ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
B A B I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah
kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123). Stroke menduduki urutan
ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker, stroke juga masih
merupakan penyebab utama dari kecacatan. Data menunjukkan, setiap tahunnya
stroke menyerang sekitar 15 juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat,
kurang lebih lima juta orang pernah mengalami stroke. Sementara di Inggris,
terdapat 250 ribu orang hidup dengan kecacatan karena stroke.
Di
Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke.
Dari jumlah itu, sekitar 2,5 persen di antaranya meninggal dunia. Sementara
sisanya mengalami cacat ringan maupun berat. Angka kejadian stroke di Indonesia
meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit
degeneratif, terbanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan
Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol
dan selalu ingin diperhatikan, Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan stroke
dan kehilangan mata pencaharian sangat tinggi. Dapat diartikan bahwa kecemasan
yang timbul pada keluarga pasien stroke terjadi karena ketidaktahuan terhadap
apa yang akan terjadi terhadap anggota keluarga mereka (Sarkamo, 2008: 3).
Data
yang didapatkan dari Rekam medik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi tentang
jumlah penderita penyakit stroke yang dirawat inap dari tahun 2008-2011 dapat dilihat pada table 1.1 sebagai berikut :
Tabel
1.1
Jumlah
penderita stroke yang dirawat inap tahun 2008-2011
No
|
Tahun
|
Jumlah
|
Presentasi (%)
|
1
|
2008
|
701
|
24,1
%
|
2
|
2009
|
771
|
26,5
%
|
3
|
2010
|
845
|
29,1
%
|
4
|
Januari-Juni
2011
|
585
|
20,1
%
|
Jumlah
|
2902
|
100
|
Sumber :
( Data rekam medik RSUD R.Syamsudin SH ,10 Agustus 2011)
Dengan
demikian dapat dilihat bahwa jumlah pasien stroke masih cukup banyak dan
mungkin akan meningkat dalam setiap bulannya dimana penyakit stroke sendiri
dapat menimbulkan hal-hal yang dapat mempengaruhi psikologi maupun fisik baik
pasien sendiri maupun keluarga termasuk dalam hal pembiayaan serta penyakit
stroke sendiri membutuhkan perawatan yang lama sehingga dapat menimbulkan
kecemasan.
Cemas
merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Atau juga suatu
keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya. (Kusumawati,2010:58). Selain pada pasien ,kecemasan juga bisa terjadi
pada keluarga klien yang mengalami stroke.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Sudiharto, 2007 :22), Sehingga setiap anggota keluarga akan merasakan cemas
apabila salah seorang keluarganya masuk rumah sakit akibat penyakit stroke.
Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan dari setiap anggota
keluarga tersebut yaitu faktor fisikologis, psikologis, dan faktor sosial.
Dilihat dari faktor tersebut maka perawat mempunyai peranan penting.
Menurut Peplau, keperawatan adalah terapetik
dalam seni penyembuhan, membantu individu yang sakit atau membutuhkan
keperawatan kesehatan yang dinilai dalam proses interpersonal sebab melibatkan
interaksi antara 2 atau lebih individu dianggap
unik secara biologis, psikososial, dan spiritual, serta tidak akan
bereaksi sama seperti yang lain. Setiap orang mempunyai pengalaman belajar yang
berbeda dari lingkungan , adat istiadat, kebiasaaan , dan keyakinan dari setiap
kultur ( Kusumawati, 2010 : 6).
Perawat kesehatan jiwa mempunyai peran
bervariasi dan spesifik. Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan
kolaborasi. Adapun kesehatan jiwa menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart
sudeen dalam Principles and practice of psiciatric nursing care (1995), peran
perawat adalah Attitude Therapy, yaitu mengobservasi perubahan, baik peruabahan
kecil, atau menetap yang terjadi pada klien. Mendemontrasikan penerimaan,
respek, mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Dari latar belakang
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran respon
kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin SH Kota
Sukabumi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R
Syamsudin SH Kota Sukabumi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
1. Tujuan umum
Diketahuinya
gambaran respon kecemasan
keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.
2. Tujuan khusus
2. Tujuan khusus
a.
Seberapa
besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek
fisiologis
b.
Seberapa
besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek
psikologis
c.
Seberapa
besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek
psikososial.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Bagi Institusi RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi
Sebagai
bahan masukan dalam rangka peningkatan program pelayanan kesehatan bukan saja
kepada pasien stroke, akan tetapi juga pelayanan kepada keluarga pasien
terlebih yang mengalami kecemasan.
2.
Manfaat bagi Peneliti
Untuk
memperoleh pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian, dan sebagai
referensi untuk peneliti selanjutnya
3.
