengesampingkan sikap yang sebenarnya
demi kesembuhan klien.
q.
Supresi, adalah suatu proses yang sering
disebut sebagai mekanisme pertahanan diri, tetapi benar-benar merupakan analogi
reprsi; pencetusan kesadaran bertujuan; suatu ketika dapat mengarak kepada
represi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa
menggunakan mekanisme koping dengan supresi sebanyak 50 orang (69%). Pengalihan
stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu saat jam dinas selalu memikirkan tugas
yang belum selesai dikerjakan.
r.
Undoing, adalah bertindak atau
berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya;
mekanisme pertahanan diri primitif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian kecil mahasiswa menggunakan mekanisme koping dengan undoing sebanyak
14 orang (19%). Pengalihan stressor yang dilakukan mahasiswa yaitu dalam
melakukan tindakan tidak konsisten dengan yang lakukan kemarin.
Bedasarkan
uraian hasil penelitian diatas menunjukan adanya kesamaan antara mekanisme
koping perilaku berorientasi pada tugas dan mekanisme koping pertahanan ego.
Keduanya banyak digunakan untuk mengatasi stressor. Hal ini menunjukan suatu
tindakan yang positif karena mengarah ke mekanisme koping adaftif. Mekanisme
koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. (Stuart & Sundeen 1995).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah
melakukan penelitian pada 72 mahasiswa tingkat II dan tingkat III Program Studi
D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi, terhitung mulai dari bulan
Juli 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011, yang dilaksanakan secara
sistematis, maka peneliti dapat mengetahui mekanisme koping yang digunakan oleh
mahasiswa, dari hal tersebut peneliti menarik kesimpulan sesuai dengan tujuan
khusus yang ingin dicapai yaitu :
1.
Proporsi mahasiswa yang menggunakan
mekanisme koping yang berorientasi tugas, dari hasil penelitian didapatkan :
a.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan perilaku menyerang sebanyak 72 orang (100%).
b.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan perilaku menarik diri sebanyak 12 orang (17%).
c.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan perilaku kompromi sebanyak 70 orang (97%).
2.
Proporsi mahasiswa yang menggunakan
mekanisme koping pertahanan ego, dari hasil penelitian didapatkan :
a.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan kompensasi sebanyak 67 orang (93%).
b.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan konversi sebanyak 47 orang (65%).
c.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan menyangkal sebanyak 16 orang (22%).
d.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan pemindahan tempat sebanyak 39 orang (54%).
e.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan identifikasi sebanyak 42 orang (58%).
f.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan regresi sebanyak 31 orang (43%).
g.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan disosiasi sebanyak 4 orang (6%).
h.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan intelektualisasi sebanyak 67 orang (93%).
i.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan introyeksi sebanyak 71 orang (99%).
j.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan isolasi sebanyak 67 orang (93%).
k.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan projeksi sebanyak 60 orang (83%).
l.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan rasionalisasi sebanyak 36 orang (50%).
m. Mahasiswa
yang menggunakan mekanisme koping dengan reaksi formasi sebanyak 36 orang
(50%).
n.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan represi sebanyak 30 orang (42%).
o.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan splitting sebanyak 62 orang (86%).
p.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan sublimasi sebanyak 65 orang (90%).
q.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan supresi sebanyak 50 orang (69%).
r.
Mahasiswa yang menggunakan mekanisme
koping dengan undoing sebanyak 14 orang (19%).
B.
Saran
Dari
hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran yang berkaitan dengan
penelitian tersebut antara lain :
1.
Masukan bagi Program Studi D III
Keperawatan
a.
Diharapkan memberikan persiapan waktu
yang lebih dan meluangkan jadwal pelajaran dikelas pada saat mendekati praktik
belajar lapangan di Rumah Sakit dan ada feed back langsung dalam mengoreksi
setiap tugas atau targetan praktik dari program studi.
2.
Masukan Bagi Mahasiswa/i
a.
Mahasiswa diharapkan dapat mengatur dan
membagi waktu dalam melaksanakan tugas di
dalam kelas dan saat praktik belajar lapangan di Rumah Sakit.
b.
Diharapkan untuk mempertahankan
mekanisme koping yang digunakan mengingat mahasiswa keperawatan akan selalu melaksanaan
praktik belajar lapangan di Rumah Sakit dan merupakan calon tenaga kesehatan
yang akan berinteraksi langsung dengan klien di Rumah Sakit.
3.
Masukan Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti memberikan saran bagi peneliti
selanjutnya untuk menggunakan hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan tingkat stress dengan
mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktik belajar
lapangan di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta
Hidayat, A azis alimul (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi kedua. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A azis alimul (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta
: Salemba Medika.
Notoatmodjo, soekidjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Nursalam (2008) konsep dan penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan.
Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, patricia A dan Perry anne griffin (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
keempat Volume 2. Jakarta : EGC.
Stuart, gail wiscarz dan Sundeen sandra J (1998) Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Suliswati, Dkk (2005) Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC
http://medic-care.blogspot.com/2008/10/mekanisme-koping.html. Diakses pada tanggal 24
agustus 2011 pukul 10.25
slamat malam, boleh liat contoh kuisioner yang di gunakan ?
ReplyDeletetrimakasih