ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah ANAK dengan Mekonium Aspirasi Sindrom (
MAS ) , makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen tugas pada mata
kuliah ANAK di Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada Bandung.
Makalah
ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak
dengan Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )
Kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua
pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang
Demikian
akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yangdiakibatkan oleh
terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. Etiologi terjadinya
sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung mekonium
terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat
keluar di dalam kandungan bila terjadi stres
/kegawatan intrauterin.Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada
saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan
pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,menyebabkan
suatu pneumonia kimiawi. Cairan amnion yang terwarna-mekonium ditemukan pada
5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini
biasanya terjadi pada bayi cukup bulan
atau lewat bulan. Pada 5% bayi yang berkembang pneumonia aspirasi, dimana 30%
darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat meninggal. Kegawatan janin dan hipoksia terjadi
bersama dengan masuknya meconium kedalam cairan amnion.
B.
Rumusan
masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
anak yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) ?
C.
Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan , memberikan
informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada klien anak yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom
( MAS ).
D.
Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini
diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan elektronik
E.
Sistematika
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian
diantaranya; BAB I tentang Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB
III tentang kesimpulan dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Ø Sindroma aspirasi mekonium (SAM)
adalah kumpulan gejala yang diakibatkan
oleh terhisapnya mekonium / cairan amnion mekonial ke dalam saluran pernafasan bayi.
Ø Sindroma aspirasi
mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir
aterm maupun post-term. Kandungan mekonium
antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar,dan pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo.lahir
saat di dalam uterus atau saat bernafas pertama kali.
B.
Etiologi
·
Asfiksiafetal
·
Prolonged
labour
·
Peningkatan
aktivitas usus janin.
·
Cairan
amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar
(intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin.
C.
Faktor Risiko
1.
Usia
kehamilan melebihi 40 minggu ( Postterm )
2.
Berat
badan lahir rendah. Bedakan dengan prematuritas, dimana SAM jarang terjadi bila
bayi lahir sebelum 34 minggu. Dengan demikian, prematuritas bukan faktor risiko
untuk terjadinya SAM
3.
Kesulitan
dalam melahirkan
4.
Pre-eklampsia,
eklampsia, hipertensi pada ibu, DM pada ibu, ibu yang perokok berat/penderita
penyakit paru kronik/penyakit kardiovaskular
D.
Insidensi
Cairan amnionmekonial terdapat
sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan (aterm), tetapi SAM
terjadi pada 4-10% bayi ini. Dan sepertiga diantaranya membutuhkan bantuan ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai
pada kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang terkait,
meningkat ketika mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal. Beberapa bayi yang dilahirkan dengan cairan
amnion yang mekonial memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak
ada mekonium yang terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Pada
beberapa bayi, aspirasi mungki terjadi intrauterine sebelum dilahirkan.
E. Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan
suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang
mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam
jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus
disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam
cairan amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres
intrauterin dapat meningkatkan peristaltik usus janin disertai relaksasi
sfinkter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran mekoneum ke cairan amnion.
Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau
selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekoneum ke
dalam saluran napas. Mekoneum yang tebal menyebabkan obstruksi jalan napas,
sehingga terjadi gawat napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada
infant full-term. Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari
keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan.
Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya
oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium
keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi
jalan nafas komplit atau partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam
mekonium bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan
paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi
pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat,
gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai
28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang
teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup.
Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga
suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran
jika mekonium ditemukan.
F.
Manifestasi
klinis / Gejala
dan Tanda
Cairan
ketuban berwarna hijau tua dapat jernih maupun kental, mekonium pada cairan
ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis),
pernafasan cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung
janin rendah sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas ,
auskultasi: suara nafas abnormal Kadang-kadang terdengar ronki pada kedua paru.
Mungkin terlihat emfisema atau atelectasis
G.
Komplikasi
1.
Displasia
bronkopulmoner
2.
Pneumotoraks
3.
Aspirasi
pnemonia
Bayi yang
menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita mengi
(wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan
dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan
demikian, prognosis jangka panjang tetap baik.
Bayi yang
menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan
mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus
yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian
H.
Pemeriksaan
penunjang
· Rontgen dada untuk menemukan adanya
atelektasis, peningkatan diameter antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm
akibat obstruksi dan terdapatnya pneumothorax
( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )
· Analisa gas darah untuk
mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
I.
Penatalaksanaan
medis
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja
bayi akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive
care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
- Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen. - Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik. - Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental. - Pada SAM berat dapat juga
dilakukan:
·
Pemberian
terapi surfaktan.
