VAKSIN INFLUENZA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Kesehatan
Disusun
Oleh :
PEPI
HARDIYANA PUTERA
4002120132
STIKes
DHARMA HUSADA BANDUNG
Jl
Terusan Jakarta No. 71-75 Antapani Bandung
Telp/Fax
022-720 4803
2013
VAKSIN INFLUENZA
A. PENGERTIAN
Vaksinologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang vaksin.
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
"liar". Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang
telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa
organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya
(protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk
bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus,
atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan
sel-sel degeneratif (kanker).
Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke
dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi -
diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang
menginfeksi sapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga disebut dengan
imunisasi.
Vaksin influenza adalah
vaksin yang berasal dari virus Influenza, dimana yang diambil antigen permukan,
antigen internal dan protein virus-nya saja, sehingga vaksin ini mempunyai
imunogenisitas tinggi dengan reaksi samping yang minimal. Masing-masing vaksin
berisi 3 jenis strain virus Influenza (biasanya terdiri dari 2 tipe A dan 1
tipe B)
Penyakit influenza adalah sakit yang disebabkan virus
influenza. Influenza mudah menular dan menyerang saluran pernapasan. Penularan
virus influenza terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan
bersin. Virus influenza sangat menular bahkan sejak 1–2 hari sebelum
gejala influenza muncul, itulah sebabnya penyebaran
virus influenza sulit dihentikan. Influenza, yang lebih dikenal
dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus
influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang
paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri
otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman
secara umum
Biasanya,
influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat
ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau
melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa
oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi,
walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum
jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar
matahari, disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan
mengurangi risiko infeksi karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
Influenza
menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan
kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya bahkan sampai jutaan
orang pada beberapa tahun pandemik. Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap
tahunnya diAmerika Serikat dalam kurun waktu antara tahun 1979 sampai 2001
karena influenza. Pada tahun 2010 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di
Amerika Serikat mengubah cara mereka melaporkan perkiraan kematian karena
influenza dalam 30 tahun. Saat ini mereka melaporkan bahwa terdapat kisaran
angka kematian mulai dari 3.300 sampai 49.000 kematian per tahunnya.
Vaksinasi
terhadap influenza biasanya tersedia bagi orang-orang di negara
berkembang. Ternak unggas sering divaksinasi untuk mencegah musnahnya
seluruh ternak. Vaksin pada manusia yang paling sering digunakan adalah
vaksin influenza trivalen (trivalent influenza vaccine [TIV]) yang
mengandung antigen yang telah dimurnikan dan diinaktivasi terhadap tiga galur
virus. Biasanya, vaksin jenis ini mengandung material dari dua galur virus
influenza subtipe A dan satu galur influenza subtipe
B. TIV tidak memiliki risiko menularkan penyakit, dan memiliki
reaktivitas yang sangat rendah. Vaksin yang diformulasikan untuk satu tahun
mungkin menjadi tidak efektif untuk tahun berikutnya, karena virus influenza
berevolusi dengan cepat, dan galur baru akan segera benggantikan galur yang
lama. Obat-obatan antivirus dapat dipergunakan untuk mengobati influenza, neuraminidase
inhibitor (seperti Tamiflu atau Relenza).
B. Jenis-jenis virus
Dalam klasifikasi
virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan tiga dari
lima genera dalam famili Oethomyxoviridae:
· Virus influenza A
· Virus influenza B
· Virus influenza C
Virus-virus
tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus parainfluenza
manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari
famili paramyxovirus yang merupakan penyebab umum dari infeksi
pernapasan pada anak,
seperti croup (laryngotracheobronchitis), namun dapat juga
menimbulkan penyakit yang serupa dengan influenza pada orang dewasa.
1. Virus influenza A
Genus
ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan
inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus
dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak
besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan
suatu pandemi influenza manusia
Virus
tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza
dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi
menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan
tanggapan antibodi terhadap virus ini. Serotipe yang telah
dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada
manusia, adalah:
· H1N1, yang menimbulkan Flu
Spanyol pada tahun 1918, dan Flu Babi pada tahun 2009
· H2N2, yang menimbulkan Flu
Asia pada tahun 1957
· H3N2, yang menimbulkan Flu
Hongkong pada tahun 1968
· H5N1, yang menimbulkan Flu
Burung pada tahun 2004
· H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang
tidak biasa
· H1N2, endemik pada manusia, babi, dan
unggas
· H9N2
· H7N2
· H7N3
· H10N7
2. Virus influenza B
Genus
ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara
eksklusif hanya menyerang manusia dan
lebih jarang dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat
terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan
musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat
dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit,
hanya terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat
keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap
influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada
virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak
mungkin. Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang
yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies),
membuat pandemi influenza B tidak terjadi.