Manfaat bagi keluarga klien
Sebagai
bahan masukan pengetahuan tentang bagaimana cara menghadapi penyakit stroke.
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan
adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masah utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam
batas normal (Hawari, 2006: 18).
Kecemasan
merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan sehari hari, juga merupakan
pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung
serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Pada individu
dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting
dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat
dari ancaman terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.
Cemas dapat dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari
kehidupan sehari hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk
memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri (Suliswati, 2005:108).
Kecemasan
berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek /
sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh
individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitip yang melibatkan penilaian
intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal
yang bersifat fisik, psikologis, dan psikososial ketika individu dapat
mengidentifikasi dan menggambarkannya.
a.
Cemas fisiologis
Cemas fisiologis adalah cemas yang disebabkan
karena gangguan fungsi organ tubuh, stuktur, fungsi jaringan, organ dll,
ditandai dengan pupil melebar untuk meningkatkan persepsi visual pada waktu
terjadi ancaman tubuh, keringat meningkat, denyut nadi meningkat, akral dingin,
tekanan darah meningkat, sekresi urine meningkat, retensi air dan garam, curah
jantung meningkat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, ketegangan
otot, mulut kering, dan gula darah meningkat.
b.
Cemas Psikologis
Cemas Psikologis adalah cemas yang disebabkan
karena ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, ditandai
dengan perilaku yang menyebabkan terjadinya aktifitas yang berlebihan dari
sistem hormone, seperti mudah tersinggung, marah-marah, sangat sensitife,
defresi.
c.
Cemas psikososial
Cemas psikososial adalah cemas yang
diakibatkan karena keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan pada
kehidupan, ditandai dengan denial (menyangkal), projeksi (menyalahkan orang
lain), Displacement (mengisar), isolasi dan supresi.
2. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen
(1998:175) mengidentifikasi tingkat kecemasan menjadi 4 tingkat yaitu:
a.
Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b.
Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih tinggi.
c.
Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berfikir tentang hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
kekurangan. Orang tersebut banyak memerlukan pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain.
d.
Kecemasan tingkat panik berhubungan dengan terperangah, kekuatan dan teror,
rincian terpecah dari profesinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang
yang mengalami panik tidak mampu melakukan walaupun dengan pengarahan.
3. Penyebab Kecemasan
Beberapa teori penyebab
kecemasan pada individu antara lain (Stuart dan Sundeen, 1998:177):
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud dalam Stuart
dan Sudeen (1998:177) adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian Id dan
Super ego-Id
mewakili dorongan insting
dan
impuls primitive seseorang
sedangkan super ego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma-norma budaya seseorang.
b. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan
timbul dari perasaan takut terhadap adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan dan kecemasan yang berat.
c. Teori Prilaku
Kecemasan merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Teori Biologi
Menunjukkan bahwa otak
mengandung reseptor khusus untuk benzoadiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
ansietas.
e. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa ansietas
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas gangguan depresi.
4. Pencetus Cemas
Pencetus cemas mungkin
berasal dari sumber internal
atau
eksternal, dapat dikelompokkan dalam
dua kategori (Stuart dan Sundeen, 1998:181) yaitu:
a.
Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau mempunyai kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan
fungsi social seseorang.
5. Rentang Respon Ansietas
Ansietas tidak dapat
dielakan dalam kehidupan manusia. Secara umum ada dua ancaman besar yang dapat
menimbulkan ansietas yaitu:
a. Ancaman integritas diri yang meliputi
ketidakmampuan fisiologis.
b.
Ancaman sistem diri meliputi identitas diri, harga diri, hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran.
6.
Respon Fisiologis Ansietas Terhadap Sistem Tubuh (Stuart & Sundeen,
1998:177)
a. Kardiovaskuler :
1) Jantung berdebar
2) Tekanan darah meninggi
3) Rasa mau pingsan
4) Tekanan darah menurun
5) Denyut nadi menurun
b. Pernafasan :
1) Nafas cepat
2) Nafas pendek
3) Tekanan pada dada
4) Nafas dangkal
5) Pembengkakan pada
tenggorokan
6) Sensasi tercekik
7) Terengah-engah
c. Neuromuskular :
1) Refleks meningkat
2) Reaksi kejutan
3) Mata berkedip-kedip
4) Gelisah
5) Wajah tegang
6) Kelemahan umum
7) Kaki goyang
8) Tremor
d. Gastrointestinal :
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makan
3) Rasa tidak nyaman pada
abdomen
4) Mual
5) Diare
e. Traktus Urinariu:
1) Tidak dapat menahan
kencing
2) Sering berkemih
f. Kulit:
1) Wajah kemerahan
2) Berkeringat setempat
(telapak tangan)
3) Gatal
4) Rasa panas dan dingin
pada kulit
5) Wajah pucat
6) Berkeringat seluruh
tubuh
7.
