BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Proses
penuaan pada seseorang merupakan fenomena alamiah sebagai akibat bertambahnya
umur, oleh karena itu fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu
keadaan yang wajar yang bersifat universal dan bila tidak diantisipasi dengan
baik akan menimbulkan berbagai masalah. Satu hal yang paling terlihat dan pasti
terjadi pada wanita dewasa pada masa penuaan adalah terjadinya menopause atau
berhentinya menstruasi.Secara garis
besar periode kehidupan wanita melalui beberapa tahap diantaranya pra konsepsi,
konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas, reproduksi, menopause /
klimakterium, pasca menopause dan senium / lansia (Manuaba, 2002).
Perubahan
yang banyak terjadi pada saat menopause adalah perubahan fisik, mulai dari
rambut, mata, kulit sampai keorgan-organ fisik lainnya.Target organ fisik
seperti masalah di payudara dan vagina, serta muncul rasa panas yang menjalar
di tubuh (hot flashes).Walaupun bukan suatu penyakit, peristiwa ini mempunyai
dampak dalam kehidupan wanita terutama bagi wanita yang banyak aktif, sehingga
dapat dirasakan sebagai suatu gangguan.
Tidak
hanya perubahan fisik yang terjadi pada masa menopause, perubahan-perubahan
psikis pun muncul pada saat ini. Masalah-masalah yang timbul dari perubahan
psikis ini menimbulkan rasa cemas pada kebanyakan wanita. Kecemasan yang
dialami oleh wanita usia 40-50 tahun ini dilihat dari adanya kenyataan bahwa
terdapat banyak mitos tentang menopause yang bukan hanya omong kosong belaka.
Keadaan ini mengakibatkan gangguan psikomatik, seperti cepat marah, merasa
khawatir terus-menerus, merasa tidak percaya diri, depresi hingga menangis,
bahkan ada yang tidak mau bertemu orang lain. Jika depresinya berat, biasanya
datang ke psikiater. Hal ini tetapi tidak akan sembuh karena masalah ini
disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem hormon.
Penelitian
Choirah (2004) di Jakarta, menemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen
dengan perubahan mood yang terjadi pada masa premenopause. Dikatakan bahwa
ditemukan depresi sebanyak 37,9% wanita premenopause yang mengalami penurunan
kadar estrogen. Kadar estrogen yang rendah memiliki resiko untuk menjadi
depresi 3,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami penurunan
estrogen.
Fakta
di lapangan menunjukkan bahwa 75 % wanita yang mengalami menopause akan
merasakan berbagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar 25% lainnya tidak
mempermasalahkan. Hal ini menegaskan bahwa umumnya wanita takut menghadapi
menopause karena tidak siap menerima kenyataan mengalami menopause, sehingga
wanita akan melakukan berbagai cara agar dapat menghambat datangnya menopause.
Akibat dari datangnya menopause menyebabkan wanita menjadi cemas, murung, dan
menarik diri dari lingkungan sosial ketika mengalami menopause.
Sindroma
premenopause dan menopause dialami oleh banyak perempuan hampir di seluruh
dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di
Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Menurut data salah satu peneliti gejala
yang paling banyak dilaporkan adalah 40% merasakan hot flashes, 38% mengalami
sulit tidur, 37% merasa cepat lelah dalam bekerja, 35% sering lupa, 33% mudah
tersinggung, 26% mengalami nyeri pada sendi dan merasa sakit kepala yang
berlebihan 21% dari seluruh jumlah wanita premenopause (Atikah P, 2010).
Berdasarkan
jumlah penduduk dan derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada tahun 2000,
jumlah penduduk di Indonesia mencapai 203,46 juta orang dengan 101,81 juta
penduduk wanita, sekitar 25% atau sekitar 15,5 juta jiwa dari penduduk wanita
Indonesia akan mencapai usia menopause. Jumlah tersebut meningkat menjadi 11%
pada tahun 2005. Pada tahun 2008 sekitar 5.320.000 wanita memasuki usia
menopause. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah tersebut akan bertambah sebesar
14%. Tahun 2020 diperkirakan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause
adalah 30,3 juta orang. Tentunya, dengan semakin meningkatnya wanita menopause
maka akan meningkat pula jumlah wanitapascamenopause.
