LAPORAN PENDAHULUAN VAKSIN
Pembangunan bidang kesehatan di
Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular
masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai
masalah. Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan
“Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai
kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku
sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma
Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Di
negara berkembang penyebab kematian terbesar adalah penyakit infeksi dan
menular. Penyebaran penyakit infeksi dan menular tidak mengenal batas wilayah
administrasi sehingga menyulitkan pemberantasannya. Salah satu usaha pencegahan terhadap
timbulnya penyakit infeksi dan menular adalah dengan melaksanakan imunisasi.
Imunisasi
merupakan upaya kesehatan untuk mencegah pelbagai penyakit infeksi yang
berbahaya dengan cara yang aman, efektif dan relatif murah. Dari segi ekonomi,
pencegahan dengan pemberian imunisasi
adalah suatu cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh
lebih murah daripada mengobati. tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya
penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam
waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.
World Bank menyatakan imunisasi harus
menjadi investasi pertama program kesehatan masyarakat bagi pemerintah di
seluruh dunia karena merupakan intervensi kesehatan yang paling menguntungkan
dari segi biaya. Dan perlu ditekankan bahwa pemberian imunisasi tidak hanya
memberikan pencegahan terhadap orang yang diimunisasi, tetapi akan memberikan
dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas
dengan adanya peningkatan imunitas secara umum di masyarakat.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa
penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit
cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi
Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis,
difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Dengan upaya
imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995
tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan
upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan Program Eradikasi Polio
(ERAPO).
Penyakit lain yang sudah dapat ditekan
sehingga perlu ditingkatkan programnya adalah tetanus maternal dan neonatal
serta campak. Untuk tetanus telah dikembangkan upaya Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal (MNTE) sedang terhadap campak dikembangkan upaya Reduksi Campak
(RECAM). ERAPO, MNTE dan RECAM juga merupakan komitmen global yang wajib
diikuti oleh semua Negara di dunia. Disamping itu, dunia juga menaruh perhatian
terhadap mutu pelayanan dan menetapkan
standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) yang dikaitkan
dengan pengelolaan limbah tajam yang aman (save waste disposal management), bagi
penerima suntikan, aman bagi petugas serta tidak mencemari lingkungan.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus
dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan
yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya
imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap
peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera
diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi,
termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran
akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit
menular baru kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa program imunisasi kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan
efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang
penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa
jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat
meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan
petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa
upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population
imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai
penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi
dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan
yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.
Faktor pendukung program imunisasi adalah pengertian yang baik
dari pihak orang tua, dan kerjasama dengan petugas kesehatan. Keadaan yang
ideal adalah apabila setiap orangtua memahami bahwa imunisasi bukan sebuah
kewajiban atau keharusan namun merupakan hak mutlak setiap anak dan kebutuhan
bagi keluarga demi kesehatan bayi dan anaknya. Dengan demikian maka orangtua
tidak harus selalu dipesan atau diminta datang untuk pemberian imunisasi
anaknya, namun akan datang meskipun tanpa diminta. Orangtua juga dapat
merencanakan dengan dokter jadwal imunisasi yang sesuai dengan keadaan
keluarganya, misalnya banyak orangtua yang keduanya bekerja lebih suka bila imunisasi
anaknya dilakukan pada akhir minggu.Masih ada orangtua yang tidak mau membawa
anaknya untuk imunisasi, dan bila ditanya biasanya mereka tidak dapat
menyebutkan alasannya dengan jelas. Sebagian menolak pemberian imunisasi
campak, antara lain atas saran nenek atau kakek, yang berpendapat bahwa anak
lebih baik terkena penyakit camapk, karena bila tidak maka penyakit campak itu
‘akan masuk’ atau menjadi penyakit paru. Ini adalah pendapat yang keliru.
No comments:
Post a Comment