·
Pemakaian
ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.
·
Penambahan
nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam
ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga
lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.
J.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN FISIK
a. Riwayat antenatal ibu
b. Status infant saat lahir
-
Stress
intra uterin
-
Full-term,
preterm, atau kecil masa kehamilan
-
Apgar
skor dibawah 5
-
Terdapat
mekonium pada cairan amnion
-
Suctioning,
rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
-
Disstress
pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
-
Peningkatan
suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru
-
Cyanosis
-
Barrel
chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)
c. Pengkajian Behavioral
-
Disminished
activity
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
a.
Resiko
tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
b.
Koping
keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan
kemungkinan perawatan jangka panjang
c.
Gangguan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
kalori.
d.
Kecemasan
orangtua berhubungan dengan kemungkinan kematian pada infant, respon terhadap
perawatan yang lama, dan pemberian bantuan ventilator
e.
Resiko
tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan pernafasan
f.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium pada paru
g.
Resiko
tinggi injury berhubungan dengan komplikasi pneumothoraks, atelectasis
h.
Kegagalan
pertukaran gas berhubungan dengan pneumonitis chemical dan kegagalan fungsi paru
akibat aspirasi meconium
i.
Inefektif
bersihan jalan nafas berhubungan dengan aspirasi meconium
j.
Deficit
pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan jangka panjang setelah
kepulangan.
3.
Intervensi keperawatan
a. Resiko
tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
Tujuan : Mencegah dan mengeluarkan mekonium
yang teraspirasi pada saat lahir atau setelahnya
Intervensi
o
Observasi
kebutuhan akan suctioning nasofaring saat kepala bayi lahir.
R : Mekonium dalam cairan
amnion merupakan indikasi dilakukan suction sebelum bayi baru lahir bernafas
o
Lakukan
suction pada trakhea infant dengan selang endotrakheal setelah kelahiran.
R : Prosedur ini dilakukan sebelum menstimulasi infant jika
ditemukan mekonium untuk mencegah aspirasi lebih lanjut
o
Lanjutkan
suction pada mulut bayi untuk mengeluarkan partikel mekonium yang lebih besar.
R : Infant yang teraspirasi mekonium memerlukan resusitasi,
khususnya infant yang mengalami disstress pernafasan
o
Berikan
istirahat dan ketenangan pada infant.
R : Menangis atau agitasi dapat meningkatkan tekanan intra
thorakal, menyebabkan pneumothorax
Tujuan
Identifikasi dan minimalkan kegagalan pernafasan setelah
kelahiran
Intervensi :
o
Kaji
status respirasi yang mengindikasikan aspirasi mekonium dan memerlukan tindakan
segera seperti :
-
frekuensi,
kedalaman dan takipnea ( frekuensi nafas lebih dari 60 x/menit). Peningkatan
frekuensi nafas menentukan peningkatan kebutuhan oksigen
-
Grunting.
Suara grunting terjadi karena penutupan glottis untuk menghentikan ekshalasi
udara dengan desakan udara ke pita suara
-
Nasal
flaring.
-
Retraksi
dengan penggunaan otot bantu nafas. Retraksi mengindikasikan distensi paru yang
tidak adekuat selama inspirasi
-
Cyanosis.
Cyanosis terjadi karena penurunan kadar oksigen dalam tubuh.
-
Analisa
gas darah menunjukkan peningkatan PCO2 dan penurunan PO2. Nilai tersebut mengindikasikan
adanya acidosis
-
Hasil
serial ronqen dada.
R : Dapat mengindikasikan atelektasis, hiperinflasi atau
pneumothoraks
o
Berikan
therapi oksigen dan ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Ventilasi mekanik
kadang diperlukan kadang tidak.
R : Tekanan positif diberikan setelah therapy bronkoskopi
atau laringotrakheal untuk mencegah masuknya mekonium ke jalan nafas yang lebih
kecil.
o
Set
ventilator mekanik untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dengan frekuensi
nafas pendek (60 – 70 x /menit.
R : Setting ini diperlukan untuk memberikan ventilasi
alveoli bagian distal pada infant dengan aspirasi mekonium berat
o
Pertahankan
hiperoksigenasi dan nilai pH/AGD pada 7,45 – 7,55 dengan PCO2 22 – 30 mmHg. Hiperoksigenasi
mencegah sirkulasi fetal persisten. R : Keadaan alkalosis respiratorik membentu
menurunkan vasokontriksi paru pada infant dengan aspirasi mekonium.
o
Berikan
fisiotherapi dengan perkusi dan vibrasi setiap 1 – 2 jam. Gunakan percussor
atau vibrator jika infant dapat mentoleransi treatment.