(http://etd.eprints.ums.ac.id/2714/2/J210040043.pdf).
Jumlah
penduduk wanita usia 40-50 tahun di Kota Sukabumi yaitu berjumlah 19.190 jiwa
(Dinkes, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di
RW13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, pada tanggal 03 Agustus
2011 didapatkan data sebagai berikut :
Tabel
1.1
Jumlah
penduduk wanita usia 40-50 tahun di RW 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi
No
|
RT
|
Jumlah
Jiwa
|
Persentase
|
1
|
01
|
25
|
22
%
|
2
|
02
|
20
|
18%
|
3
|
03
|
29
|
25%
|
4
|
04
|
18
|
16%
|
5
|
05
|
22
|
19%
|
|
Jumlah
|
114
|
100%
|
(Sumber data : ketua
RW 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi)
Dari
hasil wawancara yang dilakukan terhadap 5 responden, didapatkan hasil bahwa ada
3 responden yang mengatakan cemas dikarenakan menstruasi yang tidak teratur
yang mengakibatkan hamil dan sisanya mengatakan biasa saja.
Selain
itu, menurut Atikah P (2010) menyatakan bahwa salah satu dari gejala sindroma
premenopause yaitu depresi (rasa cemas) yang disebabkan karena penurunan hormon
estrogen. Turunnya hormon estrogen menyebabkan turunnya neurotransmiter di
dalam otak, neurotransmiter di dalam otak mempengaruhi suasanan hati sehingga
jika neurotransmiter ini kadarnya rendah, maka akan muncul perasaan cemas yang
merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun stress.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan penjelasan pada
latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan
peneliti sebagai berikut : Bagaimanakah Tingkat Kecemasan Ibu Usia
40-50 Tahun Dalam Menghadapi Premenopause Di Rw 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi ?.
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui
Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi Premenopause
Di Rw 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
2.
Tujuan
Khusus
a. Diketahui
proporsi tingkat kecemasan ringan pada Ibu Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi
Premenopause Di Rw 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
b. Diketahui
proporsi tingkat kecemasan sedang pada Ibu Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi
Premenopause Di Rw 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
c. Diketahui
proporsi tingkat kecemasan berat pada Ibu Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi
Premenopause Di Rw 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
d. Diketahui
proporsi tingkat panik pada Ibu Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi Premenopause
Di Rw 13 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Selanjutnya
Sebagai
data awal bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan ke penelitian selanjutnya.
2.
Bagi Populasi
Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk lebih memahami tentang
premenopause.
3.
Bagi
Aparatur/Kader di Wilayah Penelitian
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam membuat perencanaan dalam upaya meningkatkan wawasanpengetahuanmengenai premenopause sehingga tidak mengalami kecemasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1.
Pengertian
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak
menyenangkan dan berbentuk ketegangan, kegelisahan, tertekan yang disertai
dengan gejala-gejala fisiologi, misalnya sakit kepala, nyeri pada pinggang,
sesak nafas, sakit perut, dan mual.(Suliswati, dkk, 2005).
Menurut Dadang Hawari, 2009 dalam buku Ilmu Kesahatan Jiwa,
semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang terkait
saling mempengaruhi atau tidak terpisahkan. Kecemasan merupakan respon individu
terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahkluk
hidup. Kecemasan dalam premenopause dapat menyebabkan efek yang tidak baik (
Suliswati, dkk, 2005 ).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut.Karakteristik rasa
takut adalah adanya objek / sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang
melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan
disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika individu dapat
mengidentifikasi dan menggambarkannya.
Budaya mempengaruhi nilai yang dimiliki oleh individu dan
karenanya latar belakang budaya juga berkaitan dengan sumber kecemasan dan
respon individu terhadap kecemasan.Aspek positif diri individu berkembang
dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi
kecemasan.Pengalaman yang memicu terjadinya kecemasan dimulai sejak bayi dan
berlangsung terus sepanjang kehidupan.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu
dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada
beberapa situasi dan hubungan interpersonal.
