PESAN SEGERA

Dengan 50rb dapatkan : 1 ASKEP atau, 2 SAP+2Leaflet, atau 2 Artikel, atau 3 Askep Persentation dan Terima Pesanan

Tuesday, February 26, 2013

Askep Epilepsi

DUNIA KEPERAWATAN | 10:41 AM |

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI

1.      Pengertian
a)      Suatu gangguan proksimal susunan syaraf yang ditandai dengan serangan-serangan dan kehilangan atau perubahan kesadaran yang berulang disertai fenomena kejang, biasanya disebabkan oleh adanya rangsangan yang berlebihan dan tidak terkontrol pada sekelompok neuron serebral biasanya di daerah otak.
b)      Lapisan muatan listrik yang berlebihan dari sel-sel neuron otak yang berkala dan berlalu dapat mengakibatkan terganggunya kesadaran, sistem motorik, sensorik, vegetatif (otonomi dan psikis).
(Kapita Selekta II, 314)

2.      Etiologi
a)      Primer/idiopatik
b)      Skunder/simtomatik dari penyakit lain :
1)      Infeksi pada otak
2)      Kelainan degeneratif
3)      Kongenital
4)      Keracunan obat/alkohol
5)      Gangguan metabolisme dan elektrolit
6)      Trauma kelahiran
7)      Tumor otak
8)      Hipoksia dan hipoglikemia







3.      Patofisiologi
Epilepsi
Adanya gangguan serebral
Ditentukanya adanya lesi
                                                                                                             Lesi mesenchepalon               
-  Thalamus
-  Cortek cerebri
 
Les pada cerebelum dan batang otak
 
                                                                                           Kemungkinan besar bersifat Epileptogenik
 
Biasanya tidak dapat terjadi serangan epilepsi
 
 







4.      Gejala Klinis
Kejang umum tonik klinik yang berulang sedemikian rupa sehingga penderita tidak kembali ke tingkat kesadaran diantara dua kejang.

5.      Klasifikasi
a)      Epilepsi partial / Jakson / fokal
1)      Gejala dasar (sensorik, motorik, otonomik)
Sifat-sifat :
(a)    Biasanya kesadaran tidak terganggu
(b)   Awitan fokal biasanya kejang unilateral atau kedutan pada jari dan wajah yang kemudian dapat menyebar ke seluruh sisi tubuh yang terkena serangan.
2)      Gejala kompleks / psikomotor / lobus tempral.
Sifat-sifat :
(a)    Biasanya penderita sadar waktu terjadi serangan tetapi tidak mengingat kembali apa yang telah terjadi.
(b)   Gangguan mental sementara, gerakan otomatis yang tidak bertujuan.
(c)    Ingatan yang muncul secara tiba-tiba kejadian di masa lalu, halusinasi visual atau dengar, perubahan kepribadian, tingkah laku sosial, moode yang tidak tepat di suasana.
(d)   Tercetus oleh musik, kedipan sinar atau rangsangan lain.

b)      Epilepsi umum
1)      Absence / petit mall
Sifat-sifat :
(a)    Bilateral, simetris dan tidak memiliki awitan lokal.
(b)   Kesadaran hilang selama beberapa detik ditandai dengan terhentinya percakapan untuk sesaat, pandangan kosong atau kedipan mata yang cepat.
(c)    Hampir hilang sewaktu remaja atau diganti epilepsi tonik / klonik.
2)      Tonik klonik / Grand mall
Sifat-sifat :
(a)    Epilepsi dengan serangan klasik
(b)   Biasanya didahului oleh adanya suatu aura
(c)    Kesadaran hilang
(d)   Spasme otot umum secara tonik / klonik
(e)    Lidah dapat tergigit
(f)    Bingung dan amnesia terhadap kejadian-kejadian sewaktu terjadi serangan
3)      Kejang unilateral
4)      Kejang yang tidak terklasifikasi

6.      Komplikasi
a)      Kegagalan jantung
b)      Fraktur
c)      Edema serebri
d)     Aspirasi pneumoni
e)      Kegagalan ginjal mendadak

7.      Pemeriksaan
a)      Pemeriksaan fisik : Sesuai dengan gejala klinik dan penyebabnya
b)      Pemeriksaan tambahan
1)       Darah               :  Kimia darah, hematologi, kadar obat anti epilepsi, gas darah.
2)       EEG                 :  Untuk menentukan letak / fokus letaknya
3)       EKG                 :  Memperkuat diagnosa epilepsi, kelainan khas timbulnya ritme yang cepat dengan voltage yang tinggi
4)       Foto Ro paru
5)       Lumbal fungsi  :  Adanya tanda-tanda meningitis (protein meningkat)

8.      Penatalaksanaan
Waktu dalam menit
Prosedur
0
-   Nilai fungsi kardio respiratori, bila telah jelas adanya kejang tonik klonik. Bila meragukan observasi dulu serangan kejang tonik kloniknya yang dilihat apakah ada gangguan kesadaran pada akhir serangan.
-   Bebas jalan nafas
5
-   Berikan infus dengan cairan NaCl yang mengandung Vitamin komplek dan berikan bolus 50 cc, 50% glukosa.
10
-   Berikan diazepam IV tidak cepat 2 mg/mnt sampai kejang berhenti atau sampai 20 mg mula ialah diberi bolus feniton 50 mg/mnt – 18 mg/kg bila terjadi hipotensi.
30-40
-   Bila kejang masih ada berikan diazepam IV 100 mg/tts dilarutkan dalam 500 cc IV dengan kecepatan 40 cc/jam.
50-60
-   Bila kejang masih tetap berlangsung anestesi umum dengan halotan dan neuromuskuler junction blockade diberikan bila ahli anestesi tidak ada, dapat diberikan infus 4% cairan paroldehid dalam NACl, diberikan secepat mungkin sampai kejang berhenti.
80
-   Bila paroldehid tidak dapat menghentikan kejang di dalam waktu 20 menit mulai saat diberikan perinfus, harus segera diberikan anestesi umum dengan halotan dan merumuskan Junction blockade.

9.      Kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
a)      Potensial injury (cidera) berhubungan dengan awitan cepat dari perubahan status kesadaran dan aktivitas kejang.
b)      Potensial ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kontraksi otot-otot pernafasan.
c)      Isolasi sosial berhubungan dengan serangan kejang.
d)     Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan serangan kejang.

10.  Rencana Keperawatan
a)      Diagnosa keperawatan I
1)      Berikan penjelasan pada klien/keluarga tentang penyebab dan akibat dari penyakitnya.
2)      Ciptakan lingkungan yang therapeutik.
3)      Berikan touge spatel pada saat kejang.
4)      Longgarkan pakaian terutama pada daerah leher.
5)      Cegah terjadinya kejang yang berulang.
6)      Berikan tempat tidur dengan posisi yang rendah.
7)      Kolaborasi dengan tim medis.
b)      Diagnosa keperawatan II
1)      Kaji tingkat sesak pada klien.
2)      Berikan penjelasan pada keluarga tentang proses penyakitnya.
3)      Berikan O2 bila perlu.
4)      Observasi tanda vital tiap 3 jam.
5)      Cegah timbulnya cegah berulang.
6)      Lakukan suction bila ada sekret yang menumpuk.
7)      Kolaborasi dengan dokter.



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall (1998), Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doengoes ME (1999), Nursing Care Plans, Edisi Tiga, EGC, Jakarta.

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Saharso D. (1997), Pedoman Diagnosis dan Terapi, FK Unair, Surabaya. 

2 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search