Manifestasi psikomotor berupa respon kognitif. Afektif juga diobservasi dalam
efek kecemasan (Stuart dan Sudeen, 1998:80) sebagai berikut:
a. Perilaku:
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup
5) Bicara cepat
6) Kurang koordinasi
7) Cenderung mendapatkan
cidera
8) Menarik diri dari
lingkungan interpersonal
9) Menghalangi
10) Melarikan diri dari
masalah
11) Menghindar.
b. Kognitif:
1) Perhatian terganggu
2) Konsentrasi buruk
3) Pelupa
4) Salah dalam memberikan
penilaian
5) Hambatan berpikir
6) Bidang persepsi menurun
7) Kreaifitas menurun
8) Bingung
9) Sangat waspada
10) Kesadaran diri
meningkat
11) Kehilangan obyektifitas
12) Takut kehilangan
kontrol
13) Takut pada gambaran
visual
14) Takut cidera atau
kematian
Hal-hal
diatas menjelaskan bahwa kecemasan yang tinggi mempengaruhi gerakan involunter dan kelemahan yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal.
Dalam hubungan interpersonal,
kecemasan
dapat memberikan peningkatan untuk mencari diri, rasa tidak nyaman atau
intelektual. Selain respon perilaku dan afektif, kecemasan juga mempengaruhi
respon kognitif pada personal maupun interpersonal dan kehidupan yang dialami
individu.
8.
Sumber koping
Individu dapat mengatasi
stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomik. Kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seseorang menginterpretasikan pengalaman yang menimbulkan stress
dan mengadopsi strategi koping yang berhasil (Stuart dan Sundeen, 1998:182).
9. Mekanisme koping
Menurut (Stuart dan Sundeen,
1998:182), ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang
serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping.
a.
Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stress.
b.
Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress.
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga (Sudiharto, 2007 :21).
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Sudiharto, 2007 :22).
b. Keluarga merupakan suatu sistem tempat
individu anggota keluarga berinteraksi di dalam keluarga (teori sistem).
2. Tipe/Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007 :23)
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti
ditambah dengan nenek, kakek, dan saudara saudara.
c. Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah perempuan dan
laki-laki yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family)
Adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composition Family)
Adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation)
Adalah dua orang yang
menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
3. Fungsi Keluarga (Effendy, 1998: 33)
Fungsi keluarga dibedakan
menjadi:
a. Fungsi Biologis
1. Meneruskan keturunan
2. Memelihara dan
membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi
anak
4. Memelihara dan merawat
anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1. Memberi kasih sayang dan
rasa aman
2. Memberi perhatian pada
anggota keluarga
3. Membina pendewasaan
keluarga
4. Membentuk kepribadian
anggota keluarga
5. Memberikan identitas
keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada
anak
2. Membentuk norma tingkah
laku
3. Meneruskan nilai budaya
keluarga
d.
Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber
penghasilan
2. Pengaturan penggunaan
penghasilan
3. Menabung untuk masa
depan dan hari tua
4. Peranan Keluarga (Effendy, 1998: 34)
a.
Ayah : berperan sebagai suami dan ayah pencari nafkah, pelindung, pemberi rasa
aman, kepala keluarga, anggota masyarakat, dan kelompok sosial.
b. Ibu
: berperan sebagai istri dan ibu pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung,
anggota masyarakat, dan kelompok sosial.
c.
Anak : menjalankan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan fisik,
mental, sosial, dan spiritual.
5. Tugas-tugas Keluarga (Effendy, 1998: 34)
Terdiri dari 8 tugas pokok,
yaitu:
a.
Memelihara fisik keluarga dan anggotanya.
b.
Memelihara sumber daya dalam keluarga.
c.
Pembagian tugas anggota sesuai kedudukan
masing-masing.
d.
Sosialisasi antar anggota keluarga.
e.
Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f.
Pemeliharaan anggota keluarga.
g.
Penempatan anggota keluarga, dalam masyarakat
yang lebih luas.
h.
Membangkitkan dorongan dan semangat para
anggota keluarga.
6.
Peran serta keluarga dalam perawatan klien dengan stroke.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umumnya
keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi
merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga
bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam
keluarga tersebut (Effendy,
1998: 35)
C. Stroke
1. Pengertian
a.
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu (Sarkamo, 2008: 3)
b.
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah
kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123).
c.