2.
Sumber Kecemasan
Suliswati ( 2005 ) mengatakan hal
yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari :
a.
Ancaman integritas biologi
meliputi gangguan terhadap premenopause
b. Ancaman terhadap keselamatan diri :
1) Tidak menemukan integritas diri
2) Tidak menemukan status dan prestise
3) Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain
4) Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan yang nyata.
3.
Tipe Kecemasan
a.
Kecemasan Primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi
tiba-tiba dan trauma pada saat menghadapi premenopause, kemudian berlanjut
dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan
primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor
eksternal.
b.
Kecemasan Subsekuen
Sejalan dengan
peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik
emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan
bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego
berada pada kondisi bahaya.
4.
Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan
menurut Peplau yang dikutip oleh Suliswati ( 2005 ), ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu :
a.
Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami
sehari-hari.Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan
indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitasnya, contohnya yaitu
:
1)
Seseorang yang
menghadapi ujian akhir
2)
Pasangan dewasa yang
akan memasuki jenjang pernikahan
3)
Individu yang akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. ( Suliswati, dkk, 2005 )
Adapun gejala-gejala kecemasan ringan yaitu:
1)
Gejala Fisik
a.
Sesekali sesak nafas
b.
Nadi dan tekanan darah
naik
c.
Gangguan ringan pada
lambung
d.
Mulut berkerut
e.
Bibir bergetar
2)
Gejala Psikologis
a.
Persepsi meluas
b.
Masih mampu menerima
stimulus yang kompleks
c.
Mampu konsentrasi
d.
Mampu menyelesaikan
masalah
e.
Gelisah
f.
Adanya tremor halus
pada tangan
g.
Suara terkadang tinggi
( Herri Zan Pieter, dkk.
2010)
b.
Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada fikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan
sesuatu dengan orang lain, contohnya yaitu :
1)
Pasangan suami istri
yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi
2)
Keluarga yang
menghadapi perpecahan ( berantakan )
3)
Individu yang
mengalami konflik dalam pekerjaan.
( Suliswati, dkk, 2005 )
Adapun gejala-gejala kecemasan sedang yaitu :
1)
Gejala Fisik
a.
Sering napas pendek
b.
Nadi dan tekanan darah
meningkat
c.
Mulut kering
d.
Anoreksia
e.
Diare
f.
Konstipasi
2)
Gejala Psikologis
a.
Persepsi menyempit
b.
Tidak mampu menerima
rangsangan
c.
Berfokus pada apa yang
menjadi perhatiannya
d.
Gerakan tersentak
e.
Meremasi tangan
f.
Bicara banyak dan
lebih cepat
g.
Insomnia
h.
Perasaan tak aman
i.
Gelisah
( Herri Zan Pieter, dkk.
2010)
c.
Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit pusat perhatiannya
pada detail yang kecil ( spesifik ) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal
lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan
untuk terfokus pada area lain, contohnya yaitu:
1)
Individu yang
mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam.
2)
Individu dalam
penyenderaan.
( Suliswati, dkk, 2005 )
Adapun gejala-gejala kecemasan berat yaitu :
1)
Gejala fisik
a.
Nafas pendek
b.
Tekanan darah dan nadi
naik
c.
Berkeringat
d.
Sakit kepala
e.
Penglihatan kabur
f.
Ketegangan
2)
Gejala psikologis
a.
Lapangan persepsi
sangat sempit
b.
Tidak mampu
menyelesaikan masalah
c.
Perasaan terancam
d.
Verbalisasi cepat
e.
Blocking
( Herri Zan Pieter, dkk. 2010).
d.
Panik
Kecemasan berat sekali, individu kehilangan kendali diri
dan perhatian hilang.Karena hilangnya kontrol maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah.Terjadinya peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya
pikiran rasional, tidak mampu berfikir secara efektif. Biasanya disertai dengan
disorganisasi kepribadian, contohnya : Individu dengan kepribadian pecah /
depersonalisasi.