R : Prosedur ini membantu mengeluarkan sekresi tapi prosedur
ini dilakukan tergantung pada kondisi infant
o
Cegah
komplikasi infeksi (pneumonitis) dengan pemberian antibiotik IV sesuai pesanan
(seperti ampicillin).
R : Antibiotik menghancurkan bakteri dengan memecah dinding
sel bakteri sehingga sel bakteri mati.
o
Berikan
aminoglycosides sesuai pesanan seperti kanamisin. Monitor kadar serum bayi.
R : Aminoglycosides menghancurkan bakteri dengan menghambat
sintesis protein sehingga sel bakteri mati. Berikan secara pelahan untuk
mencegah toksisitas ginjal. Memonitor level serum memaksimalkan efeltifitas
therapi obat.
o
Jika
dipesankan, berikan steroid untuk menurunkan respon inflamasi mekonium.
R : Walaupun obat hidrokortison merupakan pilihan tetapi
penggunaannya masih diperdebatkan.
o
Siapkan
infant untuk pembedahan dan pemasangan Extracorporeal Membrane Oksigenation
(ECMO) Pump jika infant mengalami kerusakan fungsi paru yang berat. CCMD
mempertahankan pertukaran dan perfusi gas. Pembedahan dilakukan untuk menanam
dua tube kecil di leher dan menghubungkannnya dengan mesin ECMO yang memompakan
darah melalui paru artificial.
R : Prosedur ini memepertahankan infant tetap hidup sampai
paru dapat didukung dengan ventilasi mekanik. Jika ECMO digunakan
o
Kaji
intake dan output cairan infant.
R : Mempertahankan keseimbangan cairan penting untuk
mencegah overload cairan.
o
Monitor
PO2 atau nilai oksimetri.
R : Nilai tersebut untuk mengevalusi oksigenasi jaringan
o
Kaji
status neurologik infant.
R : Tanda neurologik menunjukkan perubahan status oksigenasi
o
Suction
saluran endotrakheal sesuai pesanan.
R : Suctioning mempertahankan patensi jalan nafas dan
membantu treatment.
b. Koping
keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan
kemungkinan perawatan jangka panjang
Tujuan : Meminimalkan kecemasan, rasa
bersalah dan memberikan dukungan selama krisis situasi.
Intervensi dan Rasional
o
Kaji
ekpressi verbal dan non verbal, perasaan dan penggunaan koping mekanisme.
R : Data tersebut diperlukan untuk membantu perawat untuk
membangun koping yang konstruktif pada keluarga
o
Anjurkan
orangtua mengungkapkan perasaannya tentang keadaan sakit anaknya, perawatan
yang lama, dan prosedur yang dilakukan pada anaknya.
R : Verbalisasi membantu mempertahankan rasa percaya,
menurunkan tingkat kecemasan orangtua dan meningkatkan keterlibatan orangtua
o
Berikan
informasi yang konsisten dan akurat tetang kondisi dan perkembangan bayinya,
perawatan di masa yang akan datang, dan potensial problem pernafasan.
R : Informasi akan menurunkan kecemasan terhadap keadaan
bayinya.
o
Anjurkan
keluarga berkunjung, ikut memberikan perawatan bila mungkin. R : Kunjungan,
komunikasi dan partisipasi pada perawatan infant membantu proses bounding
o
Informasikan
kepada orangtua tentang kebutuhan setelah pulang dan intruksikan prosedur yang
penting saat di rumah.
R : Beberapa infant membutuhkan bantuan ventilator setelah
pulang ke rumah.
o
Rujuk
orangtua pada perawat komunitas dan informasikan tentang fasilitas kesehatan
yang bisa dihubungi.
R : Rujukan memberikan support kepada keluarga untuk terus
mengontrol keadaan bayinya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asuhan keperawatan
yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional agar dapat
mencapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak.Manajemen keperawatan
harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat
optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat Penyakit
Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ).
B.
Saran
Untuk menjadikan
makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran yang
bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1.
Kita
hendaknya lebih memahami Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/
anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.
Kita
hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit
Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )”,untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu
keperawatan khususnya, dan dibidang pelayanan pemberian asuhan keperawatan pada
umumnya.
Demikian saran dari
kami semoga apa yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA
Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994
Wong,
Donna L., Clinical Manual of Pediatric
Nursing, Fourth Edition, Mosby Year Book Inc, Missouri 1996.
Doengoes, M. E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
No comments:
Post a Comment