Stroke adalah gangguan yang mempengaruhi aliran darah keotak dan mengakibatkan
deficit neurologic (lewis, 2000 : 1645).
d.
Stroke non hemorogik adalah bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung
sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit) tapi
kurang dari 24 jam (Mansjoer, 2000 : 17).
e.
Stroke non hemorogik adalah penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah
otak, yang mendasari terjadinya stoke misalnya ateriosclerosis otak,
aneurisma, angioma pembuluh darah otak. (Harsono, 1996 : 25).
f.
Stroke non hemorogik adalah penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah
dan dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian aterosklerosis (trombosis)
dan penyakit jantung (emboli) yang dicetus oleh adanya faktor predisposisi
hipertensi (Satyanegara, 1998 : 179)
2. Jenis Stroke (Sarkamo,
2008: 3)
Jenis stroke terbagi dalam
dua golongan besar, yakni stroke penyumbatan dan stroke pendarahan.
a.
Stroke penyumbatan terjadi karena sumbatan atau penyempitan di dalam pembuluh
darah ke otak terganggu. Gangguan peredaran darah di otak membuat otak
kekurangan oksigen dan nutrisi. Bila ini terjadi dalam waktu lama menyebabkan
otak mengalami kerusakan.
b.
Sedangkan stroke pendarahan sangat berbahaya. Stroke ini terjadi karena ada
pembuluh darah yang pecah. Stroke pendarahan biasanya karena adanya kelainan
bawaan dimana pembuluh darah di otak tidak sempurna. Namun stroke jenis ini
jarang terjadi.
3. Faktor resiko (Sarkamo,
2008: 4)
Mengenai
faktor risiko, ada beberapa faktor risiko stroke yang tidak dapat dikontrol.
Misalnya, riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung, faktor usia, dan
jenis kelamin. Dibandingkan laki-laki, perempuan lebih rentan terserang stroke.
Orang yang berusia di atas 55 tahun juga lebih berisiko mengalami stroke dibanding
mereka yang berusia lebih muda. Selain faktor risiko, stroke juga memiliki
sejumlah gejala, antara lain: mengalami gangguan gerak sehingga tak mampu untuk
mengambil gelas, menggosok gigi, atau memasang kacing dengan sempurna. Dalam
tingkat yang lebih parah, terjadi lumpuh total yang bisa menimpa tiap organ
gerak, termasuk bibir, wajah, dan mata.
4. Penyebab Stroke
(Sarkamo, 2008: 5)
Banyak sebab mengapa masih
muda sudah terkena stroke, seperti contohnya:
a.
Stres tinggi yang sering dialami para pekerja di kota besar. Tuntutan pekerjaan
yang membuat seseorang menjadi stres. Stres tinggi yang bertubi-tubi bila tidak
segera diatasi bisa menyebabkan gangguan jantung dan stroke.
b.
Pola makan yang salah juga bisa memicu terjadinya stroke usia muda. karena seringnya
mengonsumsi makanan junk
food,
yang tidak baik sebab kandungan kolesterol tinggi. Kolesterol tidak baik bagi
kesehatan, terutama pembuluh darah bila terjadi penyumbatan pada pembuluh
darah, dan mengenai pembuluh darah otak bisa membuat seseorang stroke.
c.
Pemicu stroke lainnya adalah karena kurang olahraga, kesibukan membuat banyak
orang tak ada waktu khusus untuk olahraga. Kurang olahraga membuat stamina
menurun dan akibat kurang gerak juga bisaterjadi penyumbatan pada pembuluh otak
yang berakibat stroke.
5. Patofisiologi stroke
Iskemik otak adalah suatu
keadaaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang membahayakan
fungsi neuron. Infark otak terjadi jika ada daerah otak yang iskemik menjadi
nekrosis akibat berkurangnya suplai darah sampai pada tingkat lebih rendah dari
titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan sel sehingga disertai gangguan
fungsional dan structural yang menetap. Terdapat 2 penyebab utam infark otak,
yaitu thrombosis dan emboli. Kebanyakan kasus infarka otak terjadi setelah
adanya trombosis pada pembuluh darah yang aterosklerotik. Dengan demikian
thrombosis menyerang individu-individu yang memiliki satu atau lebih factor
resiko yang memacu terbentuknnya aterosklerosis.( Bustan ,2007:91).