( Suliswati, dkk, 2005 )
Adapun gejala-gejala panik yaitu :
1)
Gejala fisik
a.
Nafas pendek
b.
Tekanan darah dan nadi
naik
c.
Aktivitas motorik
meningkat
d.
Ketegangan
2)
Gejala psikologis
a.
Lapangan persepsi
sangat pendek
b.
Hilangnya rasional
c.
Tidak dapat melakukan
aktivitas
d.
Perasaan tidak aman
atau terancam semakin meningkat
e.
Menurunnya hubungan
dengan orang lain
f.
Tidak dapat kendalikan
diri
( Herri Zan Pieter, dkk.
2010)
5.
Reaksi kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun
destruktif bagi individu.Konstruktif dimana individu termotivasi untuk belajar
mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada
kelangsungan hidup.Contohnya : individu yang melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.
Destruktif dimana individu bertingkah laku mal adaptif dan
disfungsional.Contohnya : individu menghindari kontak dengan orang lain atau
mengurung diri, tidak mau mengurus diri, dan tidak mau makan ( Alex Sobur, 2009
).
6.
Respon Kecemasan
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui
respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a.
Respon Fisiologis
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah
dengan mengaktifkan sistem syaraf otonom (simpatis maupun para simpatis). Sistem
syaraf simpatis akan mengaktifasi proses tubuh, sedangkan system syaraf
parasimpatis akan menimbulkan respon tubuh / reaksi tubuh terhadap stress
(kecemasan). Bila otak menerima rangsangan makaakan dikirim melalui syaraf
simpatis kekelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga
efeknya antara lain nafas menjadi dalam, nadi meningkat dan tekanan darah
meningkat. Darahakan tercurah terutama ke jantung, susunan syaraf pusat dan otot.
b.
Respon Psikologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun
personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak reflek. Kesulitan
mendengarkan akanmengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat
individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
c.
Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses
berfikir maupun isi fikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan,
konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya
lapangan persepsi dan bingung.
d.
Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
(Suliswati, dkk, 2005)
B. Premenopause
1.
Pengertian
Premenopause nama yang diberikan untuk waktu sebelum
berhentinya menstruasi dengan terdapat penurunan kadar estrogen, insufiensi
lutel, peningkatan gonadotropin dan gejala otonom ( Purwatyastuti, 2007
). Istilah premenopause memang masih terasa awam di
telinga, tetapi setiap wanita pasti akan mengalaminya. Sebelum mencapai usia
menopause, seorang wanita akan mengalami beberapa perubahan fisik dan gejala
hormonal, termasuk menstruasi yang tidak teratur.
Premenopause adalah masa di mana tubuh mulai bertransisi
menuju menopause.Masa ini bisa terjadi selama dua hingga delapan tahun,
ditambah satu tahun di akhir periode menuju menopause. Gejala ini alamiah,
karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa reproduksi.
Pada periode ini, umumnya tingkat produksi hormon estrogen
dan progesteron berfluktuasi, naik dan turun tak beraturan.Siklus menstruasi
pun bisa tiba-tiba memanjang atau memendek. Biasanya, masa premenopause ini
terjadi di usia 40-an, tapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat
usianya masih di pertengahan 30-an.
Sehubungan dengan faktor usia, kapasitas untuk reproduksi
yang berlangsung selama menstruasi atau haid pertama itu masih terus
berlangsung secara teratur. Dengan berhentinya fungsi ini akan berakhir pula
fungsi pelayanan, pengabdian, dan pengekalan spesies manusia. Sebab dengan
berakhirnya haid, proses ovulasi atau pembuahan sel telur juga terhenti
karenanya.Lalu segenap aparat kelenjar mengalami hambatan dan pengurangan
aktivitasnya. Ditambah lagi, organ kelamin turut mengalami proses atrofi, yaitu
menjadi lisut dan mundur fungsinya. Akhirnya, Segenap bagian pada tubuh secara
lambat laun menampakkan gejala-gejala ketuaan. Fase sedemikian ini pada diri wanita
disebut sebagai menopause (Kartini Kartono, 2007 ).