3. Virus influenza C
Genus
ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing,
dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun,
influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya
hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.
C. Gejala
1. Demam mendadak disertai menggigil
2. Sakit kepala
3. Badan lemah
4. Nyeri otot dan sendi
5. Gejala influenza bertahan
selama 3–7 hari. Bila influenza bertambah berat, gejala tersebut di
atas akan berganti dengan gejala penyakit saluran pernafasan seperti batuk,
pilek dan sakit tenggorokan. Kadang-kadang juga disertai gejala sakit perut,
mual dan muntah.
D. Komplikasi
1. Radang paru-paru (pneumonia),
2. Myositis
3. Sindroma Reye
4. Gangguan syaraf pusat.
5. Meningitis
E. Vaksinasi
Vaksinasi
terhadap influenza dengan vaksin influenza sering direkomendasikan pada
kelompok risiko tinggi, seperti anak-anak dan lansia, atau pada
penderita asma, diabetes,penyakit jantung, atau orang-orang yang
mengalami gangguan imun. Vaksin influenza dapat diproduksi lewat beberapa cara;
cara yang paling umum adalah dengan menumbuhkan virus pada telur ayam yang
telah dibuahi. Setelah dimurnikan, virus kemudian akan diaktivasi (misalnya,
dengan detergen) untuk menghasilkan vaksin virus yang tidak aktif. Sebagai
alternatif, virus dapat ditumbuhkan pada telur sampai kehilangan virulensinya
kemudian virus yang avirulen diberikan sebagai vaksin hidup.
Efektivitas
dari vaksin influenza beragam. Karena tingkat mutasi virus yang sangat tinggi,
vaksin influenza tertentu biasanya memberikan perlindungan selama tidak lebih
dari beberapa hari. Setiap tahunnya, WHO memprediksikan galur virus mana yang
paling mungkin bersirkulasi pada tahun berikutnya, sehingga memungkinkan
perusahaan farmasi untuk mengembangkan vaksin yang akan menyediakan kekebalan
yang terbaik terhadap galur tersebut.
Vaksin
juga telah dikembangkan untuk melindungi ternak unggas dari flu burung. Vaksin
ini dapat efektif terhadap beberapa galur dan dipergunakan baik sebagai
strategi preventif, atau dikombinasikan dengan culling (pemuliaan) sebagai
usaha untuk melenyapkan wabah.
Terdapat
kemungkinan terkena influenza walaupun telah divaksin. Vaksin akan diformulasi
ulang tiap musim untuk galur flu spesifik namun tidak dapat mencakup semua
galur yang secara aktif menginfeksi seluruh manusia pada musim tersebut.
Memerlukan waktu selama enam bulan bagi manufaktur untuk memformulasikan dan
memproduksi jutaan dosis yang diperlukan untuk menghadapi epidemi musiman;
kadangkala, galur baru atau galur yang tidak diduga menonjol pada waktu
tertentu dan menginfeksi orang-orang walaupun mereka telah divaksinasi (seperti
yang terjadi pada Flu Fujian H3N2 pada musim flu 2003-2004).
Juga
terdapat kemungkinan mendapatkan infeksi sebelum vaksinasi dan menjadi sakit
oleh galur yang seharusnya dicegah oleh vaksinasi, karena vaksin memerlukan
waktu dua minggu sebelum menjadi efektif.
Pada
musim 2006-2007, CDC pertama kalinya merekomendasikan anak yang berusia kurang
dari 59 bulan untuk menerima vaksin influenza tahunan. Vaksin dapat
menimbulkan sistem imun untuk bereaksi saat tubuh menerima infeksi yang
sebenarnya, dan gejala infeksi umum (banyak gejala selesma dan flu hanya
merupakan gejala infeksi umum) dapat muncul, walaupun gejala tersebut biasanya
tidak seberat atau bertahan selama influenza. Efek samping yang paling
berbahaya adalah reaksi alergi berat baik pada material virus maupun residu
dari telur ayam yang dipergunakan untuk menumbuhkan virus influenza; namun
reaksi tersebut sangatlah jarang.
Sebagai
tambahan selain vaksinasi terhadap influenza musiman, peneliti berusaha untuk
mengembangkan vaksin terhadap kemungkinan pandemi influenza. Perkembangan ,
produksi, dan distribusi vaksin inluenza pandemik yang cepat dapat
menyelamatkan nyawa jutaan orang pada saat terjadi pandemi inluenza. Karena
hanya terdapat waktu yang singkat antara identifikasi galur pandemik dan
kebutuhan vaksinasi, para peneliti sedang mencari pilihan moda produksi vaksin
selain melalui telur.