6. Gejala Stroke (Sarkamo,
2008: 5-6)
Gejala
stroke juga bisa tampak dari gangguan rasa, seperti pada sebelah anggota badan,
dari yang ringan (kesemutan) sampai yang berat (baal). Gangguan kesadaran juga
bisa terjadi, misalnya mudah mengantuk sampai tampak seperti koma. Demikian
juga dengan gangguan verbal, baik karena organ bicara yang rusak maupun daya
ingat yang turun, misalnya dalam bentuk tidak bisa mengeluarkan kata dan
menangkap arti. Setelah serangan yang pertama, stroke terkadang bisa terjadi
lagi dengan kondisi yang lebih parah. Ini umumnya terjadi pada penderita yang
kurang kontrol diri, atau bisa jadi sudah merasa puas setelah mengalami
penyembuhan (pasca stroke yang pertama) sehingga tidak lagi memeriksakan diri.
Padahal, jika stroke sampai berulang, artinya terjadi perdarahan yang lebih
luas di otak sehingga kondisinya bisa lebih parah dari serangan pertama. Riset
menunjukkan, di antara orang-orang yang pernah mengalami stroke, sekitar 40
persen di antaranya akan mengalami stroke berulang dalam waktu lima tahun
(Hariyono, 2008: 4).
7. Pemeriksaan
Diagnostik (Hariyono, 2008: 4 -5).
a. Angiografi Serebral
Membantu menentukan
penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau adanya obstruksi
arteri, adanya titik oklusi atau rupture.
b.
CT Scan
Memperlihatkan adanya
edema, hematoma, skemia dan adanya infark.
c. Fungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan
normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat
dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemorogik subaraknoid atau
perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI
Menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemorogik, Malformasi Arteriovena (MAV)
e. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit
arteriovena (masalah sistem arteri karotis (cairan darah/muncul plak) ateriosclerosis).
f. EEG
Mengidentifikasi masalah
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
8. Penatalaksanaan (Hariyono,
2008: 6).
Penanganan stroke yang
cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan.
Karenanya, keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap,
tetapi sudah menjadi keharusan. Terlebih bila melihat angka penderita stroke
yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia.
a. Non farmakologik
1) Tirah baring
2) Posisi head up ( stroke
hemoragic)
3) Posisi supinhe (stroke
infark)
4) Nutrisi : oral, enteral,
perenteral
5) Personal hygiena
6) Pemeliharaan kepatenan
jalan napas :suctioning dan pemasangan mayo tube
b. Farmakologik
1) Aspirin
2) Glucose
3) Manitol
4) Obat seperti serenace
ativan
9. Masalah yang timbul
paska stroke
Stroke
adalah penyakit pada otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat,
termasuk beban psikologis, fisik, dan keuangan yang besar pada pasien. Pada
kenyataannya, banyak orang yang lebih takut akan menjadi cacat oleh stroke
dibandingkan dengan kematian itu sendiri. Jika tidak ada perbaikan dalam
metode-metode pencegahan yang ada sekarang, jumlah penderita stroke akan tumbuh
pesat dalam beberapa decade mendatang. Penanganan fisioterapi pasca stroke
adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan
gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan
electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapay (Bobath method, Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro
Developmental Treatment, Sensory Motor Integration) telah terbukti memberikan
manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca
stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien
juga sangat menentukan keberhasilan program terapi yang diberikan. Penanganan
fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran
sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi
interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya
dengan keluarga pasien yang memiliki waktu relatif lebih banyak. Untuk itu
dengan program “edukasi bagi keluarga pasien stroke” mengenai tata cara
penanganan pasien stroke di rumah (home programe) akan sangat bermanfaat dalam mengembalikan
kemampuan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Penanganan yang tepat
sebagai wujud cinta kasih dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek, Jakarta, Rhineka Cipta
Effendy Nasrul, 1998. Dasar-Dasar
Keperawatan Kesehatan Masyrakat. Edisi Kedua. Jakarta, EGC
Hawari,
D., 2006. Manajemen
Stress,Cemas dan Depresi, EGC,
Jakarta.
Hidayat
Alimul , 2007. Riset
Keperawatan dan Tehnik penulisan Ilmiah.
Salemba
Medika. Jakarta.
Kusumawati, Farida dan Yudi
Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta,
Salemba Medika
Mansjoer
Arif, 2000. Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid 2, Jakarta.
M.N
Bustan, 2007. Epidemiolog penyakit tidak
menular, Jakarta, Rhineka Cipta
Suliswati,
2005. Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa,
EGC, Jakarta.
Stuart,
G.W dan Sundeen, S.J., 1998. Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Download Filenya Dibawah :
Terima kasih untuk informasinya, sungguh sangat bermanfaat sekali,
ReplyDeleteinfo untuk Obat Stroke, Obat Penyakit Stroke, Obat Stroke, Obat Alternatif penyakit Stroke
terimakasih untuk infonya, sangat bagus dan bermanfaat
ReplyDeleteOBAT STROKE,