Sebagian
dari wanita yang mengalami premenopause menganggap kondisi ini adalah sebagian
dari siklus hidupnya, tetapi banyak wanita yang mengeluh bahwa dengan datangnya
premenopause mereka akan menjadi pencemas karena sindrom premenopause sering
dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang
sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Kondisi seperti ini karena wanita yang
menghadapi premenopause umumnya tidak mendapat informasi atau pengetahuan yang
benar sehingga yang dibayangkannya adalah efek negatif yang akan dialami
setelah memasuki masa premenopause dan menopause.
Sindrom premenopause dialami oleh banyak
wanita hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika,
57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Dari beberapa
data tampak bahwa salah satu faktor dari perbedaan jumlah tersebut adalah
karena pola makannya ( Atikah P. 2010 ).
2.
Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala pada wanita premenopause menurut
Atikah P( 2010 ) adalah :
a.
Menstruasi Tidak
Teratur
Intervalnya dapat memanjang atau memendek, sedikit dan
berlimpah, bahkan mungkin akan melewatkan beberapa periode menstruasi. Ovulasi
menjadi tidak teratur, rendahnya kadar progesteron dapat membuat periode
menstruasi yang lebih panjang.
b.
Gangguan Tidur dan Hot
Flashes
Sekitar 75-85% wanita mengalami hot flashes selama
premenopause. Hot flashes adalah gelombang panas tubuh yang datang tiba-tiba,
akibat perubahan kadar estrogen yang menyerang tubuh bagian atas dan muka.
Serangan ini ditandai dengan munculnya kulit yang memerah di sekitar muka,
leher dan dada bagian atas, detak jantung yang kencang, badan bagian atas
berkeringat, termasuk gangguan tidur.
c.
Perubahan Psikologis
Beberapa wanita mengalami depresi, tetapi perubahan
psikologis ini akibat terjadinya gangguan tidur.
d.
Organ Intim Mengering
Vagina mulai mengalami kekurangan cairan dan elastisitas,
sehingga hubungan intim dapat menyakitkan.
e.
Kesuburan Berkurang
Ovulasi atau pelepasan sel telur menjadi tidak teratur,
sehingga kemungkinan bertemunya sel telur dengan sperma menjadi lebih rendah
walau masih mungkin untuk hamil.
f.
Perubahan Fungsi
Seksual
Selama premenopause, keinginan untuk berhubungan intim
dapat berubah, tetapi pada banyak wanita akan mengalami masa-masa menyenangkan
sebelum masa menopause tiba dan biasanya berlanjut sampai melewati masa
pramenopause.
g.
Osteoporosis
Pengeroposan
tulang ini terjadi sebagai akibat berkurangnya hormon estrogen.
h.
Perubahan Kadar
Kolesterol
Berkurangnya estrogen akan merubah kadar kolesterol dalam
darah dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang mengakibatkan risiko
terkena penyakit jantung. Sedangkan HDL atau kolesterol baik, menurun sesuai
pertambahan usia.
Semua keluhan ini disebut dengan fenomena klimakteris,
sebagai akibat dari timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi
kelenjar-kelenjar.Sehubungan dengan fisik tersebut, terjadi pula “pergeseran”
atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan
perubahan-perunbahan psikis ini mengakibatkan timbulnya suatu kritis dan
memanifestasikan diri dalam simptom-simptom psikologis, antara lain ialah :
depresi-depresi ( kemurungan ), mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah
curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat
bingung dan gelisah.
Klimakterium itu sendiri dapat dibagi menjadi dua tahapan,
yaitu :
1)
Tahun-tahun dimana
saat haid / menstruasi sudah tidak teratur, sering terganggu, atau sudah
terhenti sama sekali. Namun demikian, aparat endokrin seksual masih terus
berfungsi. Periode ini disebut sebagai masa pra-klimakteris
2)
Tahap kedua
menampilkan gejala : keberhentian secara definitif organism yang membentuk
sel-sel telur, yaitu berhentinya organism tersebut sebagai lembaga kehidupan.