Teknologi
vaksin hidup yang diinaktivasi (berbasis telur atau berbasis sel), dan
teknologi rekombinan (protein dan partikel mirip virus), akan memberikan akses
real time yang lebih baik dan dapat diproduksi dengan lebih terjangkau,
sehingga meningkatkan akses bagi orang-orang yang hidup di negara-negara
berpenghasilan sedang dan rendah, dimana kemungkinan pandemi berasal. Sampai
Juli 2009, lebih dari 70 uji klinis yang diketahui telah dilaksanakan atau sedang
dilaksanakan mengenai vaksin influenza pandemi.
Pada
September 2009, Badan POM Amerika Serikat menyetujui empat vaksin terhadap
virus influenza H1N1 2009 (galur pandemik pada saat itu), dan meminta stok
vaksin tersebut tersedia dalam bulan selanjutnya.
Pada
saat ini terdapat dua bentuk vaksin influenza. Pertama adalah vaksin yang berasal dari
virus yang telah dinonaktifkan (Flu Shot Vaccine). Vaksin ini dimasukkan ke
dalam tubuh dengan cara diinjeksikan melalui jarum suntik. Pengaruh saat
penyuntikan biasanya akan mengalami nyeri otot dan demam ringan. Selanjutnya,
tubuh mulai memproduksi antibodi yang dibutuhkan untuk mencegah infeksi virus.
Vaksin kedua adalah vaksin yang berasal dari
virus influenza yang telah dilemahkan (The Nasal-Spray Flu Vaccine), tapi tidak
berbahaya bagi tubuh. Vaksin ini diberikan dengan cara disemprotkan ke dalam
hidung. Setelah penyemprotan, vaksin akan merangsang kekebalan sistem imun di
sekitar rongga hidung dan saluran pernafasan bagian atas untuk mencegah infeksi
virus. Hal yang mendapat diperhatikan sebelum pemberian vaksin adalah masalah
efek samping dari vaksin, yaitu berupa alergi. Memang, resiko vaksin dalam
menyebabkan kematian atau masalah serius lainnya sangat jarang terjadi. Resiko
terparah adalah timbulnya reaksi-reaksi alergi yang tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, dibutuhkan identifikasi terhadap riwayat alergi yang dialami
sebelum proses vaksinasi dilakukan. Sedangkan masalah-masalah ringan yang
mungkin terjadi setelah vaksinasi adalah berasa nyeri, kulit kemerah-merahan,
bengkak pada bagian tubuh yang disuntikan, suara menjadi serak, gatal-gatal,
batuk, dan demam. Biasanya gejala-gejala tersebut akan terjadi selama 1 – 2
hari.
Yang
perlu mendapat vaksinasi influenza : Semua orang berusia 6 bulan ke atas
sebaiknya mendapat vaksinasi flu. Vaksinasi terutama penting bagi mereka yang
beresiko lebih besar mengidap influenza yang parah dan orang-orang yang
memiliki kontak langsung dengan mereka, termasuk praktisi medis dan anak-anak
di bawah usia 6 bulan.
Mendapatkan
vaksin ini sesegera mungkin setelah tersedia akan memberikan perlindungan bila
musim flu menyerang lebih awal. Influenza bisa menyerang kapan saja, namun
paling seringterjadi mulai bulan November sampai Mei. Dalam beberapa musim
terakhir, sebagian besar infeksi terjadi pada bulan Januari-Februari.
Mendapatkan vaksinasi di bulan Desember, atau bahkan setelahnya, akan tetap
bermanfaat di sebagian besar tahun yang ada. Orang dewasa dan anak-anak usia
lebih besar membutuhkan satu dosis vaksin influenza setiap tahun. Tetapi
anak-anak di bawah usia 9 tahun membutuhkan dua dosis agar terlindungi. Vaksin
influenza bisa diberikan bersamaan dengan vaksin lain, termasuk vaksin
pneumokokus.
DAFTAR
PUSTAKA
Grimes E. Deanne, dkk, (1990) “Infectious Diseases” Clinical
Nursing Series by Mosby-Year Book. Inc
Ranuh, I.G.N. (2001). Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama.
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI
Wilson F. Susan, dkk, (1990) “Respiratory Disorders” by
Mosby-Year Book. Inc.
http://id.wikipedia.org/.vaksinasi
influenza. Di kutip tahun 2013.
No comments:
Post a Comment