Tahap pertama yang disebut sebagai masa pra-klimakteris
biasanya diikuti dengan meningkatnya aktivitas-aktivitas pra-klimakteris, yang
ditandai oleh gejala meningkatnya nafsu yang besar untuk melakukan hubungan
seksual.Sekaligus muncul kegairahan berjuang yang menyala-nyala bagaikan di masa
puber. Oleh karena itu pada usia ini sering tingkah laku yang aneh-aneh dan
kurang mapan, bahkan timbul tingkah laku yang tidak sesuai dengan atribut
ketuaan. Masa pra-klimakteris ini mirip sekali dengan masa pra-pubertas.Oleh
karena itu masa ini disebut dengan masa pubertas kedua.( Kartini Kartono, 2007
).
3.
Faktor Resiko Premenopause
Dengan berakhirnya aktivitas indung telur, maka sistem
endokrin menjadi kacau-balau fungsinya sehingga mengakibatkan kekacauan pada
fungsi-fungsi organ dan fungsi psikis lainnya.Namun demikian, manifestasi
individual periode klimakterium tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh
kepribadian masing-masing individu. Sebab struktur kepribadian yang
terintegrasi dengan baik, akan mempengaruhi secara positif proses
gangguan-gangguan kelenjar. Dengan terjadinya proses retrogresi genital, maka
aktivitas pencipta keindahan dari sekresi-sekresi kelenjar intern yang membuat
wanita tampak ayu remaja dan awet muda, menjadi semakin mundur fungsinya.
Sehingga ciri-ciri feminitas yang memekar, serta semua unsur keindahan yang
diperoleh selama masa puber, sedikit demi sedikit menjadi pudar. Dan pada
akhirnya akan punah habis sama sekali, lalu pribadinya akan nampak tua dan
layu.
Secara perlahan-lahan proses pra-klimakterium berubah
menjadi klimakterium sebenarnya. Selaput lendir didalam rahim tidak berproduksi
lagi. Untuk beberapa waktu lamanya memang masih terbentuk benih-telur, akan
tetapi benih ini tidak pernah mencapai kematangan. Dan dalam waktu relatif
pendek ( tapi kadang-kadang juga bisa agak lama, biasanya sudah beberapa tahun ), semua tanda-tanda genetis
dan semua sel-sel kelamin jadi hilang sama sekali, seolah-olah tanda-tanda
tersebut tidak pernah ada sebelumnya. Dan indung telur kini berubah menjadi
satu gumpalan jaringan yang keras.Lalu sedikit demi sedikit alat kelamin wanita
itu ditransformasikan seluruhnya menjadi struktur yang tidak aktif, tidak
berguna lagi, atau dianggap berlebihan.Menopause adalah fase normal dalam
kehidupan seorang wanita, meski waktunya tidak akan sama. Selain faktor gaya
hidup dan genetik yang menentukan cepat atau lambatnya menopause, faktor
lainnya adalah:
a.
Sejarah Keluarga
Masa menopause seorang wanita cenderung di usia yang sama,
saat ibu atau saudara perempuan lainnya mengalami menopause. Tapi pernyataan
ini masih dapat diperdebatkan.
b.
Tidak Pernah
Melahirkan
Beberapa penelitian menunjukkan, wanita yang belum atau
tidak pernah melahirkan, akan mengalami menopause lebih awal.
c.
Kondisi Jantung
Sakit jantung sering dikaitkan dengan menopause dini,
diperkirakan berkaitan dengan meningkatnya kadar kolesterol dan tekanan darah
tinggi.
d.
Terapi kanker masa
kecil
Terapi kanker di usia anak-anak, seperti kemoterapi dan
radiasi pelvic juga dikaitkan dengan menopuse dini.
e.
Histerektomi
Pengangkatan rahim biasanya tidak berakibat menopause dini,
meski ovarium tetap akan melepas sel telur. Hanya saja, operasi ini biasanya
akan mempercepat datangnya menopause.
Pramenopause umumnya berlangsung secara bertahap, meski
tidak ada alat atau tes yang bisa mendeteksi pramenopause. Tes yang mungkin
dilakukan, salah satunya pemeriksaan kadar hormon. Dengan memonitor siklus
menstruasi dan mengamati gejala perubahan tubuh selama beberapa waktu, akan dapat memahami dan berkonsultasi dengan
dokter atau tenaga kesehatan lainnya ( Atikah P, 2010 ).
4. Pencegahan
Menurut Sardjio Mustopo ( 2005 ), Pil kontrasepsi dianggap
tepat untuk mengatasi gejala premenopause, walaupun sedang tidak mengatur
kelahiran. Konsumsi dosis rendah yang teratur, akan mengurangi efek hot flashes
dan kekeringan vagina.
Hidup sehat adalah pilihan terbaik untuk mengatasi gejala
premenopause. Caranya dengan:
a.
Konsumsi Nutrisi Yang
Cukup
Osteoporosis dan risiko terkena penyakit jantung akan
meningkat seiring bertambahnya usia. Konsumsilah makanan berkadar lemak rendah
dan kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan.Dianjurkan
juga untuk mengkonsumsi makanan kaya kalsium atau suplemen.Hindari alkohol dan
kafein yang dapat memicu hot flashes.
b.
Olah Raga Teratur
Olahraga teratur sedikitnya 30 menit sehari, akan menjaga
berat badan dan meningkatkan kualitas tidur.
5. Dampak dari Premenopause
a.
Aspek Psikologis
Aspek pikologis yang terjadi pada wanita
yang mengalami premenopause amat berperan penting dalam kehidupan sosialnya.
namun ada faktor-faktor yang terkait dengan gangguan fisik gangguan psikis
sehingga sebagian wanita premenopause yang kurang mengerti tentang menopause,
cenderung memandang menopause dari sudut yang negatif, akibatnya mereka
diliputi perasaan stress, mudah tersinggung, depresi, cemas dan takut ketika menopause ( Atikah P,
2010 ).
b.
Aspek Kognitif
Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu
psikologis, pada dasarnya gangguan emosi (takut, cemas, stress) yang dialami
manusia sangat di tentukan oleh bagaimana individu menilai peristiwa yang
dialaminya. Beberapa mitos yang berkembang di masyarakat yang dapat menambah
rasa cemas ibu menopause adalah saat mengalami menopause, antara lain : wanita
yang mengalami menopause otomatis akan “menjadi
tua” atau “ waktunya sudah dekat”. Kehilangan daya tarik seksualnya,
periode menopause sama dengan periode goncangan jiwa. Disamping itu wanita yang
sangat mencemaskan menopause besar kemungkinan karena kurang mempunyai
informasi yang objektif mengenai segala sesuatu yang menyangkut menopause
khususnya bagi wanita yang belum mengalami menopause hal ini sangat penting (
Atikah P, 2010)
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto
(2006) Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta.
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.Jumlah
Data Kependudukan Tahun 2011.
Hidayat, A Aziz
Alimul (2009) Metode Penelitan
Keperawatan dan Tekhnik analisa Data.Jakarta : Salemba Medika.
Kartono, Kartini
(2007)Psikologi Wanita 2, mengenal ibu
dan nenek.Bandung : CV Manda maju.
Manuaba (2002)Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mustopo,
Sardjio (2005) Perawatan Kesehatan
Menopause Alami.Jakarta : Harapan Baru.
Notoatmodjo,
Soekidjo (2003) Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta
____________________
(2010)Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta
: Rineka Cipta.
Pieter, Herri
Zan (2010) Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan. Jakarta : Renada Media Group.
Proveawati,
Atikah (2010) Menopause dan Sindrom Premenopause.Yogyakarta
: Nuha Medika.
Purwatyastuti
(2008) Premenopause (http://luluvikar.wardpress.com) diakses 16 Juli 2011.
Sobur, Alex (2009) Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.
Suliswati, dkk (2005)Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : EGC.
(http://etd.eprints.ums.ac.id/2714/2/J210040043.pdf)
diakses 22 Juli 2011.
No comments:
Post a Comment